MINGGU, 10 MARET 2024
HARI MINGGU PRAPASKAH IV TAHUN B/II
MINGGU LAETARE
BACAAN: 2Tawarikh 36:14-16.19-23; Efesus 2:4-10; Yohanes 3:14-21
Kebiasaan beberapa pengendara untuk melawan arus tidak pernah surut. Setiap hari selalu ada saja yang melawan arus, walaupun sudah sering terjadi kecelakaan yang tidak jarang mengakibatkan korban luka atau meninggal. Sepertinya pilihan yang ada di pengendara yang melawan arah adalah waktu tempuh yang lebih singkat. Resiko untuk terjadi kecelakaan, hanya dilihat sebagai sesuatu hal yang harus dihadapi. Mengambil jalur yang semestinya tidak dilihat sebagai pilihan meskipun hal itu akan memberikan jaminan keamanan lebih besar. Mereka lebih memilih untuk mengambil jalan pintas dan resiko yang terjadi akan hanya dilihat sebagai nasib sial.
Ilustrasi di atas menjadi gambaran manusia yang dikaruniai kehendak bebas. Kehendak bebas membuat manusia bisa memilih jalan keselamatan atau jalan celaka atau kematian. Allah membebaskan manusia untuk mengambil keputusan, meskipun demikian Kasih Allah yang besar kepada manusia selalu mengarahkannya pada jalan keselamatan. Setiap orang walaupun lemah dan rapuh, akan diselamatkan oleh Allah melalui Putera-Nya yang tunggal Yesus Kristus. Inilah yang menjadi tema besar dalam bacaan-bacaan pada minggu Laetare atau minggu suka cita ini. Jalan keselamatan inilah yang ingin dicari tahu oleh Nikodemus. Ia ingin mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan semua tanda yang ditampakkan oleh Yesus. Maka di malam hari ia menemui Yesus. Malam yang adalah simbol kegelapan tidak menghalangi Nikodemus untuk mencari sumber terang yaitu Yesus. Nikodemus sadar sepenuhnya bahwa Yesus datang dari Dia dan ia berharap mendapat pencerahan lebih jauh dari-Nya (bdk. Yoh 3:2).
Nikodemus adalah contoh teladan manusia yang berhati lurus dan setia. Ia adalah orang Yahudi, sudah berusia lanjut, bangsawan, Farisi, pemimpin agama dan juga anggota Mahkamah Agama Yahudi. Ia merasa diri takut, penuh hormat terhadap Yesus, namun ia belum mengenal dan memahami pribadi Yesus. Ia telah melihat bahwa Yesus mengajar dengan wibawa, berkeliling berbuat baik kepada semua orang tanpa pandang bulu. Dengan melihat semua itu Nikodemus mengakui dan berkata kepada Yesus : "Sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jikalau Allah tidak menyertainya!" (Yoh 3:2b).
Yesus mengajarkan kepada Nikodemus tentang pengalaman umat Perjanjian Lama di padang gurun saat mereka dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Mereka mengalami suatu bahaya serangan ular tedung. Bisa ular ini sangat mematikan dan sangat mungkin tidak ada satu pun yang bisa selamat (bdk. Yoh. 3: 14; Bil 21: 4-9). Kejadian ini adalah akibat kekurangpercayaan umat Israel akan penyertaan Allah. Mereka akhirnya menyadari kesalahan mereka dan memohon kepada Musa agar memohonkan belas kasihan dari Allah. Allah kemudian memerintahkan Musa untuk membuat ular dari tembaga dan memancangnya pada sebuah tiang. Mereka Yang dipagut ular akan tetap hidup dan selamat bila memandangi ular tembaga tadi. Memandangi ular tembaga itu adalah ungkapan kepercayaan pada Sabda Allah, satu-satunya harapan untuk dapat terus hidup dan menempuh perjalanan hingga sampai ke Tanah Terjanji.
Tanah Terjanji bagi kita adalah Kerajaan Allah yang dibawa oleh Yesus ke dunia bagi semua orang. Untuk bisa selamat sampai tanah terjanji, jalan satu-satunya ialah tetap mengarahkan pandangan kepada salib, menaruh kepercayaan dan harapan kepada Dia yang disalib . Yesus pun menegaskan hal ini dengan mengatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16). Inilah ringkasan seluruh Kabar Gembira yang dibawa oleh Yesus.
Penyaliban Yesus yang kelihatan sebagai suatu hukuman, kegagalan, dan kematian itu kini mendapatkan arti baru. Penderitaan Yesus diterima Allah sebagai ungkapan kepercayaan utuh kepada-Nya dan membuka jalan kehidupan kekal dengan kebangkitan-Nya. Inilah yang dibagikan Yesus kepada siapa saja yang mau mempercayai arti penyerahan diri-Nya kepada Allah. Hidup kekal inilah kegembiraan yang sejati dan kegembiraan ini hanya dapat kita miliki, apabila ada iman yang penuh kepada Kristus dalam keadaan apa pun, kapan pun dan di mana pun. Iman penuh kepercayaan itu akan menjadi cahaya yang menerangi banyak orang, apabila kita sungguh memahami, menyadari dan melaksanakan apa yang dikatakan Yesus kepada Nikodemus dan dilakukan oleh Yesus Kristus sendiri.
Kita boleh bertanya, bila benar Yesus sungguh telah membawa Kerajaan Allah ke Dunia ini, bagaimana bisa dijelaskan mengapa masih ada saja kekacauan di dunia ini. Bacaan Injil hari ini memberikan kesaksian bahwa Allah tidak menghendaki kebinasaan. Yang dikehendaki-Nya adalah kehidupan kekal bagi semua orang. Manusia harus berani menerima kebaikan-Nya dan mengimani-Nya. Mereka yang menolak akan tetap berada di dalam kegelapan dan dalam ancaman kebinasaan. Mereka yang menyukai kegelapan dan menolak terang sudah melepaskan diri dari anugerah Ilahi dan sudah terhukum untuk hidup dalam kegelapan. Terang sudah datang ke dunia untuk menyingkirkan kegelapan. Kita semua hanya perlu membiarkan diri diterangi maka kehidupan akan berubah dengan sendirinya.
Surat kepada Efesus mengajak kita untuk melihat kenyataan bahwa keselamatan itu anugerah dari Allah. Pemberian inilah yang sesungguhnya memungkinkan orang maju terus menuju ke hidup yang bahagia nanti. Orang diajak untuk menekuni, menemukan, serta memahami anugerah ini. Mereka bahkan didorong agar bisa mengerti lebih dalam Dia yang telah memberi kita jalan ke kehidupan yang sejati itu. Bukan saatnya untuk meributkan diri sendiri “aku beriman” atau “aku berbuat baik” melainkan memberikan perhatian kepada Dia yang memberi anugerah hidup ini. Inilah spiritualitas surat Efesus.
Sebuah permenungan bagi kita di minggu ini, apakah kita sudah beriman yang sesungguhnya kepada Yesus?
Mungkin saat ini Iman kita akan Yesus masih sebatas pengetahuan saja. Kita menghormati serta menyembah Dia sebagai Penyelamat namun kita belum beriman dalam arti yang sesungguhnya. Beriman berarti meyakini dan menyadari dan melaksanakan juga apa yang diajarkan dan diperintahkan Kristus. Hari ini kita diajak untuk meneladan Nikodemus dalam mengimani Yesus.
Selamat menjalani masa pertobatan di masa Pra-Paskah ini.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.
Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa