Rahmat yang Mengagumkan

author photo April 07, 2023
Jumat, 7 April 2023
Hari Jumat Agung
Bacaan: Yesaya 52:13 - 53:12; Ibrani 4:14-16; 5:7-9; Yoh 18:1 - 19:42 


Lagu “O Rahmat Yang Mengagumkan” (Puji Syukur no 600), yang judul aslinya Amazing Grace, ditulis oleh John Newton pada tahun 1772.  Latar belakang penulisan lagu ini adalah suatu peristiwa titik balik yang dialaminya. Saat itu John Newton, yang adalah Kapten Kapal, mengalami serangan badai yang dahsyat di laut. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali hanya berdoa dan doa yang bisa dipanjatkannya adalah: “Tuhan , kasihanilah kami!” Secara Ajaib, badai berhenti sehingga Kapten Newton beserta seluruh awaknya selamat. Dalam keseharian, Kapten Newton bukanlah seorang yang takwa beriman bahkan dia adalah kapten kapal yang terlibat dalam perdagangan budak. Dia membeli dan menjual manusia untuk mendapatkan keuntungan semata.  Peristiwa pertolongan Tuhan dari  badai tersebut mengubah jalan hidupnya. Setelah peristiwa penyelamatan itu,  dia memutuskan untuk  belajar Teologi dan akhirnya menjadi Pendeta Gereja Anglikan. Pesan dalam lagu yang diciptakannya adalah tentang kebenaran atas jiwa yang dibebaskan dari keputusasaan dan dosa karena melulu Belas Kasih Allah.  Kebenaran tentang Rahmat yang mengagumkan.

“Apakah kebenaran itu?”, tanya Pilatus kepada Yesus (bdk. Yoh 18:38) saat Yesus menyatakan kepada Pilatus bahwa Dia dilahirkan ke dunia untuk bersaksi tentang kebenaran dan setiap orang yang berasal dari kebenaran akan mendengarkan Dia (bdk. Yoh 18: 37).

Kebenaran menurut Kayafas adalah jika satu orang mati untuk seluruh bangsa (bdk.Yoh 18:14). Lebih baik seorang penghujat Tuhan dibunuh daripada mencemari hukum Yahudi. Kebenaran bekerja dengan Rahmat Illahi yang mengagumkan. Biji gandum yang mati akan menghasilkan lebih banyak biji secara berkelimpahan (bdk.Yoh 12:24). Wafat Kristus mengandung makna tentang KASIH dan KEBENARAN. KASIH ini membuat ajaran Kristiani menyebar secara luar biasa ke seluruh dunia. Wafat Kristus adalah Kasih Tuhan yang membebaskan manusia dari dosa.

Kebenaran menurut Pilatus adalah saat dia menuruti suara orang-orang Yahudi yang berteriak dengan beringas untuk menyalibkan Yesus. Pilatus, yang bukan umat Yahudi dan yang telah disarankan oleh isterinya untuk tidak terlibat dalam hukuman penyaliban Yesus, memutuskan untuk mencuci tangan atas perkara ini. Pilatus kemudian memutuskan menuliskan “Yesus, Orang Nazareth, Raja Orang Yahudi” dalam beberapa bahasa pada Salib Yesus (bdk. Yoh 19:19). Kebenaran yang didapat Pilatus tentang Yesus adalah Raja ketika dia menanyai Yesus dan keputusannya untuk menuliskannya di Salib Yesus tidak tergoyahkan. Suatu Rahmat Illahi yang mengagumkan yang membuat Pilatus bersikeras menuliskan itu. Kebenaran adalah sesuatu hal yang tidak mudah bagi Pilatus saat dia tidak dapat menemukan kesalahan Yesus, namun ia harus menuruti desakan suara mayoritas dan hukum Yahudi.  

Kebenaran menurut para prajurit adalah saat mereka menikam lambung Yesus yang telah mati dan mengucurlah darah serta air keluar dari lambung Yesus. Ini menjadi kesaksian tentang kebenaran Darah Yesus, yaitu Darah Perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa (bdk. Mat 26:28).

Ada banyak kebenaran yang dimaknai setiap orang secara berbeda. Perlu kita renungkan: “Apakah kebenaran tentang wafat Kristus bagi  kita?”
Merenungkan Jumat Agung berarti kembali meluangkan waktu untuk merefleksikan Yesus yang mengalami  sengsara, wafat dan dimakamkan. Merenungkan tentang anak domba yang diam saja ketika dibawa ke tempat pembantaian (bdk Yes.53:7). Merenungkan tentang kebencian yang tidak akan pernah dapat mengalahkan belas kasih dan Kerahiman Illahi. Merenungkan tentang kesombongan yang tidak akan pernah bisa mengalahkan sikap rendah hati yang secara nyata ditunjukkan oleh Yesus melalui sengsara, salib dan wafatNya.  

Semoga pada Jumat Agung ini kita pun mengalami titik balik spiritual, berubah dari pendosa yang sombong menjadi hamba yang dengan rendah hati dan selalu meminta belas Kasih Allah untuk diberikan Rahmat Pengampunan. Marilah kita dengan berani menghampiri Tahta Kasih Karunia sehingga kita dapat merasakan Rahmat Illahi yang mengagumkan itu. 

Selamat merayakan dan merenungkan Jumat Agung dan semoga Tuhan senantiasa memberkati kita.

Gertrud Johana Suprihatin
Fasilitator dan Koordinator Emmaus Journey




Next article Next Post
Previous article Previous Post