Makna Sebagai Utusan

author photo July 01, 2023
Minggu, 2 Juli 2023
Minggu Biasa XIII Tahun A
Bacaan: 2Raja-Raja 4:8-11.14-16a; Roma 6:3-4.8-11; Matius 10:37-42

Hari Senin tanggal 26 Juni 2023 yang lalu, Bapak Presiden Joko Widodo melantik dua belas Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara sahabat. Para Duta Besar ini adalah pejabat yang mewakili Negara dan Kepala Negara Republik Indonesia dan berfungsi dalam membawa suara negara. Secara definitif, mereka ini adalah utusan resmi yang mewakili negara. 

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus bersabda tentang makna perutusan “Siapa saja yang menyambut kamu, ia menyambut Aku dan siapa saja yang menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku” (Matius 10:40). Sabda ini diungkapkan setelah Yesus menjelaskan tentang bagaimana cara mengikuti-Nya. Mereka yang masih mencintai keluarganya, tidak memikul salibnya dan tidak mengikut Yesus adalah tidak layak bagi Yesus (bdk. Mat 10:37-39) . Di sini Yesus berbicara tentang pentingnya totalitas penyerahan diri para murid. Ayat ini memang ditujukan untuk para rasul, yakni mereka yang dipilih Yesus untuk menjalankan tugas perutusan, namun semangat dan isinya diperuntukkan bagi siapa saja yang menjadi murid Yesus. 

Santo Paulus kepada jemaat di Roma menjelaskan tentang makna babtisan. Kita yang telah dibabtis dalam Kristus, telah dibabtis pula dalam kematian-Nya. Sehingga sebagaimana Yesus yang telah dibangkitkan, maka para murid juga akan mengalami kehidupan yang baru (bdk. Rm.6:3-4). Santo Paulus melihat penenggelaman orang yang dibabtis seperti kematian dan penguburan Yesus. Pengangkatan dari air itu seperti kebangkitan Kristus. Penggantian pakaian menunjukkan  pada perubahan status orang yang baru saja dibabtis. Babtis telah mengerjakan suatu perubahan yang nyata dalam kehidupan umat beriman. Melalu babtis, seseorang beriman dipersatukan sangat erat dengan Kristus dan kasih-Nya. Seperti Kristus wafat, demikian juga orang Kristen benar-benar mati atau dibebaskan dari kekuatan dosa yang mengasingkan seseorang dari Allah. Seperti Kristus yang dibangkitkan oleh Bapa dan karena itu menikmati hubungan yang baru dengan Bapa Nya demikian juga orang beriman sekarang mempunyai bagian yang sungguh-sungguh dalam cara hidup baru. Pandangan ini merupakan prinsip baru dalam hidup beriman. Kuasa kebangkitan sudah memerintah kita untuk berani menampilkan wajah Bapa dengan mempertahankan kekudusan kita. 

Hidup Yesus merupakan hidup yang dibaktikan kepada kehendak Bapa yang mengutus-Nya. Yesus mengosongkan diri dan memberikan diri-Nya agar dipenuhi dengan Roh Ilahi. Oleh karena itulah Yesus dapat menunjukkan gambar Allah. Kita sering tidak menyadari bahwa pengosongan diri seperti itu hanya dapat dilakukan oleh Yesus. Maka yang terjadi adalah orang yang ingin meniru-niru Yesus banyak yang tidak berhasil. Mereka akan berakhir pada salib yang menyakitkan. Cilakanya lagi, banyak dari pengikutnya malah akan memaksa-maksakan salib tiruan yang bukan salibnya Yesus. Untuk menghindari kesalahan seperti ini , cara yang paling tepat adalah dengan selalu mengikuti Yesus sendiri. Kita tidak perlu mencari-cari salib karena salib sudah ditemukan oleh Yesus. Kita diminta Yesus untuk ikut memanggul salib-Nya, membantu-Nya dengan meringankan beban salib-Nya. Itulah tugas perutusan kita. 

Yesus pun menegaskan bahwa mereka yang berusaha menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya dan mereka yang kehilangan nyawanya demi Yesus akan memperolehnya (bdk. Mat 10:39). Dengan kata lain Yesus hendak menegaskan bahwa mereka yang berusaha menyelamatkan dirinya sendiri,  mereka tidak akan menemukan keselamatan. Sebaliknya bila mereka menyerahkan dirinya secara total kepada Yesus, mereka akan menemukan keselamatan.  Dengan demikian Yesus hendak menegaskan bahwa hidup sebagai orang Kristen akan berarti apabila kehidupannya mampu menampakan wajah Yesus yang dengan salib-Nya telah menampakkan ke-Ilahian-Nya. Inilah inti dari spiritualitas Kristiani. Memang kita musti mengakui bahwa menampakkan wajah Yesus tidaklah mudah. Banyak kepentingan pribadi yang seringkali menjauhkan kita dari tugas untuk menampakkan wajah Yesus. Untuk itu kita musti bisa memerdekakan batin kita dan ini baru bisa kita peroleh bila kita menyerahkan diri kita secara total kepada Yesus. Dengan begitu, maka kita akan memperoeh kemerdekaan batin  yang membuat kita akan semakin mampu memperkenalkan siapa Yesus dan siapa yang mengutus Nya dengan amat transparan tanpa menghapus kepribadian kita sendiri. Itulah imbalan yang akan kita peroleh sebagai utusan. 

Yesus pada minggu ini meminta kita untuk selalu mendekati kehadiran Ilahi dan membiarkan diri kita menjadi tempat bagi-Nya. Pertanyaan bagi kita: sudahkan kita menanggalkan ambisi diri kita dalam tugas perutusan dan pelayanan yang kita lakukan? 

Semoga kita mampu mengatasi ambisi pribadi dan selalu menyerahkan diri secara total kepada Yesus. Dengan demikian orang yang kita jumpai dan kita layani akan mampu melihat Yesus yang mengutus kita dan melihat Bapa yang mengutus-Nya ke dunia. Semoga Rahmat Tuhan yang berlimpah selalu memampukan kita. 

Selamat berhari Minggu dan semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua.

K. Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci – Paroki Maria Bunda Segala Bangsa

freebibleimages.org

Next article Next Post
Previous article Previous Post