“QUI ENIM NON EST ADVERSUM VOS, PRO VOBIS EST”
(SIAPA SAJA YANG TIDAK MELAWAN KITA, IA ADA DI PIHAK KITA)
MINGGU, 29 SEPTEMBER 2024
HARI MINGGU BIASA KE-26 TAHUN B/II
BACAAN: BILANGAN 11:25-29; YAKOBUS 5:1-6; MARKUS 9:38-43.45.47-48
Kampung Code adalah salah satu mahakarya dari Romo Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau biasa dipanggil dengan Romo Mangun. Perjuangan Romo Mangun dalam menata Kampung Code tidaklah mudah. Pada awalnya, karya Romo Mangun dicurigai sebagai salah satu bentuk Kristenisasi padahal karya yang Romo Mangun lakukan adalah murni niat tulus beliau untuk mencegah penggusuran tempat tinggal warga pinggir sungai Code. Bersama dengan warga masyarakat lintas agama, Romo Mangun secara perlahan mulai menata dan membuktikan bahwa mereka yang tinggal di pinggir sungai Code bisa hidup disiplin, menjaga kebersihan sungai, tidak ada proses Kristenisasi dan kampung mereka bisa menjadi tempat yang indah dipandang mata. Para warga Kampung Code pun diajak mendekat kepada Tuhan dengan dibuatkan Musholla di dalam kampung. Kini mereka semua bisa tetap tinggal di tempat mereka dan bisa menjalankan Ibadah sesuai dengan keyakinan mereka.
Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengajarkan kepada kita bahwa menjadi pengikut Kristus tidaklah harus menjadi murid-Nya. Yang menjadi ukuran sebagai pengikut-Nya adalah keselarasan dengan Yesus dalam tugas pengutusan yang dijalankan oleh-Nya. Ini diajarkan Yesus kepada Yohanes, ketika ia menceritakan kepada Yesus bahwa ia mencegah orang yang bukan murid-Nya melakukan pengusiran setan dalam nama-Nya. Mendengar hal ini Yesus menasehati Yohanes untuk membiarkan orang itu melakukan pekerjaan atas nama-Nya karena mereka pasti ada di pihak-Nya. (bdk. Mrk 9:38-40). Hal ini pun dilakukan oleh Romo Mangun yang membangun Kampung Code tanpa peduli agama yang mereka anut. Bahkan Romo Mangun merancang dan membangun Masjid bagi mereka. Bersama masyarakat yang beda agama, Romo Mangun bekerja mewujudkan Kampung Code yang lebih manusiawi tanpa pernah meminta mereka untuk menjadi Katolik. Bagi Romo, saat mereka bersama-bersama mau mengusahakan kesejahteraan bersama, saat itulah mereka sudah selaras dengan karya penebusan Yesus di dunia ini.
Para Murid diajarkan kebesaran hati untuk menerima suatu kenyataan bahwa Yesus bukanlah eksklusif milik mereka yaitu kelompok murid-Nya. Yesus adalah milik semua orang, baik mereka yang menjadi murid-Nya ataupun tidak. Kita di sini diingatkan akan perintah Yesus sebelum diangkat ke surga. Yang pertama, Yesus memerintahkan kita agar kita semua pergi kepada segala bangsa untuk menjadikan mereka murid-Nya. Bila mereka percaya maka kita bisa membabtis mereka dan mengajar mereka tentang ajaran-Nya (bdk. Mat. 28:19-20). Menjadi murid tidaklah harus menjadi anggota kelompok murid. Kebesaran hati inilah yang menjadi pelajaran pertama bagi para Murid-Nya.
Pelajaran kedua yang hendak diajarkan kepada para murid adalah bahwa semua pahala yang saat ini mereka terima adalah karena mereka adalah pengikut Kristus dan bukan karena anggota kelompok Murid Kristus (bdk. Mrk 9:41). Mereka diajar Yesus untuk melihat diri mereka secara benar. Menjadi pengikut Kristus inilah yang membawakan keselamatan bagi orang lain. Ini kiranya cocok dalam kehidupan menggereja kita saat ini yaitu agar kita tidak berpikir menjadi pusat dengan mencari kedudukan dalam tugas pelayanan di Gereja. Kristuslah yang seharusnya menjadi pusat dari pelayanan kita dan kedudukan dalam tugas pelayanan adalah sarana kita untuk melayani sesama.
Pelajaran yang paling akhir adalah agar kita memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang-orang yang hendak mengikuti Yesus secara tulus. Mereka jangan sampai disesatkan oleh para murid yang merasa lebih dekat kepada Yesus. Lalai menjalankan tugas tanggung jawab ini akan mendapat hukuman yang lebih berat daripada orang yang ditenggelamkan dalam laut dengan batu giling yang diikatkan pada lehernya (bdk. Mrk. 9:42). Ayat ini hendaknya jangan dilihat sebagai ancaman namun perlu dilihat bahwa mereka yang telah diserahkan kepada kita adalah sangat berharga. Untuk itu dibutuhkan integritas dari kita dengan tidak membiarkan diri kita sendiri jatuh tersandung. Untuk itu Yesus memberikan nasehat yang sangat keras agar kita tidak jatuh tersandung (bdk Mrk. 9:43-48). Bila orang mampu menjaga dirinya sendiri, tentunya akan mampu menolong orang lain. Nasehat Yesus yang keras ini jangan diartikan secara harafiah. Kita diminta untuk selalu menyadari bahwa kehidupan dan kerajaan Allah adalah pilihan dasar dan utama bagi kehidupan kita.
Selamat merayakan hari Minggu Biasa ke-26
Pergilah, kita semua diutus.
Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa
Sumber Ilustrasi: freebibleimages.org |