“Hoc est corpus meum, Hic est sanguis meus” (Inilah Tubuhku, Inilah darahku)

author photo June 02, 2024
Minggu, 2 Juni 2024
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS TAHUN B/II
BACAAN: Keluaran 24:3-8; Ibrani 9:11-15; Markus 14:12-16.22-26

Semenjak terhubungnya kota-kota dengan jalan Tol perjalanan mudik menjadi semakin cepat dan nyaman. Situasi ini berbeda sekali dengan situasi 10 tahun lalu. Saat itu kita mesti mengendarai kendaraan dengan pelan, menghadapi kemacetan di pasar, berbagi jalan dengan banyak moda darat lainnya seperti sepeda, sepeda motor, truk, bus dan perlintasan kereta api. Suasana perjalanan saat itu menjadi sangat melelahkan dan penuh ketidakpastian. Meskipun pada akhirnya kita bisa sampai ke tujuan namun tenaga dan waktu yang dibutuhkan luar biasa besarnya.

Minggu ini kita memperingati Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Tubuh dan Darah Kristus yang kita rayakan dan kita santap dalam perayaan Ekaristi, bagaikan jalan Tol bagi kita untuk menuju kepada Bapa. Dengan pemberian diri-Nya – yaitu tubuh dan darahnya – Yesus menegaskan diri-Nya sebagai jaminan perjanjian keselamatan yang baru. Setiap orang yang bersatu dengannya akan tergabung di dalam keselamatan. Roti yang disambut dan anggur yang diminum menandai kesatuan dengan tubuh dan darah Yesus – dengan diri-Nya sepenuh-penuhnya.

Yesus saat itu sudah jadi tokoh tenar. Orang banyak selalu mengiringi perjalanan Yesus, bahkan di tempat Ia sedang mengajar dan beristirahat dengan para murid-Nya, pasti juga didatangi orang-orang. Dalam segala pengajaran ataupun tindakan-Nya, Yesus selalu berusaha untuk memurnikan harapan orang Yahudi tentang mesias. Yesus bukanlah mesias yang akan membangun kembali kejayaan Bangsa Israel atau menumbangkan bangsa penindas. Yesus datang untuk memperkenalkan Allah yang bisa didekati. Kali ini di Yerusalem, di kota-Nya yang suci, Yesus memperkenalkan Allah sebagai Allah yang bisa dijangkau oleh orang banyak bukan dengan melalui kurban dan upacara, tetapi lewat diri-Nya sendiri yaitu diri Yesus. Pada kesempatan itulah Yesus membuat roti dan anggur perjamuan menjadi tanda pemberian diri seutuhnya kepada mereka yang ikut makan dan minum. Kata-kata “inilah tubuhku” (Mrk 14:22) dan “inilah darahku” (24) menjadi ajakan bagi mereka yang ikut serta dalam perjamuan untuk menyadari bahwa sebenarnya mereka bersatu dengan Dia yang kini menjadi tanda keselamatan bagi orang banyak. Darah perjanjian inilah yang dulu secara ritual diadakan dalam upacara kurban sembelihan untuk meresmikan Perjanjian sebagaimana kita baca dan dengar dalam bacaan pertama.

Gambaran kita tentang perjamuan terakhir boleh jadi adalah terjadi di sebuah ruang khusus yang di dalamnya hanya terdiri dari Yesus sebagai pemimpin perjamuan dan kedua belas murid-Nya. Kita mesti mulai mengubah pemahaman ini. Ruang tempat Yesus dan para murid makan pasti dipenuhi orang-orang lain juga karena Yesus adalah tokoh yang terkenal dan tempat perjamuan pasti diketahui banyak orang meskipun pemilihan tempat perjamuan dilakukan dengan cara yang unik (bdk. Mrk 14:12-16). Dua orang murid disuruh-Nya memasuki kota dan di sana mereka akan berjumpa dengan seorang laki-laki yang membawa kendi air dan orang itu akan menunjukkan ruang besar yang sudah disiapkan untuk perjamuan. Pada zaman itu, air biasanya dibawa dengan kerbat dari kulit. Bahwa ada seorang lelaki yang membawa kendi air adalah suatu hal yang tidak biasa dan ini akan menarik perhatian banyak orang. Penggambaran ini untuk menunjukkan kepada kita bahwa tempat perjamuan tersebut pasti sangat mudah diketahui orang dan bukanlah tempat yang diam-diam dipilih. Siapa saja pasti akan bisa melihat pemandangan aneh yaitu orang yang membawa kendi air dan dengan demikian pasti akan mengetahui tempat yang ditunjukkan orang itu kepada kedua murid tadi.

Ada dua hal yang bisa kita ambil dari bacaan dan perayaan kita hari ini dan ini sangat erat hubungannya dengan inti perayaan Ekaristi. Yang pertama, adalah kurban Yesus sendiri dan yang kedua adalah besarnya kemungkinan kita saat ini berbagi kehidupan dengan-Nya. Dua hal inilah yang menjadikan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Ekaristi adalah sumber seluruh hidup Kristiani karena Ekaristi adalah kurban Kristus sendiri dan dalam Ekaristi kurban salib Kristus hadir secara sakramental bagi keselamatan umat manusia. Ingatan akan perayaan ini akan diteruskan turun temurun hingga akhir zaman nanti dan peristiwa perjamuan terakhir ini masih akan terus berlangsung. Selain itu kesatuan kita dengan Dia yang mengorbankan diri demi orang banyak akan menjadi semakin nyata melalui segala tindakan, perbuatan dan perkataan kita sebagai pengikut Kristus.


Selamat Merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.
Pergilah, kita semua diutus !!

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa

 
Sumber Ilustrasi: http://www.haltadefinizione.com

Next article Next Post
Previous article Previous Post