Mendengarkan Suara Tuhan

author photo January 14, 2024
MINGGU, 14 JANUARI 2024
HARI MINGGU BIASA II TAHUN B/II
Bacaan: 1Samuel 3:3b-10.19; 1Korintus 6:13c-15a.17-20; Yohanes 1:35-42

Tentunya ada alasan mengapa Tuhan menciptakan manusia dengan dua telinga dan hanya satu mulut. Banyak orang mengatakan bahwa hal ini menjadi pertanda bahwa Tuhan ingin manusia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang lebih suka orang lain mendengarkan kita daripada kita mendengarkan mereka. Kita ingin orang lain tahu apa yang kita mau daripada apa yang orang lain mau. Memang mendengar bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini karena mendengar tidak hanya sekedar membuka telinga dan membiarkan suara-suara masuk dalam telinga kita. Mendengar adalah suatu proses memahami, mengerti dan melakukan. Dengan kata lain mendengar menuntut seluruh pribadi seseorang. Seseorang tidak hanya menggunakan telinganya saja saat mendengar. Dalam proses mendengar yang sesungguhnya, seseorang mesti menggunakan pikiran untuk mencerna, roh untuk mau menerima, energi untuk melaksanakan dan tentu saja hati yang terbuka. Intinya mendengarkan memiliki daya yamg mampu mengubah. 

Dari bacaan pertama yang kita dengar hari ini, kita belajar dari seorang anak muda, yaitu Samuel yang berkenan mendengar panggilan Allah. Eli, seorang Imam Perjanjian Lama, sangat prihatin akan kehidupan anak-anaknya yang meskipun menjadi Imam namun mereka tidak setia kepada Allah. Karena itulah, Allah kemudian memanggil Samuel untuk menjadi Imam-Nya. Panggilan Allah ini pada awalnya dipahami oleh Samuel sebagai panggilan dari Eli sehingga Samuel datang kepada Eli. Eli yang memahami situasi yang sebenarnya kemudian menuntun Samuel agar bisa mendengarkan suara Tuhan. Setelah mendengarkan suara Tuhan, maka Samuel menjadi Imam-Nya dan membimbing umat Allah agar tetap setia kepada Allah.

Dalam bacaan Injil, kita mendengar bahwa dua orang murid Yohanes mendengar apa yang dikatakan Yohanes tentang Yesus. Yohanes menyebut Yesus sebagai “Anak Domba Allah” (Yoh1:36). Sebutan ini mengingatkan kita akan anak domba yang dikorbankan orang Israel sebelum mereka meninggalkan perbudakan mereka dari Mesir. Maka sebutan ini kepada Yesus mengandung arti bahwa Yesus pun membawa pembebasan bagi umat manusia bukan dari perbudakan bangsa lain melainkan dari perbudakan dosa. Mereka kemudian mengikuti Yesus. 

Yesus Sang Sabda pun tidak tinggal diam. Ia menyambut kedatangan mereka dan mengajak mereka untuk tinggal bersama-Nya (bdk. Yoh 1:39). Ia mengajak mereka untuk melihat dan mengalami sendiri suatu pengalaman rohani bersama Yesus. Mereka menemukan sendiri bahwa yang disebut oleh Yohanes sebagai Anak Domba Allah adalah Mesias. Hal ini membuat Andreas kemudian mengajak Simon untuk bertemu dengan Tuhan Yesus (bdk. Yoh 1: 41). Andreas dan  Simon menemukan sang Mesias yang menimbulkan harapan mereka akan perbaikan di masa mendatang. Sang Sabda tidak tinggal diam bila orang datang kepada-Nya. Ia menuntun orang untuk menemukan inti kehidupan yang dicari manusia yaitu kehidupan kekal yang akan diperoleh bila orang beriman kepada Yesus. 

Kedatangan Yesus sebagai Mesias adalah untuk membangun umat untuk menjadi tempat yang tidak lagi dikuasai oleh dosa dan maut. “Sebab kamu telah dibeli, dan harganya telah dibayar lunas!” (1Kor.6:20). Sang Mesias telah menebus manusia dari perbudakan dosa sehingga kita menjadi orang yang merdeka. Kabar gembira ini tidak datang dari langit begitu saja namun menjadi suatu kenyataan yang hidup dalam hati dan budi orang yang percaya serta lewat kesaksian orang yang mengalaminya sendiri. Kita yang sudah ditebus oleh-Nya harus hidup dalam Roh dan membawakan kegembiraan rohani serta menampilkan wajah Kristus kepada banyak orang. Inilah artinya hidup dalam Roh. (bdk. 1Kor 5:17) Dengan kesaksian hidup kita, orang akan menjadi penasaran dan ingin mencari tahu. Peran kita adalah menunjukkan dan menuntun orang ke jalan yang pernah kita lalui dan alami sendiri. Kita mesti bisa menjadi penuntun orang lain untuk datang kepada Yesus. Kita ini sudah menjadi milik-Nya maka kita mesti mengembalikan kepada sang empunya semua yang menjadi milik-Nya. Ini sama seperti yang dilakukan oleh Yohanes Pembabtis, Andreas dan Eli.

Menjadi permenungan kita di minggu ini: 
  • Setelah tinggal bersama Yesus, Andreas menemukan Yesus adalah Mesias. Setelah aku mengikuti Yesus apa yang aku temukan dalam diri Yesus?
  • Seberapa sering aku menjadi pendengar suara Allah yang berbicara kepadaku?
  • Sejauh mana aku melaksanakan sabda Allah dalam kehidupanku sehari-hari? Apakah aku sudah bisa menjadi contoh orang lain dalam kehidupanku sehari-hari?

Semoga bacaan-bacaan minggu ini membuat kita untuk selalu meluangkan waktu mendengarkan suara Allah dan dengan senang hati melihat serta mengalami sendiri hidup bersama Yesus. Dengan penuh iman kita percaya bahwa akhirnya kita akan menemukan sesuatu yang tidak kita duga-duga dan memampukan kita untuk menuntun dan menunjukkan orang lain kepada Kristus.

“Bersabdalah ya Tuhan hambaMu mendengarkan”

Selamat berhari Minggu.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa


Sumber Ilustrasi: freebibleimages.org


 


Next article Next Post
Previous article Previous Post