Persiapkanlah Jalan Bagi Tuhan

author photo December 10, 2023
MINGGU, 10 DESEMBER 2023
HARI MINGGU ADVEN II
Bacaan: Yesaya 40:1-5.9-11; 2 Petrus 3:8-14; Markus 1:1-8

Semenjak jalan tol trans Jawa tersedia, perjalanan darat menjadi menyenangkan. Perjalanan dari Jakarta ke Surabaya sekarang bisa ditempuh dalam waktu 10-12 jam, padahal sebelumnya membutuhkan waktu 19-22 jam. Kondisi jalan yang mulus dan sudah dilengkapi dengan tempat istirahat membuat perjalanan darat menjadi alternative moda transportasi yang banyak penggemarnya. Tentu saja, semuanya ini tidak tersedia dalam waktu semalam. Banyak pekerjaan yang dilakukan sebelumnya mulai dari persiapan, perencanaan sampai pelaksanaan. Semua hal yang dilakukan ini pada akhirnya membuahkan hasil yang menggembirakan banyak orang.

Dari bagian pertama Injil pada minggu Adven yang kedua ini, kita bisa mendengar seruan Nabi Yesaya: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”(Mrk 1:3; Yes40:3-4). Inilah gambaran Yohanes Pembabtis yang juga seorang Nabi yang mengenal suara Ilahi, kehendak-Nya dan berani menyerukannya sebagaimana Nabi Yesaya dahulu berseru kepada umat Israel yang dalam pembuangan di Babilonia. Bila dahulu Nabi Yesaya mengajak umat Israel untuk menatap ke depan dan kembali pulang ke negeri sendiri melewati padang gurun, kini Yohanes menyerukan kepada umat Israel bahwa Allah yang sama akan memimpin kembali umat-Nya. Dengan seruan ini, orang-orang pun berdatangan kepada-Nya dan mencari petunjuknya. (bdk. Mrk. 1:5)

Yohanes Pembabtis bukanlah seorang tokoh sembarangan, Ia adalah tokoh suci yang memesona banyak orang. Mereka datang kepadanya untuk meminta nasehat dan minta dibabtis sebagai tanda pertobatan dan dengan demikian mereka mengungkapkan diri bertobat dan siap mendapat pengampunan dosa. (bdk. Mrk 1:3-4). Meskipun día adalah seorang tokoh yang besar, namun día memberitakan seorang tokoh yang lebih besar lagi. Yohanes pun menambahkan bahwa día sendiri tidak pantas untuk melepaskan tali sandal tokoh besar ini (bdk. Mrk 1:7). Dalam tradisi perjanjian lama, melepaskan sandal digunakan sebagai simbol untuk melepaskan hak miliknya. (bdk.Rut 4:7-8). Maka dengan ungkapan ini Yohanes Pembabtis hendak mengatakan bahwa ia tidak layak untuk melakukan hal-hal yang membuat Yesus melepaskan hak-Nya yaitu babtisan Roh Kudus dan mendekatkan keilahian kepada manusia. Yohanes hanya mampu membabtis dengan air. Itulah yang bisa dilakukan olehnya untuk menyadarkan banyak orang. 

Tentu saja seruan Yohanes untuk menyiapkan jalan bukanlah sesuatu yang literal seperti jalan tol yang ada di negara kita. Seruan ini memakai bahasa simbolik. Yohanes mengajak umat Israel untuk menyiapkan diri agar layak untuk menerima Yesus. Sebagaimana Allah dahulu datang dengan kekuatan dan berkuasa membebaskan umat Israel dari perbudakan (bdk. Yes 40:10), kedatangan Yesus kali ini membawakan keselamatan Allah yang amat dibutuhkan oleh semua orang. Rahmat yang dibutuhkan untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Maka kedatangan Yesus kali ini pun harus disiapkan dengan seksama, tidak boleh asal-asalan. Persiapan yang terbaik yang bisa dilakukan adalah melalui pertobatan dengan menerimakan Sakramen Pengakuan Dosa. Jalan yang rusak dan tidak nyaman dilewati adalah kondisi diri kita yang masih diliputi dosa. Dosa membuat diri kita tidak pantas menyambut kedatangan Yesus. Pertobatan bukan sekedar hanya mengakukan dosa saja, namun juga mengubah cara hidup kita agar bisa selaras dan sejalan dengan kehendak Allah. Itulah makna pertobatan.

Kedatangan Yesus yang pertama, kita rayakan dalam perayaan Natal dan Yesus akan datang lagi untuk kedua kalinya. Kedatangan Yesus yang kedua tidak bisa diketahui dengan pasti. KedatanganNya kembali seperti pencuri (bdk. 2Ptr 3:10). Tidak ada yang tahu kapan itu terjadi. Karena itu Santo Petrus menasehati agar kita selalu hidup suci dan saleh (2Ptr 3:11) sehingga bila datang saatnya kelak, Tuhan tidak menemukan cacat dan noda dalam diri kita sehingga kita layak hidup dalam damai-Nya (bdk. 2Ptr 3:14). Kita diajak oleh St. Petrus untuk melihat diri kita sebagai persembahan, sehingga menjadikan diri kita persembahan yang layak adalah suatu keharusan. Bila kita tidak layak sebagai persembahan, maka kita akan ditolak oleh-Nya. 

Menjadi permenungan kita pada Minggu Adven yang kedua ini: 
  • Sejauh mana kepekaan saya akan cacat dan noda kemanusiaan di sekitar saya: kemelaratan, ketidakadilan, kekerasan?
  • Sejauh mana saya membangun dialog dan hidup bertoleransi sebagaimana tema AAP tahun ini?
Semoga seruan Yohanes Pembabtis di minggu ini didengar pula oleh kita sehingga kita selalu layak dan pantas menyambut kedatangan-Nya kembali.
 
Selamat berhari Minggu dan menyiapkan diri kita untuk kedatangan-Nya kembali. Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa


Sumber Ilustrasi: freebibleimages.org

 

Next article Next Post
Previous article Previous Post