“Ego Sum Pastor Bonus” (Aku adalah gembala yang baik)

author photo April 21, 2024
Minggu, 21 April 2024
HARI MINGGU PASKAH IV TAHUN B/II
HARI MINGGU PANGGILAN
BACAAN: Kisah Para Rasul 4:8-12; 1Yohanes 3:1-2; Yohanes 10:11-18

Nama Riyanto, Anggota Banser, tentunya tidak akan pernah dilupakan oleh keluarga, masyarakat Indonesia dan jemaat Gereja Eben Haezer Mojokerto. Pada tanggal 24 Desember 2000, Riyanto rela memberikan hidupnya saat bertugas menjaga Gereja tesebut. Hari itu, beliau meninggal dunia akibat bom yang día amankan dari lokasi gereja. Sebagai wujud tanggung jawab dan kecintaan kepada sesama, yang melampaui segala batasan Suku, Agama dan Ras, Riyanto berani mengambil resiko tersebut meskipun día harus kehilangan nyawanya.

Dalam Bacaan Injil hari ini, Yesus mengibaratkan diri sebagai gembala bagi kawanan domba-Nya. Sebagai gembala, Yesus takkan lari bila ada serigala menyerang domba-dombanya. Ini jauh berbeda dengan orang upahan yang tak bertanggung jawab. Sebagai gembala, Yesus adalah juga pemilik. Ia mengenal domba-dombanya dan mereka mengenal-Nya.

Yesus mengambil perumpamaan tentang gembala dalam kaitannya dengan percakapan-Nya dengan orang Farisi (bdk. Yoh 10:11), saat mereka menguji layak dan sahnya tidakan-Nya menyembuhkan orang buta sejak lahir (bdk. Yoh 9:40-41). Orang Farisi adalah orang intelek, yang melek dengan Kitab Suci sehingga rujukan pemikiran mereka adalah teks-teks agama yaitu Kitab Taurat, Nabi-Nabi dan Mazmur. Kitab-kitab tersebut sering kali menggambarkan Tuhan sebagai gembala yang menjaga domba-dombanya (bdk. Mzm.23), sehingga orang yang berada di dekat-Nya tidak perlu merasa khawatir menghadapi bahaya (bdk. Mzm.28:2; 77:21; 78:52; Yer. 23:3; 50:19), yang akan membela umat dari pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaannya (bdk. Yeh 34:1-10)

Yesus memberikan paradigma baru sebagai gembala dimana Yesus tidak memperlawankan diri dengan gembala yang jahat, melainkan dengan “pencuri dan perampok” (bdk. Yoh 10:1), dengan “orang asing” (bdk. Yoh 10:5) dan dengan “orang upahan” (bdk. Yoh 10: 12-13). Situasi ini menggambarakan kondisi sosial yang dihadapi para murid Yesus yang hidup di tengah-tengah masyarakat Yahudi dimana mereka merasa tidak nyaman dan terintimidasi. Dengan percaya dan dekat kepada Yesus mereka bisa tetap kuat dan teguh.

Sebagai gembala yang baik, Yesus sendiri melindungi murid-murid-Nya bahkan sampai mempertaruhkan hidup-Nya. Dengan selalu dekat dengan-Nya, para murid-Nya akan makin menemukan bahwa diri mereka dimiliki oleh Bapa. Gembala yang baik akan selalu menimbulkan kesadaran ini sementara orang upahan tidak akan melakukannya. Dengan kesadaran seperti ini, tidak akan ada domba-domba yang bisa direnggut dari-Nya (bdk. Yoh 10:18).

Gembala yang baik akan mengenal domba-dombanya (bdk. Yoh 10: 14). Mereka tidak akan diperlakukan secara anonim, bahkan sang gembala akan selalu memanggil kawanan satu persatu (bdk. Yoh 10:3). Ada hubungan yang istimewa antara gembala yang juga pemilik dan kawanan itu. Ini akan terjadi bila kawanan dan gembala saling mengenal sehingga timbul rasa aman dan percaya. Konkretnya adalah pengalaman yang dialami oleh Maria Magdalena yang sempat tidak mengenali Yesus setelah kebangkitan. Saat itu Maria Magdalena sedang menangis karena jenasah Yesus hilang dan setelah disapa, Maria langsung mengenali Yesus (bdk. Yoh 20:16). 

Mengikuti Yesus bukanlah berarti meniru-niru. Kita mesti melangkah di jalan yang dirintis oleh yang kita ikuti. Menjadi pemimpin bukanlah meniru gembala yang bertindak sebagai pemilik kawanan, apalagi sampai mengambil alih kedudukan-Nya sebagai pemilik. Mereka yang diberi kedudukan memimpin harus selalu mengikuti Dia yang selalu menyapa satu persatu kawanannya. Pemimpin juga harus membantu agar kawanan bisa lebih melihat siapa yang berjalan di muka. Pemimpin harus pula memberi tahu sang empunya kawanan bila ada dari antara kawanan yang tertinggal dan tak menemukan jalan. Sang gembala yang empu-Nya kawanan itu tentu saja akan mencarinya sampai ketemu (bdk. Luk 15:1-7 Mat 18:12-14).

Pada akhirnya Yesus menjelaskan hubungan erat antara gembala dan kawanan seperti hubungan Yesus dengan Bapa-Nya yang adalah asal kehidupan. Yesus menegaskan bahwa Ia sangatlah dekat dengan asal kehidupan itu sendiri dan Ia pun mengajak para pengikutnya untuk juga mendekat ke asal kehidupan. Yesus berani menyerahkan hidup-Nya karena ia sadar bahwa ia takkan kehabisan, karena Ia dekat dengan sang sumber hidup itu sendiri dan akan membagi sumber hidup itu kepada para murid-Nya. Itulah komitment Yesus kepada kita semua. 

Selamat berhari Minggu dan merayakan Minggu Panggilan. 
Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa


Sumber Ilustrasi: freebibleimages.org

Next article Next Post
Previous article Previous Post