Menapaki Jalan Emmaus: Menghayati Iman yang Hidup, Eksplisit, dan Operatif

author photo May 06, 2024
Rekoleksi Emmaus Journey Angkatan ke-6, yang berlangsung pada 1 Mei 2024, mengusung tema “Tetap Berkobar-kobar Mewartakan Kasih Tuhan dalam Pelayanan.” Dr. Arcadius Benawa dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta, memimpin sesi refleksi dengan topik "Spiritualitas Emaus: Membangun Ketangguhan Iman - Dari Hopeless Menjadi Martir". Tujuan dari sesi ini adalah untuk menjelajahi inti dari spiritualitas Emmaus dan memberikan pelajaran kepada peserta tentang pengembangan ketangguhan iman. Selama seminar, dibahas kisah dua murid yang berjalan ke Emaus dan percakapan mereka dengan Yesus, yang tidak mereka kenali pada awalnya. Peristiwa ini menyoroti transformasi mereka dari rasa putus asa ke peningkatan iman, melalui penjelasan Yesus tentang naskah suci, yang puncaknya yaitu pengakuan mereka akan kebangkitan dan keagungan Yesus.

Refleksi ini juga termasuk pemikiran tentang cara mengatasi godaan-godaan dunia yang menguji iman, seperti godaan kekayaan, seksualitas, dan kekuasaan, serta menghadapi keputusasaan dan kegagalan. Sebagai inspirasi, disajikan cerita dari kehidupan Colonel Sanders, pendiri KFC, yang mengalami berbagai kegagalan sebelum akhirnya mencapai kesuksesan di usia lanjut. Cerita ini menunjukkan bagaimana ketabahan dan kegigihan bisa merubah kegagalan menjadi keberhasilan. Hal ini menegaskan bahwa menjadi martir dalam iman tidak selalu berarti pengorbanan hidup secara literal, melainkan berarti memiliki ketangguhan dan keberanian untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.

Peserta Emmaus Journey (Emmauser) diajak untuk menginternalisasi kebiasaan-kebiasaan yang membangun ketangguhan, seperti proaktivitas dan kepemimpinan pribadi, yang diperlukan untuk mengatasi tantangan. Dengan mempraktikkan nilai-nilai ini, peserta diharapkan bisa tetap bersemangat dalam melayani dan menyebarkan kasih Tuhan. Dr. Benawa menutup dengan pesan bahwa spiritualitas Emaus bukan hanya tentang transformasi pribadi tetapi juga tentang bagaimana kita, sebagai komunitas iman, bisa saling menguatkan dan bertumbuh dalam ketangguhan untuk mewartakan kasih Tuhan.

Sesi berikutnya dipimpin oleh Rm. Driyanto yang mengarahkan peserta menggali makna perjalanan Emmaus yang menggambarkan perjalanan kita, yaitu bagaimana mengeksplorasi dan merenungkan Kitab Suci, perjalanan hidup kita yang dihentakkan oleh Tuhan, hingga akhirnya pemecahan roti yang mempersatukan kita dengan Tubuh Kristus.

Peserta rekoleksi juga diajak untuk merefleksikan makna sebagai garam dan terang dunia. Sebagai garam artinya ia berguna layaknya garam memberikan rasa, mengawetkan, menyembuhkan, serta melebur untuk sesamanya walaupun boleh jadi menjadi pribadi yang dikenal atau tidak dianggap. Menjadi terang dunia, artinya: memancarkan kebaikan, kebenaran, dan kasih melalui tindakan dan kata-kata mereka. Pengertian ini berasal dari Injil Matius 5:14, di mana Yesus memberitahu para pengikut-Nya, "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi."

Setiap Emmauser didorong untuk merenungkan dan mengambil buah dari refleksi ini, yaitu
  • Kita diciptakan untuk melayani: Kita melayani Tuhan dengan mengikuti perintah dan kehendak-Nya, serta dengan berusaha hidup suci. Yesus mengajarkan bahwa salah satu cara utama untuk melayani Tuhan adalah dengan melayani orang lain, terutama mereka yang paling membutuhkan.
  • Kita diselamatkan untuk melayani: keselamatan yang diberikan oleh Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya bukan hanya tentang pembebasan pribadi dari dosa, tetapi juga tentang panggilan untuk berpartisipasi dalam misi Kristus di dunia. Ini berarti bahwa setiap orang yang menerima keselamatan dipanggil untuk meresponi anugerah ini dengan melayani Tuhan dan sesama.
  • Kita dipanggil untuk melayani: kita memiliki tanggung jawab untuk mengaktualisasikan iman melalui tindakan pelayanan. Pemahaman ini berakar dalam ajaran Yesus Kristus, yang menunjukkan melalui kehidupan dan pengajarannya bahwa melayani sesama merupakan bagian inti dari hidup beriman.
  • Kita diperintah untuk melayani: pelayanan bukan hanya sebuah pilihan atau panggilan individu, tetapi merupakan sebuah perintah yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada semua pengikut-Nya. Ini berakar pada prinsip-prinsip dasar ajaran Kristiani yang terkandung dalam Injil, di mana Yesus secara eksplisit mengajarkan dan menunjukkan pentingnya melayani orang lain sebagai ekspresi cinta dan iman.
  • Kita dimaksudkan untuk hidup kekal: ini menekankan bahwa kehidupan di dunia ini adalah sementara dan persiapan untuk kehidupan yang tak terbatas waktu dan penuh dengan kebahagiaan abadi.

Rekoleksi Emmaus Journey diakhiri dengan Misa Perutusan yang dipimpin oleh Rm. Driyanto. Dalam kesempatan ini, para peserta rekoleksi diingatkan untuk terus membara dalam semangat mereka, mirip dengan semangat murid-murid pada perjalanan ke Emmaus. Rm. Driyanto juga mengulang kata-kata inspiratif dari Mother Theresa, “God has not called me to be successful; He has called me to be faithful” untuk menguatkan iman para Emmauser. Kata-kata ini menegaskan bahwa menjadi setia kepada ajaran Tuhan dan mengikuti teladan hidup Yesus Kristus adalah lebih penting daripada mengejar kesuksesan duniawi. Kesetiaan tersebut harus tercermin dalam tindakan-tindakan yang penuh dengan kasih, kejujuran, dan keadilan.

Setiap Emmauser didorong untuk menghayati iman yang “hidup, eksplisit, dan operatif”. “Iman yang hidup" maksudnya sebagai iman yang harus aktif dan termanifestasi melalui tindakan. St. Yakobus menekankan pentingnya perbuatan sebagai bukti dari iman yang sejati. Iman tanpa perbuatan dianggap sebagai iman yang mati. Iman yang Eksplisit: artinya, iman ini tidak hanya dipegang secara pribadi tetapi juga dinyatakan dengan jelas dan terbuka. Ini melibatkan pengakuan iman yang jelas baik secara privat maupun publik, dan kemauan untuk berdiri teguh dalam nilai-nilai Kristiani di hadapan tantangan sosial atau budaya. Iman yang Operatif: Ini menunjukkan bahwa kepercayaan sejati harus berdampak pada tindakan. Iman yang operatif berarti iman yang berkerja melalui kasih (Galatia 5:6), menginspirasi seseorang untuk bertindak dalam keadilan, kasih, dan pelayanan kepada orang lain.

Alexander Wijayanto
Fasilitator Emmaus Journey-Maria Bunda Segala Bangsa




Next article Next Post
Previous article Previous Post