Bertobat dan Mengikuti Yesus

author photo January 21, 2024
MINGGU, 19 JANUARI 2024
HARI MINGGU BIASA III TAHUN B/II
HARI MINGGU SABDA ALLAH
Bacaan: Yunus 3:1-5.10; 1Korintus 7:29-31; Markus 1:14-20

Reuni adalah suatu kegiatan untuk bertemu dan berkumpul kembali dengan teman-teman yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Dalam acara itu, mereka akan berbagi cerita baik itu cerita sukses ataupun cerita lara. Hal yang paling mencolok adalah banyaknya perubahan yang terjadi antara mereka yang sering kali membuat mereka tidak saling mengenali. Mereka semua mengalami transformasi atau perubahan dan ini sangat berbeda dibandingkan saat jaman sekolah dahulu. Di antara alumni mungkin ada yang sudah jadi pengusaha yang sukses, pejabat daerah dan pusat, anggota DPRD, TNI/Polri/PNS dan lain-lain. Semuanya menjadi tak sama lagi, semuanya sudah berubah dan mereka pun mengalami perubahan itu.

Perubahan untuk menjadi lebih baik dengan bertobat dan menjadi murid Kristus adalah inti pewartaan yang hendak disampaikan dalam bacaan-bacaan di hari minggu ini. Kita mendengarkan bacaan dari Nabi Yunus, Surat Santo Paulus dan Injil Markus yang meskipun sangat singkat, namun isinya sangat mendalam. Bacaan-bacaan ini mengajak kita untuk sungguh bertobat dan hidup menurut ajaran Yesus yang tercantum dalam Injil-Nya.

Dalam bacaan Injil, Yesus melakukan dua hal yang pertama adalah mengumumkan Injil (bdk. Mrk 1:14-15) dan yang kedua adalah memanggil para murid yang pertama (bdk. Mrk 1:16-20). Dua hal ini mengawali perjalanan Yesus untuk mewartakan kabar gembira yang berwujud ajaran dan penyembuhan dari Galilea sampai ke Yerusalem. Setelah Yohanes ditangkap, orang banyak tidak dapat datang lagi untuk menyatakan pertobatan. Kini tokoh besar, yang diwartakan Yohanes, tampil ke depan dan mengatakan “Saatnya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percalah kepada Injil!”(Mrk 1:15). Ia mengajak semua orang untuk bertobat dan percaya kepada Injil karena waktu penantian sudah usai dan kini hadir seorang manusia yang memberikan diri sepenuhnya menjadi tempat bagi Allah. Di dalam manusia ini, Allah meraja. Pada awal karya-Nya ini, Yesus hendak mengatakan bahwa kebesaran Allah yang ada dalam diri-Nya kini hadir ditengah-tengah manusia. Yesus inilah wujud nyata Kerajaan Allah. Kerajaan Allah sudah terwujud. Pengajaran, penyembuhan, pengusiran kekuatan roh jahat, adalah tanda-tanda hadirnya Allah di tengah-tengah manusia. Itulah wujud nyata Kerajaan Allah yang dialami orang-orang pada waktu itu dan diceritakan kembali bagi generasi-generasi berikutnya.

Yesus menyerukan orang-orang untuk bertobat. Arti pertobatan di sini adalah keberanian dan kemauan untuk mengadakan perubahan dari kebiasaan manusia lama kepada manusia baru. Manusia baru disini artinya manusia yang bersikap, berpikir dan berbuat secara lain dari yang biasanya. Kita mendengar bagaimana Yunus menjadi manusia baru dengan berani mengajak penduduk Niniwe, yang adalah musuh Israel dan banyak dosanya, untuk berbalik kepada Tuhan. Orang Niniwe pun menjadi manusia baru dengan melakukan pertobatan dan berbalik kepada Allah. Bertobat bukan hanya menyesali perbuatan-perbuatan jahat namun juga berani untuk berubah yaitu mengubah diri menjadi pribadi yang baru yaitu pribadi yang lebih baik. Pertobatan berarti sungguh-sungguh mau mau hidup menurut ajaran dan teladan Yesus Kristus. Proses ini butuh ketekunan, kesabaran, dan penyerahan diri kepada bimbingan Roh Kudus. Para murid Yesus sendiri perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa memahami dan berbuat seperti yang diajarkan Kristus. Bertobat adalah pergantian haluan hidup menuju arah haluan hidup yang baru.

Orang-orang tertentu diajak Yesus untuk ikut membawakan kehadiran Kerajaan Allah kepada orang banyak. Yesus kemudian memilih murid-murid menjadi rekan kerja-Nya. Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes dipanggil-nya dan mereka meninggalkan pekerjaan yang selama ini mereka geluti bahkan orang tua mereka juga. (bdk. Mrk 1:16-20). Mereka melihat Kerajaan Allah dalam diri Yesus dan mereka tidak mau kehilangan-Nya. Mereka mengikuti-Nya dan kemudian mengganti gaya hidup mereka. Inilah ujud bertobat dan percaya kepada injil. Kini Kerajaan Allah mulai hidup dalam diri orang-orang di sekitar Yesus. Mereka yang dipanggil-Nya akan dijadikan penjala manusia.(bdk. Mark 1:17). Arti penjala manusia adalah menangkap manusia untuk membawa mereka ke kehidupan sejati. Tanggung jawab mereka bukanlah menangkapi manusia namun mendukung, menuntun, memelihara, dan menguatkan orang agar bisa hidup terus dan membuat mereka menemukan jalan kebenaran. Kita pun dipanggilNya untuk menjadi murid, yang artinya kita pun mendapat tugas untuk menuntun, mendukung, memelihara dan menguatkan orang agar bisa hidup terus serta menemukan jalan kebenaran. 

Dalam bacaan kedua, Santo Paulus mengajak jemaat di Korintus untuk hidup secara lepas bebas. Umat di Korintus hidup di tengah masyarat yang menawarkan cara hidup metropolis. Bila tidak mempunyai pegangan etika dan moral yang kuat, mereka akan gampang terperosok dan akhirnya dapat menghalalkan segala kehidupan yang amoral. Situasi ini mendasari surat Paulus. Paulus mengutarakan satu pegangan, yakni setiap orang mesti memegang apa yang bakal memberikan mereka kehidupan kekal. Paulus mengatakan “Waktunya terasa singkat”. (1Kor 7:29). Mereka dinasehati untuk menekuni apa yang saat ini mereka kerjakan dan kehidupan yang mereka sedang jalani. Mereka mesti sadar bahwa barang-barang duniawi serta kelakuan badaniah tidak menentukan segalanya. Dengan kata lain mereka musti bersikap lepas bebas. Santo Igantius dalam suatu latihan rohani, mengajarkan pengikutnya untuk bisa mempunyai sikap lepas bebas. Untuk mempunyai sikap itu, kita musti selalu ingat bahwa tujuan manusia diciptakan yaitu untuk memuji, menghormati dan mengabdi Tuhan. Tuhan tidak hanya menciptakan benda atau barang tetapi juga peristiwa, lingkungan, martabat hidup, semua yang menyebabkan kegembiraan atau sakit dan juga segala hal yang kita sebut “jahat”dan “baik”. Ciptaan itu diciptakan untuk menjadi penolong manusia agar selalu bisa memuji, menghormati dan mengabdi-Nya. Santo Ignatius menyadari bahwa manusia mudah jatuh sehingga gagal untuk mempergunakan dan meninggalkan barang-barang ciptaan tersebut. Maka dari itu, barang-barang tersebut harus digunakan dengan bijak atau ditinggalkan bila itu merintangi dirinya. Pembatasan ini dimaksudkan agar manusia dapat memperoleh sikap yang seimbang. Untuk mencapai sikap yang seimbang, maka manusia mesti memandang hakikat dan tujuan dirinya diciptakan. Dengan begitu, sikap lepas bebas selalu mencakup hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bukan manusia dengan barang. Lawan kata dari sikap lepas bebas adalah rasa lekat tak teratur yaitu kecenderungan untuk selalu bergantung pada sesuatu demi kepentingan diri sendiri (sikap egois). Kehendak Illahi baru dapat dicari setelah orang melepaskan diri dari rasa lekat tak teratur itu. Pada akhirnya inti dari sikap lepas bebas adalah sikap untuk selalu mencari kehendak Allah secara positif dan dihayati melalui segala ciptaan-Nya . Hanya terhadap barang ciptaan, manusia harus bersikap lepas bebas dan bukan terhadap Allah.

Semoga di minggu ini kita disadarkan untuk bisa melakukan pertobatan sejati dengan hidup menjadi lebih baik serta mampu membangun sikap hidup lepas bebas dengan selalu ingat hakikat dan tujuan hidup kita di dunia untuk selalu memuji dan memuliakan Allah. 

AD MAIOREM DEI GLORIAM

Selamat berhari Minggu.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa


Sumber Ilustrasi: freebibleimages.org


 


Next article Next Post
Previous article Previous Post