Panggilan Menjadi Garam dan Terang bagi Dunia
(Artikel ini telah dimuat dalam Buletin Paroki MBSB Edisi Januari 2017)
Pengantar
Visi Gereja Keusukupan Bogor menjadi “communio’ dari aneka komunitas basis yang beriman mendalam, solider, dialogal, memasyarakat dan missioner. Gereja Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) sebagai bagian dari Gereja lokal berdaya upaya mewujudkan visi tersebut melalui penetapan prioritas program yang dilakukan selama tiga tahun.
Pada tahun pertama (2015), Gereja MBSB mengajak seluruh umat untuk mewujudkan cita-cita Gereja yang beribadah dan berbakti. Pada tahun berikutnya umat diajak menjadi Gereja yang solider dan rela berbagi. Sedangkan tahun terakhir (2017) mengajak seluruh umat mewujudkan kerasulan ekternal dengan tema Gereja yang Solider, dialogal dan memasyarakat. Dua tahun pertama, dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan iman secara mendalam serta mampu megejawantahkan dalam karya nyata melalui kegiatan solider kepada sesama yang membutuhkan. Sedangkan pada tahun terakhir, umat diajak untuk “keluar” dari karya kerasulan internal menuju kepada karya kerasulan ekternal, menjadi Gereja yang memasyarakat yakni peduli pada tata dunia dimana seluruh umat Allah tinggal, berelasi dan berbagi persoalan yang ditemui di dalam masyarakat.
Terkait dengan prioritas progam tahun terakhir tersebut, tulisan di bawah ini bermasksud merefleksikan dua hal. Pertama, bagaimana ajaran Gereja mengenai tanggungjawab awam di dalam kehidupan kemasyarakatan. Kedua, apa yang bisa dilakukan dalam mewujudkan perutusan Gereja dalam lingkungan masyarakat di mana umat Allah berada.
Panggilan Awam Dalam Kehidupan Masyarakat Menurut Ajaran Gereja
Dalam sejarah Gereja ada masa di mana Gereja anti politik. Gereja menjauhkan diri/mengasingkan diri dari kegiatan politik dan kemasyarakatan. Namun pada masa Paus Yohanes XXIII Gereja mulai membuka diri. Gereja tidak lagi hidup di dalam dirinya sendiri namun terlibat di dalam dunia. Gereja dipanggil untuk menyucikan dunia melalui karya kemasyarakatan. Paus Yohanes XXIII menekankan bahwa setiap umat beriman ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan masyarakat untuk menegakkan martabat manusia seutuhnya. Dalam Mater et Magistra, ditegaskan bahwa sumbangan Gereja terhadap kemajuan masyarakat menjadi nyata melalui karya orang-orang kristiani yang terlibat dalam pembangungan masyarakat.
Gaudium et Spes (GS) menekankan pada solidaritas Gereja pada dunia. Di dalam GS diungkapkan pandangan iman mengenai hidup manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dan politik. Disamping itu, GS memandang bahwa karena semakin berkembangnya ketidak adilan, maka diperlukan kerja sama untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Kerja sama yang berjalan dengan baik akan mendorong perilaku setia kawan. Oleh karena itu, setiap orang dituntut untuk menjadikan dirinya sebagai sesama bagi yang lain (GS 23 -27).
Gereja sebagai sakramen keselamatan hendak menghadirkan keselamatan Allah di tengah dunia. Oleh karena itu, tugas umat beriman adalah mewartakan kabar gembira, tidak hanya kepada dirinya sendiri (internal), melainkan kepada seluruh dunia (eksternal). Kaum awam dituntut menggunakan hak suaranya untuk menyuarakan kebenaran dan memberikan sumbangannya bagi terselenggaranya kesejahteraan umum (GS 30). Dalam segala tindakannya, umat beriman diharapkan memiliki sikap hormat dan cinta kepada sesama, juga kepada pihak yang secara sosial, politik maupun agama memiliki pandangan berbeda, Sikap hormat semacam itu menjadi landasan terjadinya dialog di dalam kehidupan bermasyarakat (GS 28).
Dektrit tentang Kerasulan Awam menegaskan bahwa penggilan kristiani pada hakekatnya adalah panggilan untuk merasul. Kerasulan di bidang politik lebih leluasa dilaksanakan oleh kaum awam dibandingkan dengan hirarki karena panggilan khas kaum awam adalah terlibat secara langsung dengan masyarakat. Secara konkrit keterlibatan kaum awam dalam dunia politik adalah keterlibatan dalam kehidupan bermasyarakat yaitu sebagai ragi ragi yang dijiwai semangat kristiani ikut serta mengembangkan masyarakat (Apostolicam Actuositatem 2).
Gereja Katolik Indonesia melalui Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) berupaya mengajak segenap umat Katolik, khususnya kaum awam untuk meningkatkan partisipasiya dalam seluruh bidang kehidupan, termasuk bidang politik. Kaum awam didorong untuk mengembangkan semangat pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara agar semakin nyata upaya untuk mengikuti Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah.
Umat Paroki MBSB Terlibat Aktif Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Akhir-akhir ini suhu sosial politik sedikit menghangat karena adanya upaya pihak tertentu yang bermaksud membenturkan anggota masyarakat dengan isu agama dan suku. Akibatnya mucul keresahan dan rasa terbelah menghinggapi sebagian anggota masyarakat. Relasi dengan orang bebereda keyakinan yang tadinya ‘adem ayem’ berubah menjadi saling curiga. Melalui media sosial, isu-isu tidak benar dan tidak bertanggungjawab digulirkan untuk tujuan pemecah belah.
Kondisi di atas tidak bisa diremehkan dan dibiarkan melainkan perlu tindakan nyata dari seluruh komponen masyarakat yang berkehendak baik untuk mencari solusi. Di lain pihak, keadaan ini semakin menyadarkan betapa pentingnya menjalin relasi dan komunikasi dengan sesama anggota masyarakat. Keterlibatan aktif di kegiatan kemasyarakatan merupakan salah satu sarana berinteraksi secara aktif dengan warga lain yang berbeda aliran politik, ras, maupun agama.
Untuk menciptakan tata kehidupan bemasyarakat yang bermartabat, seluruh umat diajak untuk terjun di dalam kehidupan nyata di lingkungan. Kaum awam yang dalam kehidupan sehari-hari menyatu dengan masyarakat diharapkan mengambil bagian dalam setiap kesempatan sosial dan politik yang terbuka, misalnya terlibat dalam organisisasi RT dan RW, desa, keluruhahan dan organisasi kemasyarakatan lain, bahkan dalam organisasi partai politik. Umat beriman harus merasa dirinya bertanggungjawab untuk memajukan kesejaheraan umum karena terdorong oleh pangglan sebagai garam dan terang serta sebagai pengejawantahan sebagai warga negara dan masyarakat.
Seksi Kerasulan Awam (Kerawam) dan Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAAK) yang ada di MBSB bertangungjawab mengelola kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh umat yang peduli dan berperan aktif di lingkungan masing-masing. Langkah awal yang dilakukan adalah pendataan umat yang terlibat aktif (aktivis) di kehidupan kemasyarakatan serta mengumpulkan para aktivis kemasyarakatan yang ada di lingkungan/wilayah. Pendataan awal adalah dengan mencari informasi umat yang selama ini telah aktif di kepengurusan tingkat RT, RW, Cluster, Desa, dan kecamatan, untuk mengetahui sejauh mana umat Paroki MBSB telah menjalin relasi, komunikasi dan berkerja sama dengan pihak lain untuk memikirkan dan memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam lingkungan sekitar.
Langkah berikutnya seksi Kerawam dah HAAK akan mengumpulkan aktivis yang ada di lingkungan dan wilayah untuk diberikan pemahaman tentang sosial kemasyarakatan. Pertemuan-pertemuan ini akan menjadi ajang berbagi dan saling memperkaya sehingga semakin banyak umat yang mengetahui secara benar kondisi sosial kemasyarakatan di sekitarnya serta bagaimana mengantisipasinya.
Selanjutnya untuk mewujudkan cita-cita Gereja yang memasyarakat, setiap lingkungan diwajibakan memiliki organ Seksi Kerawam dan HAAK yang mendorong untuk terlibat dalam kepenguran di lingkungannya, mengelola dan mendata umat yang sudah aktif terlibat. Data umat tersebut dapat memudahkan realisasi program kerja yang dicanangkan oleh Dewan Paroki, misalnya bakti sosial kesehatan, kepedulian lingkungan hidup, pemenuhan sarana sanitasi dan lain-lain yang hendak dilaksanakan bersama dengan komponen masyarakat lain. Kegiatan tersebut menjadi jembatan bagi Gereja untuk mulai terjun dan bergerak bersama komponen masyarakat mewujudkan cita-cita Gereja yang membaur, menyatu, dan peduli kepada situasi masyarakat.
Penutup
Cita-cita Gereja yang solider, dialogal dan memasyarakat hanya terwujud dengan kerja sama seluruh umat. Kaum awam adalah umat Allah yang terlibat langsung di masyarakat. Oleh karena itu wajah Gereja yang dialogal dan memasyarakat tampak nyata dari keterlibatan aktif umat beriman dalam lingkungan atau wilayah masing-masing. Semakin banyak umat yang terlibat dalam kepengurusan dan kegiatan masyarakat maka terjalin solidaritas dan dialog sehingga Gereja menjadi bagian solusi. Keterlibatan umat di pengurusan di cluster, RT, RW, Kelurahan dan organisasi kemasyarakatan menjadi sarana mengembangkan relasi dengan seluruh anggota masyarakat dan menghadirkan Gereja di tengah masyarakat. Seksi Kerasulan Awam dan HAAK lingkungan/wilayah perlu memantau dan terus menerus mendorong agar Gereja dirasakan hadir sebagai garam dan terang di tempat dimana umat katolik berada.
(Artikel ini telah dimuat dalam Buletin Paroki MBSB Edisi Januari 2017)
Pengantar
Visi Gereja Keusukupan Bogor menjadi “communio’ dari aneka komunitas basis yang beriman mendalam, solider, dialogal, memasyarakat dan missioner. Gereja Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) sebagai bagian dari Gereja lokal berdaya upaya mewujudkan visi tersebut melalui penetapan prioritas program yang dilakukan selama tiga tahun.
Pada tahun pertama (2015), Gereja MBSB mengajak seluruh umat untuk mewujudkan cita-cita Gereja yang beribadah dan berbakti. Pada tahun berikutnya umat diajak menjadi Gereja yang solider dan rela berbagi. Sedangkan tahun terakhir (2017) mengajak seluruh umat mewujudkan kerasulan ekternal dengan tema Gereja yang Solider, dialogal dan memasyarakat. Dua tahun pertama, dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan iman secara mendalam serta mampu megejawantahkan dalam karya nyata melalui kegiatan solider kepada sesama yang membutuhkan. Sedangkan pada tahun terakhir, umat diajak untuk “keluar” dari karya kerasulan internal menuju kepada karya kerasulan ekternal, menjadi Gereja yang memasyarakat yakni peduli pada tata dunia dimana seluruh umat Allah tinggal, berelasi dan berbagi persoalan yang ditemui di dalam masyarakat.
Terkait dengan prioritas progam tahun terakhir tersebut, tulisan di bawah ini bermasksud merefleksikan dua hal. Pertama, bagaimana ajaran Gereja mengenai tanggungjawab awam di dalam kehidupan kemasyarakatan. Kedua, apa yang bisa dilakukan dalam mewujudkan perutusan Gereja dalam lingkungan masyarakat di mana umat Allah berada.
Panggilan Awam Dalam Kehidupan Masyarakat Menurut Ajaran Gereja
Dalam sejarah Gereja ada masa di mana Gereja anti politik. Gereja menjauhkan diri/mengasingkan diri dari kegiatan politik dan kemasyarakatan. Namun pada masa Paus Yohanes XXIII Gereja mulai membuka diri. Gereja tidak lagi hidup di dalam dirinya sendiri namun terlibat di dalam dunia. Gereja dipanggil untuk menyucikan dunia melalui karya kemasyarakatan. Paus Yohanes XXIII menekankan bahwa setiap umat beriman ikut bertanggungjawab terhadap pembangunan masyarakat untuk menegakkan martabat manusia seutuhnya. Dalam Mater et Magistra, ditegaskan bahwa sumbangan Gereja terhadap kemajuan masyarakat menjadi nyata melalui karya orang-orang kristiani yang terlibat dalam pembangungan masyarakat.
Gaudium et Spes (GS) menekankan pada solidaritas Gereja pada dunia. Di dalam GS diungkapkan pandangan iman mengenai hidup manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dan politik. Disamping itu, GS memandang bahwa karena semakin berkembangnya ketidak adilan, maka diperlukan kerja sama untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Kerja sama yang berjalan dengan baik akan mendorong perilaku setia kawan. Oleh karena itu, setiap orang dituntut untuk menjadikan dirinya sebagai sesama bagi yang lain (GS 23 -27).
Gereja sebagai sakramen keselamatan hendak menghadirkan keselamatan Allah di tengah dunia. Oleh karena itu, tugas umat beriman adalah mewartakan kabar gembira, tidak hanya kepada dirinya sendiri (internal), melainkan kepada seluruh dunia (eksternal). Kaum awam dituntut menggunakan hak suaranya untuk menyuarakan kebenaran dan memberikan sumbangannya bagi terselenggaranya kesejahteraan umum (GS 30). Dalam segala tindakannya, umat beriman diharapkan memiliki sikap hormat dan cinta kepada sesama, juga kepada pihak yang secara sosial, politik maupun agama memiliki pandangan berbeda, Sikap hormat semacam itu menjadi landasan terjadinya dialog di dalam kehidupan bermasyarakat (GS 28).
Dektrit tentang Kerasulan Awam menegaskan bahwa penggilan kristiani pada hakekatnya adalah panggilan untuk merasul. Kerasulan di bidang politik lebih leluasa dilaksanakan oleh kaum awam dibandingkan dengan hirarki karena panggilan khas kaum awam adalah terlibat secara langsung dengan masyarakat. Secara konkrit keterlibatan kaum awam dalam dunia politik adalah keterlibatan dalam kehidupan bermasyarakat yaitu sebagai ragi ragi yang dijiwai semangat kristiani ikut serta mengembangkan masyarakat (Apostolicam Actuositatem 2).
Gereja Katolik Indonesia melalui Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) berupaya mengajak segenap umat Katolik, khususnya kaum awam untuk meningkatkan partisipasiya dalam seluruh bidang kehidupan, termasuk bidang politik. Kaum awam didorong untuk mengembangkan semangat pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara agar semakin nyata upaya untuk mengikuti Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah.
Umat Paroki MBSB Terlibat Aktif Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Akhir-akhir ini suhu sosial politik sedikit menghangat karena adanya upaya pihak tertentu yang bermaksud membenturkan anggota masyarakat dengan isu agama dan suku. Akibatnya mucul keresahan dan rasa terbelah menghinggapi sebagian anggota masyarakat. Relasi dengan orang bebereda keyakinan yang tadinya ‘adem ayem’ berubah menjadi saling curiga. Melalui media sosial, isu-isu tidak benar dan tidak bertanggungjawab digulirkan untuk tujuan pemecah belah.
Kondisi di atas tidak bisa diremehkan dan dibiarkan melainkan perlu tindakan nyata dari seluruh komponen masyarakat yang berkehendak baik untuk mencari solusi. Di lain pihak, keadaan ini semakin menyadarkan betapa pentingnya menjalin relasi dan komunikasi dengan sesama anggota masyarakat. Keterlibatan aktif di kegiatan kemasyarakatan merupakan salah satu sarana berinteraksi secara aktif dengan warga lain yang berbeda aliran politik, ras, maupun agama.
Untuk menciptakan tata kehidupan bemasyarakat yang bermartabat, seluruh umat diajak untuk terjun di dalam kehidupan nyata di lingkungan. Kaum awam yang dalam kehidupan sehari-hari menyatu dengan masyarakat diharapkan mengambil bagian dalam setiap kesempatan sosial dan politik yang terbuka, misalnya terlibat dalam organisisasi RT dan RW, desa, keluruhahan dan organisasi kemasyarakatan lain, bahkan dalam organisasi partai politik. Umat beriman harus merasa dirinya bertanggungjawab untuk memajukan kesejaheraan umum karena terdorong oleh pangglan sebagai garam dan terang serta sebagai pengejawantahan sebagai warga negara dan masyarakat.
Seksi Kerasulan Awam (Kerawam) dan Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAAK) yang ada di MBSB bertangungjawab mengelola kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh umat yang peduli dan berperan aktif di lingkungan masing-masing. Langkah awal yang dilakukan adalah pendataan umat yang terlibat aktif (aktivis) di kehidupan kemasyarakatan serta mengumpulkan para aktivis kemasyarakatan yang ada di lingkungan/wilayah. Pendataan awal adalah dengan mencari informasi umat yang selama ini telah aktif di kepengurusan tingkat RT, RW, Cluster, Desa, dan kecamatan, untuk mengetahui sejauh mana umat Paroki MBSB telah menjalin relasi, komunikasi dan berkerja sama dengan pihak lain untuk memikirkan dan memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam lingkungan sekitar.
Langkah berikutnya seksi Kerawam dah HAAK akan mengumpulkan aktivis yang ada di lingkungan dan wilayah untuk diberikan pemahaman tentang sosial kemasyarakatan. Pertemuan-pertemuan ini akan menjadi ajang berbagi dan saling memperkaya sehingga semakin banyak umat yang mengetahui secara benar kondisi sosial kemasyarakatan di sekitarnya serta bagaimana mengantisipasinya.
Selanjutnya untuk mewujudkan cita-cita Gereja yang memasyarakat, setiap lingkungan diwajibakan memiliki organ Seksi Kerawam dan HAAK yang mendorong untuk terlibat dalam kepenguran di lingkungannya, mengelola dan mendata umat yang sudah aktif terlibat. Data umat tersebut dapat memudahkan realisasi program kerja yang dicanangkan oleh Dewan Paroki, misalnya bakti sosial kesehatan, kepedulian lingkungan hidup, pemenuhan sarana sanitasi dan lain-lain yang hendak dilaksanakan bersama dengan komponen masyarakat lain. Kegiatan tersebut menjadi jembatan bagi Gereja untuk mulai terjun dan bergerak bersama komponen masyarakat mewujudkan cita-cita Gereja yang membaur, menyatu, dan peduli kepada situasi masyarakat.
Penutup
Cita-cita Gereja yang solider, dialogal dan memasyarakat hanya terwujud dengan kerja sama seluruh umat. Kaum awam adalah umat Allah yang terlibat langsung di masyarakat. Oleh karena itu wajah Gereja yang dialogal dan memasyarakat tampak nyata dari keterlibatan aktif umat beriman dalam lingkungan atau wilayah masing-masing. Semakin banyak umat yang terlibat dalam kepengurusan dan kegiatan masyarakat maka terjalin solidaritas dan dialog sehingga Gereja menjadi bagian solusi. Keterlibatan umat di pengurusan di cluster, RT, RW, Kelurahan dan organisasi kemasyarakatan menjadi sarana mengembangkan relasi dengan seluruh anggota masyarakat dan menghadirkan Gereja di tengah masyarakat. Seksi Kerasulan Awam dan HAAK lingkungan/wilayah perlu memantau dan terus menerus mendorong agar Gereja dirasakan hadir sebagai garam dan terang di tempat dimana umat katolik berada.