Bangunlah!

author photo February 04, 2024
MINGGU, 4 FEBRUARI 2024
HARI MINGGU BIASA V TAHUN B/II
Bacaan: Ayub 7:1-4.6-7; 1Korintus 9:16-19.22-23; Markus 1:29-39

Pandemi Covid yang baru saja kita alami memberikan dampak sosial dan psikologis pada seluruh masyarakat. Pandemi ini mengakibatkan peningkatan pengangguran, pemisahan keluarga, dan berbagai perubahan lainnya. Bagi beberapa orang hal ini akan mengakibatkan pula masalah psikologis seperti kecemasan, kesedihan yang bisa mengakibatkan bunuh diri dan melukai diri sendiri. Namun bagi beberapa orang, pandemi ini membuat mereka bangun dari zona nyaman sebelumnya. Ada yang sebelum Covid berprofesi sebagai karyawan, namun saat covid mereka memulai usaha sendiri dengan melakukan usaha dari rumah. Banyak dari mereka gagal di awal-awal usahanya, namun dengan ketekunan dan usaha kerasnya, banyak dari mereka yang kemudian berhasil. Setelah pandemi usai, usaha itu diteruskan dan menjadi pekerjaan mereka yang utama.

Bacaan Injil yang dibacakan hari ini melanjutkan kisah Injil yang dibacakan di minggu lalu dimana Yesus mengajar dan mengusir roh jahat di rumah Ibadat dan pada hari Sabat. Sore harinya Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon yang sedang terbaring karena sakit demam. Ibu mertua Simon setelah disembuhkan oleh Yesus, kemudian bangun dan melayani mereka. Petang harinya Yesus pun kembali disibukkan dengan penyembuhan dan pengusiran roh jahat. Adalah menjadi adat bangsa Yahudi di waktu sabat untuk berhenti melakukan pekerjaan dan menggunakan waktunya untuk mendalami Taurat dan berdoa.  Yesus melakukan hal yang lebih daripada yang menjadi adat kebiasaan tersebut. Yang dilakukan oleh Yesus tidak hanya berhenti bekerja dan mendalami Taurat secara pasif namun Yesus membuat hari Sabat menjadi lebih luhur dengan melakukan hukum Taurat secara aktif. Karya Yesus di hari Sabat ini dilakukannya dalam rangka pendalaman Sabda Allah bagi banyak orang. Yesus patuh pada aturan hukum Taurat untuk tidak bekerja di hari Sabat dan ini ditunjukkan Yesus dengan tidak mengangkat bangun Ibu mertua Simon. Ia memegang tangannya dan itu sudah cukup. Setelah Ibu mertua Simon bangun, ia langsung melayani mereka. Yesus pun kemudian melanjutkan pelayanan-Nya untuk melayani yang lainnya. Pelayanan Yesus terus berlanjut dan tidak hanya berhenti untuk keluarga terdekatnya serta orang-orang disekitarnya. Pagi-pagi benar, setelah berdoa, Ia mengajak para murid-Nya untuk pergi ke tempat yang lainnya. Yesus mengatakan banyak orang yang perlu mendengar warta keselamatan yang dibawa oleh Yesus. 

Sama seperti di minggu lalu dimana Yesus menyuruh roh jahat untuk diam. Dlaam Injil minggu ini, Yesus sekali lagi membungkam mulut roh jahat. Roh jahat ini memang kenal Yesus dan ia hendak memanfaatkan hal itu untuk mengelabui Yesus dengan terus memuji-Nya. Namun dibalik itu semua, dia mau menjerumuskan Yesus. Dia ingin Yesus hanya dikenal sebagai orang yang selalu berhasil menyembuhkan banyak orang. Setan tidak mau Yesus dikenal dia Putera Allah yang turun ke dunia untuk mewartakan warta keselamatan Allah kepada semua makhluk. Ini disadari dan yang dihindari oleh Yesus, sehingga Ia membungkam mulut mereka. Senada dengan hal ini, Paus Fransiskus dalam doa Angelus di akhir bulan January lalu mengingatkan seluruh umat untuk tidak berdialog dengan roh jahat. Roh jahat itu selalu ingin mengikat jiwa manusia yang sudah dibebaskan dan ditebus oleh Yesus. Roh jahat itu ingin kembali memasang rantai dan membelenggu jiwa manusia. Rantai itu yang akan membuat kita kecanduan, merasa tidak pernah puas, selalu mengejar perfeksionisme, konsumerisme, hedonisme yang menjadikan manusia sebagai komoditas. Selain itu ada pula rantai ketakutan yang membuat kita memandang masa depan dengan pesimisme, ketidakpuasan yang selalu menyalahkan orang lain, penyembahan berhala terhadap kekuasaan sehingga timbullah pertikaian dan manipulasi pikiran banyak orang. Kita harus selalu ingat, bahwa Yesus datang untuk membebaskan kita dari semua belenggu ini dan Yesus berkuasa untuk itu. Yesus berkuasa untuk membebaskan kita dari kuasa kejahatan. Saat Ia mengusir iblis, Ia tidak pernah bernegosiasi dengannya. Ketika dicobai di padang gurun, tanggapan Yesus selalu berupa firman Kitab Suci dan tidak pernah berupa dialog. Belajar dari Yesus, kita sebagai umat-Nya, jangan pernah mencoba untuk berdialog dengan Roh Jahat. Jika kita mulai berbicara dengannya, ia akan selalu menang. Saat kita merasa tergoda dan tertindas, kita harus datang dan memohon kepada Yesus agar Yesus mengusirnya sehingga cinta, sukacita, kelembutan Roh Allah memerintah di hati kita. 

Yesus menyadari godaan yang mengiringi semua tindakan baik-Nya. Maka pagi-pagi benar, Ia keluar dan pergi ke tempat yang terpencil untuk berdoa. Ia menjauh dari orang banyak dan mencari tempat sepi agar Roh yang sejak babtisan membimbing-Nya, kini hadir dan menguatkan-Nya. Inilah sumber kekuatan Yesus sebagai pewarta yaitu selalu menyertakan Roh Allah dalam setiap karya-Nya. Kekuatan ini juga yang diteruskan Yesus kepada semua murid-Nya. Kendala bagi pewarta ialah mengajarkan tentang Yesus tanpa menerima-Nya dengan tulus. Sikap seperti ini sama seperti roh jahat yang menyuarakan berbagai kebenaran mengenai siapa Yesus tapi tidak menghayati-Nya. Karena itu pewartaan yang tak disertai keakraban dengan Yesus tidak akan memperkaya batin orang namun akan membebani.

Santo Paulus dalam bacaan kedua menjelaskan hal yang mendorongnya untuk mewartakan Injil. Itu bukanlah keinginannya untuk memegahkan diri dan mempertobatkan orang. Itu semua ia lakukan untuk berbagi pengalaman batin. Pengalaman ini membuatnya tahu apa itu “selamat”, yakni merasa disapa Tuhan. Inilah yang hendak dibawakannya kepada banyak orang. Kesaksiannya tidak diukurnya dengan upah yang diterima dari orang-orang yang mendengarkannya. Ukuran yang dipegangnya ialah kenyataan kabar gembira itu sendiri, artinya, ia baru merasa puas bila memang berhasil membuat orang bisa ikut menikmati kelegaan batin, menemukan jalan penyelamatan seperti yang dialaminya sendiri. Sama seperti Yesus yang mengajak para murid untuk pergi ke tempat lain untuk mewaratakan kabar gembira dan tidak hanya di lingkungan-Nya sendiri, Paulus juga tidak ingin dianggap “rasul” di sebuah komunitas yang menopang hidupnya dan dengan begitu terikat hanya pada lingkungan itu. Ia menegaskan ia ingin bebas mewartakan Injil tanpa terikat dan terarah pada kebutuhan tertentu. Pusat perhatiannya ialah pada kabar gembira yang telah dialaminya sendiri dan kini ia sampaikan ke pelbagai orang dengan cara yang berbeda-beda. Ia ingin berbagi pengalaman batin tadi dengan siapa saja, baik yang terbiasa dengan gagasan-gagasan agama Yahudi maupun dengan orang-orang yang berbeda latar belakangnya. Inilah yang hendak disampaikannya.

Bacaan hari ini menuntut kita untuk bangun. Kata lain dari bangun adalah bangkit berdiri dari tidur atau duduk. Dengan kata lain bangkit menunjukan perubahan sikap dari sikap pasif ke sikap aktif. Kita sebagai murid Yesus dipanggil-Nya untuk selalu bisa bangun dan melakukan karya pelayanan dan segera bergerak memberi kesaksian. 

Belajar dari mertua Simon yang sesudah bangun segera melayani Yesus dan para muridnya. 

- Apakah aku yang selama ini sudah disentuh oleh Yesus juga mau bangun dan menjadi mau mewartakan Yesus kepada sesamaku?

Kesaksian Paulus mengajak kita untuk berpikir lebih jauh tentang mewartakan Injil yaitu menyadari bagaimana Tuhan memang mau mendatangi manusia dan menjadikannya semakin utuh. Pertanyaan bagi kita: 

- Apakah aku benar-benar ingin terbebas dari belenggu yang membelenggu hatiku?
- Mampukah aku mengatakan “tidak” pada godaan kejahatan sebelum godaan itu menyusup ke dalam jiwaku? 
- Apakah aku memohon kepada Yesus, memperkenankan-Nya bertindak dalam diriku dan menyembuhkan batinku?

Kita semua di hari minggu ini dipanggil untuk bangun dan melayani-Nya. Marilah kita segera bangun dan bertindak. Waktunya sudah dekat! 

Selamat berhari Minggu.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa


 
Sumber Ilustrasi: freebibleimages.org


Next article Next Post
Previous article Previous Post