MINGGU, 11 FEBRUARI 2024
HARI MINGGU BIASA VI TAHUN B/II
HARI ORANG SAKIT SEDUNIA
Bacaan: Imamat 13:1-2.45-46; 1Korintus 10:31-11:1; Markus 1:40-45
Bila kita sedang ada suatu persoalan dan datang ke orang yang tepat, persoalan akan mudah kita bereskan. Seandainya bila kita sedang bermasalah dengan pajak, kepada konsultan pajaklah kita akan mendapat bantuan yang tepat. Bila kendaraan kita rusak, kepada mekaniklah kita akan meminta tolong. Demikian juga bila kita sakit, kepada dokterlah kita akan bisa dibantunya untuk sembuh. Kemajuan tehnologi informasi yang sangat luar biasa, memungkinkan semua orang bisa mendapatkan akses data dan pengetahuan dari dunia maya. Banyak aplikasi yang bisa kita pakai bila kita ingin mencari jawab terhadap suatu persoalan. Terlebih saat ini, kecerdasan buatan sudah sangat pintar karena didukung dengan basis data yang luar biasa besarnya. Meskipun demikian, tidak semua hal bisa menggantikan peran manusia. Perhatian, kasih sayang, kelemahlembutan tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan.
Hari minggu ini adalah hari orang sakit sedunia yang ke-32. Orang sakit, kaum rentan dan orang miskin adalah inti dari Gereja sehingga hal-hal ini harus menjadi pusat perhatian kemanusiaan dan pastoral kita sebagai umat Allah. Tema yang diambil Bapa Paus di hari orang sakit sedunia adalah “Tidak Baiklah kalau Manusia itu Sendirian” dengan sub tema “Penyembuhan Orang Sakit melalui Penyembuhan Relasi”. Pesan Bapa Paus ini sejalan dengan bacaan injil yang kita dengar hari ini. Perjumpaan si penderita Kusta dengan Yesus, membuat ia berani untuk meminta kesembuhan kepada Yesus. Perjumpaan Yesus dengan penderita kusta telah menggerakkan hati-Nya untuk menyembuhkannya. Dengan kasih dan kelembutan-Nya, Yesus menyembuhkannya.
Bacaan pertama yang diambil dari Kitab Imamat menjelaskan aturan bagi penderita kusta. Aturan ini dibuat agar kurban persembahan tetap bersih dan suci. Penyakit kusta ini menyeramkan dan membuat mereka dijauhi orang. Sebagai gambaran, penyakit kusta yang disebutkan oleh Alkitab berbeda dengan penyakit kusta saat ini. Penyakit kusta dalam Alkitab adalah sejenis penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur dan menyebabkan kulit melepuh merah. Para penderita ini tidak boleh ikut ibadah karena mereka dianggap najis. Mereka juga harus berpakaian yang tercabik, rambut terurai dan harus tinggal terasing di luar perkemahan (bdk. Im.13:44-46). Mereka baru bisa diterima kembali ke tengah masyarakat bila mereka sudah sembuh dan setelah Imam menyatakan mereka “tahir” (bdk. Im.14:2-32). Hal inilah yang kemudian menjadi persoalan. Semua ibadah dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem dan penegasan untuk “tahir” hanya bisa dilakukan di Bait Allah pada kesempatan yang sangat terbatas. Hal ini membuat banyak penderita kusta, walaupun mereka sudah sembuh, tidak bisa mendapat pengesahan dari para Imam sehingga mereka masih terkucil dari masyarakat. Inilah yang menjadi latar belakang bacaan Injil hari ini.
Diceritakan dalam bacaan Injil yang kita dengar di hari minggu ini, seorang penderita kusta yang memohon kepada Yesus dengan mengatakan bila Yesus menghendaki, tentu Ia dapat menyembuhkannya. Yesus mengulurkan tangan, menyentuh dan mengatakan mau sehingga si penderita kusta menjadi sembuh. Setelah mendapat kesembuhan, orang itu diperingatkan agar tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun namun harus segera pergi menghadap Imam, sesuai dengan perintah Musa (bdk. Mat 1: 40-45).
Ada dua hal yang menarik dari bacaan Injil ini. Yang pertama adalah perkataan si penderita kusta dan reaksi Yesus atas perkataan tersebut. Si penderita kusta mengatakan “Kalau Engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku”(Mat 1:40). Perkataan si pendertia kusta ini menunjukkan imannya kepada Yesus, bahwa Yesus pasti bisa menyembuhkannya. Menanggapi permintaan ini dan melihat iman si penderita kusta, timbulah rasa iba pada diri Yesus sehingga Ia pun menuruti permintaan si penderita kusta ini. Secara tersirat, orang ini sebenarnya tidak hanya memohonkan kesembuhan dari kusta, namun juga permohonan agar Yesus menyatakan dia “tahir”.
Ini menjadi hal kedua yang menarik. Kita bisa melihat bagaimana sikap Yesus atas permohonan untuk menyatakan dia “tahir”. Atas permintaan ini, Yesus menyuruhnya pergi menghadap Imam, karena menurut perintah Musa (Im 14:2-32), Imam lah yang berwenang secara resmi menyatakan orang sudah bersih dari kusta. Yesus selanjutnya menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras dan melarang orang itu menceritakan apapun kepada siapa saja. Yesus lalu menyuruh orang itu untuk membawa persembahan yang diwajibkan hukum Musa untuk menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan siap dinyatakan bersih. Inilah yang dimaksud dengan “sebagai bukti” (bdk. Mat 1:43-44). Namun orang itu tidak mengindahkan perintah Yesus tersebut. Yang terjadi kemudian penderita kusta ini bercerita kemana-mana. Dia mengabaikan pesan Yesus untuk tidak bercerita kepada siapapun dan mengabaikan pula perintah-Nya untuk pergi ke Imam dengan membawa kurban.
Saat kita sakit atau dalam kesusahan, kita datang memohon pertolongan kepada Tuhan. Hal yang berbeda bila kita dalam suasana sehat ataupun gembira. Saat-saat seperti itu, kita seringkali mengabaikan Tuhan. Bacaan hari ini mengingatkan bahwa dalam kondisi apapun kita harus selalu ingat dan dekat padanya. Paulus dalam surat kepada umat di Korintus, mengingatkan umat agar saat mereka melakukan makan minum dan lainnya semuanya dilakukan demi kemuliaan Tuhan. (bdk. 1Kor 10:31). Artinya segala kegiatan dan suasana, kita harus selalu ingat pada-Nya dan menggunakannya untuk kemuliaan-Nya. Kita harus ingat bahwa Bait Allah yang baru sekarang ini tidak lagi di Yerusalem melainkan di tempat di mana saat ini Yesus berada. Dialah Bait Allah yang baru. Ia sendiri jugalah yang menjadi kurban bagi pulihnya orang kusta serta kaum terpinggir lainnya. Warta gembira inilah yang harus selalu kita ingat dan sampaikan kepada banyak orang.
Renungan bagi kita di minggu ini:
- apakah aku hanya ingat Yesus dan datang kepada-Nya saat aku dalam situasi yang tidak menyenangkan?
- apakah dalam kondisi yang baik aku juga datang pada Yesus dan mau melayani-Nya dengan memberikan waktu dan tenaga saya kepada-Nya?
Kita semua di hari minggu ini diingatkan bahwa apapun situasi dan kondisi kita, kita harus selalu datang kepada-Nya dan melayani-Nya. Ia adalah Bait Allah yang baru dan disitulah kita mendapat penyembuhan dan petahiran.
Selamat berhari Minggu.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.
Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa