Bekal Kehidupan Abadi

author photo June 10, 2023
MINGGU, 11 JUNI 2023
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS
Bacaan: Ulangan 8:2-3.14b-16a; 1Korintus 10:16-17; Yohanes 6:51-58

Dalam menghadapi masalah, ada dua model pemecahan. Model yang pertama adalah model yang fokus pada solusi dan yang kedua adalah model yang fokus pada masalah. Mereka yang fokus pada solusi, setiap ada masalah akan selalu dapat mengambil pembelajaran dan melihat peluang. Mereka yang fokus pada masalah akan mudah menyerah dan larut dalam penyesalan. Begitu juga saat ada suatu kesalahan. Mereka yang fokus pada solusi akan mengakui kesalahan dan segera memperbaikinya, sedangkan mereka yang fokus pada masalah akan sibuk menyalahkan orang lain agar terhindar sebagai orang yang bersalah. Bila terjadi kegagalan, orang yang fokus pada solusi akan bertanggung jawab atas kegagalan yang terjadi kemudian memperbaikinya.  Sementara itu yang fokus pada masalah, mereka akan selalu menempatkan dirinya sebagai korban, menyalahkan orang lain atau keadaan, dan mengeluh tiada henti. Pada umumnya mereka yang fokus pada solusi, akan lebih terbuka pada hal-hal baru untuk penyempurnaan hidup mereka.

Minggu ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Bacaan injil hari ini mengingatkan kita pada ajaran mengenai “air kehidupan” yang diutarakan Yesus kepada perempuan Samaria dan hasil pembicaraan itu memperkaya batin perempuan tadi (Bdk. Yoh 4:1-42). Situasi yang berbeda kita temukan pada orang Yahudi dalam bacaan Injil hari ini. Yesus mengajarkan bagaimana agar mereka lebih mengenal dan menerima-Nya. Banyak orang Yahudi tidak memahami dan malah lebih fokus pada permasalahan daging dan darah yang dikatakan oleh Yesus sehingga gagal untuk melihat solusi kehidupan kekal yang diajarkan Yesus (bdk. Yoh 6:52).

Pembukaan Injil Yohanes mengatakan Sang Sabda menjadi “daging” (bdk. Yoh 1:14). Ini mengandung arti bahwa Yang Ilahi itu mendatangi dunia dalam ujud manusia biasa yang rapuh. Istilah “daging” dipakai untuk menggambarkan manusia sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan. Sementara  “darah”, pada jaman itu, biasa dipakai untuk menyebut letak kehidupan manusia yaitu nyawa manusia. Dengan menyerahkan nyawanya, yaitu darahnya, bagi orang banyak, Yesus berbagi kehidupan dengan orang banyak pula. Wafat Yesus menjadi kurban bagi penebusan orang banyak. “Daging” (kerapuhan manusia) dan “darah” (kehidupan) yang menjadi penampakan Sabda Ilahi menjadi jalan penyelamatan manusia. Bergabung dengan-Nya berarti menempuh jalan itu. Inilah yang kemudian diajarkan oleh Yesus dengan mengatakan siapa saja yang makan dagingnya akan mengambil bagian dalam hidup kekal. (bdk. Yoh 6:51-52).

Kesulitan memahami kata-kata Yesus ini dikarenakan orang-orang Yahudi masih terperangkap dalam pengertian badaniah. Mereka masih berharap akan pemberian  roti seperti yang dahulu mereka terima di padang gurun (bdk. Ul.8:3) dan yang Yesus berikan pada orang banyak (bdk. Yoh 6:1-15). Orang-orang gagal paham bahwa yang dilakukan Yesus saat pemberian roti kepada orang banyak adalah simbol pengorbanan diri Yesus bagi mereka. Lebih jauh lagi, Yesus mengajak mereka untuk melihat bahwa yang memberi makanan dari langit itu ialah Bapa-Nya dan sekarang ini Dirinya lah roti yang turun dari surga. Menerima dan mempercayai-Nya akan membuat mereka mendapatkan roti yang memberi hidup (bdk. Yoh 6:32-40). 

Yesus itu pemberian dari surga yang membawa kehidupan ke dalam dunia. Pemberian ini jauh lebih luas dari irama kehidupan yang biasa yaitu lapar menjadi kenyang kemudian lapar lagi. Pemberian Yesus membawa irama kehidupan yang baru dan hanya dapat dipahami dengan cara menghayatinya. Inilah cara untuk berbagi hidup kekal dengannya (bdk. Yoh 6:51 dan 58). Iman akan Ekaristi menjadi cara Gereja menerima kebenaran warta Yesus itu. Itulah sikap orang beriman yang berkebalikan dengan mereka yang mempertanyakan bagaimana itu mungkin (bdk. Yoh 6:52).

Mereka yang mengikuti Yesus diajak agar terus berusaha memberi isi nyata Iman akan Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, hal-hal kerohanian harus menjadi tampak nyata dan  berdampak pada kenyataan hidup sehari-hari . Inilah yang akan mengangkat hidup keseharian umat beriman menjadi makin dekat pada kehadiran ilahi. Tidak disangkal adanya ketimpangan di kalangan pengikut Yesus sendiri dan inilah kelemahan manusiawi kita. Tapi justru dengan menyadari sisi-sisi yang manusiawi itu,  kita akan semakin dapat berharap bersatu dengan kurban persembahan Yesus sendiri. Inilah makna pernyataan “siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh 6:56). Kurban Yesus ini menyelamatkan dunia dan dalam arti ini Ekaristi adalah bentuk nyata Gereja ikut serta dalam kurban penebusan tadi

Sangat sering kita memandang Ekaristi sebagai obat kuat rohani atau obat berkelakuan baik. Hal ini nampak saat kita sering mempertanyakan kelakuan orang yang sudah menyambut komuni tidak lebih baik dari yang tidak menyambut komuni. Kenyataan ini memang sering kita lihat dan tanpa kita sadari pandangan seperti itu malah menjauhkan kita dari nilai Ekaristi yang sesungguhnya. Ekaristi itu sakramen yang menghadirkan kenyataan rohani dalam diri kita dan agar kenyataan rohani ini nampak dalam kehidupan maka kehadiran ini perlu diberi ruang. Tiap orang dapat berlaku baik, dengan atau tanpa ekaristi, karena memang manusia memiliki bakat berbuat baik. Hanya orang yang percaya akan kekuatan Ekaristi akan semakin melihat dan mengakui bahwa kemampuan berbuat baik serta keberanian untuk menjadi lebih baik itu melulu datangnya dari Allah dan bukan dari kekuatan manusiawi. Bagi orang yang percaya, kemampuan berbuat baik itu anugerah Ilahi. Anugerah inilah yang ditandai dengan Ekaristi. Dalam arti inilah ekaristi membuat kita semakin dekat dengan kehidupan Yang Ilahi sendiri.

Semoga dengan perayaan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus hari ini, kita semakin mencintai dan menghormati Ekaristi. Semoga kita juga selalu terbuka akan kehadiran Kristus dalam Ekaristi dan memberikan ruang kehadiran-Nya di dalam diri kita serta membawa-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Selamat berhari Minggu, semoga Tuhan senantiasa menyertai dan memberkati kita.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Paroki Maria Bunda Segala Bangsa




Next article Next Post
Previous article Previous Post