“Ut Sint Unum Sicut et Nos” (Supaya Mereka Menjadi Satu Sama Seperti Kita)

author photo May 12, 2024
MINGGU, 12 MEI 2024
HARI MINGGU PASKAH VII TAHUN B/II
HARI MINGGU KOMUNIKASI SEDUNIA

BACAAN: Kisah Para Rasul 1:15-17.20a.20c-26; 1Yohanes 4:11-16; Yohanes 17:11b-19

Kita semua pasti mengenal sapu lidi. Alat ini biasa kita pakai untuk membersihkan jalan ataupun tempat tidur. Sapu lidi ini terbuat dari banyak lidi yang diikat bersama. Apabila berdiri sendiri, lidi ini tidak akan bisa digunakan untuk bersih-bersih. Dengan diikat bersama, lidi ini mempunyai kekuatan dan tidak mudah dipatahkan. Masing-masing lidi saling menopang dan membiarkan dirinya diikat satu sama lain sehingga bisa terbentuk seikat sapu lidi yang kuat dan berguna. Kita bisa belajar dari sapu lidi ini, terutama dalam menjalin kesatuan hubungan dengan saling bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan keluarga, masyarakat, gereja, maupun bangsa negara. Dengan hidup bersama yang saling menopang, kehidupan akan terasa ringan. Inilah yang Yesus doakan kepada para murid-Nya (bdk. Yoh 17:11b-19). Ia memohon Bapa agar memelihara para murid dalam nama-Nya agar mereka menjadi satu seperti dia satu dengan Bapa. Yesus memohon kepada Bapa agar para murid, termasuk kita, dipelihara atau dijaga oleh Bapa dan agar selalu hidup bersatu, sehati sejiwa, saling menopang, saling menguatkan sebagaimana kesatuan Yesus dengan Bapa di surga.

Yesus menyebut nama Allah dengan ungkapan Bapa, kalau dalam bahasa Indonesia Bapak atau disingkat Pak. Suatu sebutan yang disamping menunjukkan keakraban juga mengungkapkan kepatuhan penuh, juga membuka makna yang lainnya yaitu tumpuan harapan yang paling dipercaya. Ini nampak jelas saat terakhir Yesus di kayu salib. Sebagai bentuk kepatuhan Ia mengatakan selesailah sudah (bdk. Yoh 19:30) dan sebagai bentuk tumpuan harapan yang paling dipercaya, Ia menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa (bdk. Mat. 27:50; Mrk. 15:37; Luk 23.46). Allah dikenalkan Yesus kepada kita bukanlah Allah yang jauh dengan nama yang keramat. Allah kita adalah Allah yang dekat dengan kita dan kita boleh menyebut-Nya dengan nama yang lebih akrab. Ia juga menjadi tempat kita memohon perlindungan, tempat tumpuan harapan dan yang harus selalu kita patuhi.

Yesus berdoa supaya murid-murid-Nya, bersatu (bdk. Yoh 17:11b). Para murid berasal dari kalangan yang tidak seragam. Keragaman yang ada di antara murid tidak membuat mereka terpecah, namun menjadi kekuatan untuk bersatu.  Perbedaan yang ada di antara para murid menimbulkan kebutuhan untuk bersatu. Dengan persatuan maka muncullah kekuatan.. Kesatuan yang didoakan Yesus didasarkan pada kesatuan antara diri-Nya dengan Bapa. Kesatuan Yesus dengan Bapa adalah kesatuan yang timbul karena yang satu patuh dan yang satunya selalu memberikan perhatian. Keduanya tidak melebur namun keduanya membangun keselarasan. Kesatuan ini tumbuh karena adanya saling tunjang menunjang. Itulah kekuatan yang timbul dari kesatuan di dalam komunitas para pengikut Yesus yang pertama dan yang mereka ajarkan kepada generasi selanjutnya.

Kita semua diciptakan oleh Allah yang satu dan berkat baptisan, kita semua menjadi putera-puteri Allah. Kita semua dibabtis dalam Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kita diajak untuk mengenal sumber kehidupan kita yaitu Bapa, mengenal yang menjalankan kehendak-Nya yaitu Putera dan mengenal Ia yang selalu menjaga serta memelihara yaitu Roh Kudus. Kita dibabtis dalam nama Allah yang satu, maka kita mesti juga selalu bersatu. Kesatuan umat Allah ini disebut Gereja dan kita berada di dalamnya. Yesus mendirikan Gereja agar bisa sebagai tanda dan teladan perdamaian dan kerukunan. Gereja harus menjadi sakramen persatuan dan perdamaian.

Pertanyaan bagi kita dapatkah Gereja kita disebut otentik, artinya sungguh sebagai persekutuan murid-murid Yesus, apabila di dalam Gereja itu warga-warganya saling bermusuhan, terpecah belah dan hidup penuh kebencian dan dendam? 

Yesus berdoa, agar kita selalu bersatu. Kesatuan yang dikehendaki Yesus bukan saja kesatuan orang-orang yang seiman atau seagama saja, namun juga kesatuan dengan setiap orang yang berkehendak baik. Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya baik adanya dan kita sebagai anggota Gereja mesti selalu menciptakan kesatuan dengan segala ciptaan Allah.

Selamat berhari Minggu dan marilah kita wujudkan kesatuan dengan segala ciptaan-Nya. Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa


Sumber Ilustrasi: https://achristianpilgrim.wordpress.com/2018/05/16/jesus-prays-for-his-disciples/

Next article Next Post
Previous article Previous Post