Pro Patria Et Ecclesia (Demi Negara dan Gereja)

author photo October 22, 2023
MINGGU, 22 OKTOBER 2023
Minggu Biasa XXIX Tahun A
Bacaan: Yesaya 45:1,4-6; 1Tesalonika 1:1-5b; Matius 22:15-21

Tentunya kita tidak asing dengan nama Mgr. Albertus Soegijapranata. Beliau adalah Uskup Agung Pribumi yang pertama dan ditahbiskan pada tahun 1940. Beliau yang wafat di tahun 1963 adalah juga seorang Pahlawan Nasional. Beliau sangat terkenal dengan pendiriannya yang pro-nasionalis dan pro-Gereja:  “100% Indonesia , 100% Katolik”.  Selama masa invasi Belanda, setelah proklamasi kemerdekaan, Mgr Soegijapranata ikut berjuang dengan menggunakan jalur media serta jalur diplomasi ke Vatikan. Lewat tulisan di media dan laporan beliau ke Vatikan, Vatikan menjadi entitas politik pertama di Eropa yang mengakui Kemerdekaan Indonesia pada 6 Juli 1947. Sekaligus, Vatikan menggerakan hati umat Katolik di seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama yang pada akhirnya berdampak ke masyarakat internasional..

Pada bacaan Injil hari minggu ini, Yesus menghadapi pertanyaan dari orang Farisi tentang soal pajak kepada Kaisar (bdk. Mat 22:15-17). Orang Farisi datang dengan para pendukung Herodias Antipas, penguasa wilayah Galilea di bagian utara tanah suci, diluar wilayah Yerusalem dan Yudea. Wewenang Yerusalem dan Yudea berada langsung dibawah Romawi dengan pejabatnya adalah Ponsius Pilatus. Dalam soal pajak, orang Farisi dan pendukung Herodes mempunyai pandangan yang berbeda. Pajak yang dikenakan bagi Warga Negara Romawi adalah pajak penghasilan sementara bagi mereka yang bukan warga negara Romawi adalah pajak penduduk. Karena orang Yahudi adalah bukan Warga Negara Romawi, mereka musti membayar pajak penduduk. Disinilah persoalan timbul. Bagi Orang Farisi, tanah yang mereka diami adalah tanah warisan leluhur yang diberikan Allah. Dengan demikan tanah ini tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun apalagi dikenai pajak, Di lain pihak, para pendukung Herodes yang tinggal di Yerusalem dan Yudea sedang memperjuangkan agar pajak bagi orang Yahudi tidak diserahkan kepada Pemerintah Romawi namun untuk kas politik mereka. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan sendiri-sendiri dan disinilah pertentangan ini berasal. Bila Yesus mengatakan boleh, Dia akan berhadapan dengan orang Yahudi. Bila jawaban-Nya tidak, Dia akan berhadapan dengan pendukung Herodes dan penguasa Romawi. 

Orang Farisi berharap pemecahan yang akan diberikan Yesus adalah jalan kepada kepentingan Allah semata. Namun Yesus justru meminta mereka untuk tidak boleh menutup diri pada urusan duniawi dan memusuhinya. Yesus membuka mata mereka akan realitas bahwa saat ini mereka ada dibawah pemerintahan Romawi. Dengan mengatakan untuk memberikan kepada Kaisar yang menjadi haknya dan kepada Allah yang menjadi hak Allah (bdk. Mat 22: 21), Yesus menuntut integritas batin. Mereka diminta untuk berefleksi apakah selama ini mereka memang bekerja untuk agama atau hanya menggunakan agama sebagai alat mereka. Dalam kenyataan hidup, mereka sering menggunakan Iman dan hukum agama untuk kepentingan pribadi dan tidak berusaha memperbaikinya. Jawaban Yesus membuat mereka harus memikirkan ulang sikap mereka terhadap urusan Kaisar dan urusan Allah serta melepaskan diri dari jerat kepentingan pribadi. Bagi Yesus, jalan hidup dalam urusan duniawi bisa menjadi sarana untuk kehidupan rohani yang lebih berarti. Itulah kebijaksanaan Yesus.

Yesaya menunjukkan bahwa masih banyak orang yang dengan tulus hati mencari Allah dan menggunakan penyertaan Allah untuk melindungi bangsa Israel serta menganugerahkan perdamaian, kesejahteraan dan keadilan di dunia ini. Allah bekerja memakai tangan Koresh, Raja Persia untuk memulihkan kembali kehidupan bangsa Israel (bdk.Yes.45:1). Hal ini juga tampak dalam kehidupan Jemaat Tesalonika yang hidupnya mampu memberikan kesaksian atas panggilan sebagai orang Kristen dan menujukkan kekuatan keteladanan . Mereka menjadi umat pilihan dan sabda yang mereka terima memiliki daya guna karena Roh Kudus berkarya di dalamnya (bdk. 1Tes 1:2-5b). Mereka juga melihat keteladanan Paulus dan rekan-rekan dalam hidup berkomunitas yang mampu menghadirkan Allah untuk melancarakan urusan Allah di muka bumi.

Pesan bacaan hari ini serta jawaban Yesus pada bacaan Injil juga diarahkan kepada kita: 
  • apakah kita sebagai orang Katolik menemukan peran kita dalam kehidupan bermasyarakat dan menggereja? 
  • apakah kita hanya sibuk di gereja saja dan tidak menjadi bagian kelompok masyarakat?
  • atau kita hanya sibuk di masyarakat dan tidak mau terlibat dalam kehidupan komunitas gerejawi?

Kita musti bisa memainkan peran dan berdialog dengan kondisi yang ada di masyarakat tanpa memaksakan posisi dan pilihan-2 kita sendiri. Di pihak lain, kita musti mampu menjadi utusan Allah, membangun kehidupan komunitas yang selalu menghadirkan Allah sehingga urusan Nya lancar di bumi. 
Kita semua diajak untuk bersikap bijak dalam kehidupan ini serta menepati perutusan ini.


Selamat berhari Minggu

Semoga Tuhan Yesus memberkati

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Maria Bunda Segala Bangsa


Sumber Ilustrasi: freebibleimages.org




Next article Next Post
Previous article Previous Post