Pintu dan Gembala

author photo April 30, 2023
Minggu, 30 April 2023
Minggu Paskah IV
Hari Minggu Panggilan

Bacaan: Kisah Para Rasul 2:14a, 36-41; 1Petrus 2:20b-25; Yohanes 10:1-10

Di tahun 1998, diputar suatu film bertema perang yang berjudul, “Saving Private Ryan”. Film ini mengisahkan petualangan Kapten John H. Miller dan teamnya dalam usaha penyelamatan seorang prajurit bernama James Francis Ryan alias Ryan. Ryan h​​arus dibawa kembali pulang ke Amerika, karena dia sudah kehilangan 3 saudaranya dalam perang. Cerita dimulai saat invasi ke Normandia, dimana salah satu diantara pemimpin invasi tersebut adalah Kapten John H. Miller. Di Perancis, Kapten Miller menerima perintah dari Jenderal George Marshal di Washington lewat komandannya Letkol Walter Anderson untuk membawa perwira Ryan kembali pulang ke Amerika. Bersama dengan 6 orang anggotanya, Kapten Miller menjalankan misi tersebut. Ryan pada akhirnya bisa diselamatkan namun Kapten Miller dan beberapa teamnya harus kehilangan nyawanya. Pesan terakhir Kapten Miller kepada Ryan "James...jangan sia-siakan hidupmu". Tugas penyelamatan telah berhasil dilakukan Kapten Miller dan untuk tugas itu Kapten Miller dan team harus kehilangan nyawanya.

Minggu ini adalah perayaan Minggu Panggilan ke-60. Minggu Panggilan yang pertama digagas oleh Santo Paulus VI pada tahun 1964 saat Konsili Vatikan II. Tema yang diberikan oleh Bapa Suci Paus Fransiskus untuk tahun ini yaitu : “Panggilan: Rahmat dan Perutusan”. Paus Fransiskus, mengingatkan kepada kita bahwa panggilan Tuhan adalah rahmat, karunia cuma-cuma dan dalam setiap panggilan ada perutusan untuk membawa Injil kepada sesama. Santo Paulus berkata, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor 9:16).Kita semua diutus untuk memberikan kesaksian penuh sukacita dimana pun kita berada, melalui perbuatan dan perkataan kita, tentang pengalaman bersama Yesus dan anggota-anggota komunitas-Nya, yaitu Gereja. Sebagaimana  orang Samaria yang baik hati (bdk. Luk. 10:25-37), kita memahami pokok panggilan Kristiani yaitu meneladan Yesus Kristus, yang datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (bdk. Mrk. 10:45). Ini adalah pondasi dasar dari panggilan: Allah memanggil kita dalam kasih dan kita, dengan rasa syukur, menanggapinya dengan kasih. Gereja adalah sebuah orkestra panggilan, dimana setiap panggilan bersatu namun berbeda, selaras dan bergabung bersama: kaum awam, yang mengabdikan diri untuk membesarkan keluarga sebagai Gereja rumah tangga dan bekerja sebagai ragi Injil untuk memperbarui berbagai lingkup masyarakat; kesaksian para pelaku hidup bakti yang berketetapan hati kepada Allah demi saudara-saudari mereka sebagai tanda kenabian kerajaan Allah; dan para pelayan tertahbis – diakon, imam dan uskup – yang ditempatkan untuk melayani pewartaan, doa dan membina persekutuan Umat Allah yang kudus

Bacaan Liturgi pada Minggu Panggilan ini mengingatkan kita pada panggilan dan perutusan kita sebagai murid Kristus. Rasul Petrus di dalam bacaan pertama menyampaikan kotbah kepada orang-orang Yahudi bahwa Allah telah membuat Yesus yang mereka salibkan menjadi Tuhan dan Kristus (bdk Kis 2:36). Salib yang dilalui-Nya kini menjadi jalan keselamatan bagi semua orang. Pelaku penyaliban harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dengan jalan memberikan diri mereka untuk diselamatkan dengan dibabtis sehingga mereka juga menerima Roh Kudus.(bdk. Kis 2:38-40). Semangat para murid inilah yang oleh Paus Fransiskus disebut semangat membawa Injil kepada sesama. Ini juga yang harus menjadi semangat Gereja sepanjang zaman.

Yesus dalam Injil hari ini menamakan diri-Nya bukan hanya sebagai Gembala, tetapi juga sebagai pintu kandang untuk domba-domba-Nya. Yang tidak melalui pintu hanyalah seorang pencuri atau perampok dan akan membuat kawanan ketakutan (bdk. Yoh 10:1). Penjaga hanya akan membukakan pintu bagi gembala (bdk Yoh 10:3). Yesus juga mengatakan bahwa yang datang sebelum dia adalah pencuri dan perampok (bdk Yoh 10:8). Hal ini bisa diartikan bahwa sebelum Yesus datang, kawanan itu tinggal di tempat yang tidak berpintu, tempat yang berisiko tinggi karena domba akan dapat dimangsa pencuri dan pembunuh dengan mudahnya. Kedatangan Yesus menjamin kehidupan mereka. Tetapi mengapa justru gambaran pintu dipakai?

Dengan menggambarkan diri sebagai pintu “Akulah pintu, barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput” (bdk Yoh 10:9), Yesus hendak mengajarkan bahwa Dia sendirilah pintu yang membukakan zaman baru. Yesus membawa orang-orang ke padang rumput yang hijau, suatu tempat yang memberikan kesejahteraan. Zaman ancaman yang tak dapat ditanggulangi sudah selesai. Kini ada pembatas jelas, yakni dirinya, Sang Pintu itu. Ancaman dari mereka yang datang tanpa lewat pintu masih ada namun  kawanan sekarang sudah tahu bahwa mereka tidak bermaksud baik. Mereka hanya akan merampas dan membawa mereka ke pembantaian, bukan ke padang rumput. 

Gembala memanggil kawanan satu persatu (bdk Yoh 10:3). Masing-masing domba dikenal dengan baik oleh gembala. Kawanan itu diperlakukan sebagai pribadi dengan memanggil namanya satu persatu. Hubungan antara gembala dan domba adalah hubungan pribadi sehingga terjalinlah hubungan saling mengenal yang memberi rasa aman, rasa percaya. Yesus bukan orang yang tak dikenal yang membuat waswas. Yesus adalah pribadi yang dikenal dengan baik oleh para pengikutnya dan memberikan rasa aman, rasa percaya. Begitulah pengalaman para pengikut Yesus sepanjang zaman.

Domba-domba akan mengikuti sang gembala (bdk. Yoh 10:3-4). Mengikuti bukan berarti meniru, melainkan meniti jalan yang dibuka oleh Dia yang berjalan di muka. Di dalam kesadaran para pengikut Yesus, pemimpin bukanlah Dia yang meniru gembala sang empunya kawanan tadi, apalagi mengambil alih kedudukannya sebagai pemilik kawanan. Yang diberi kedudukan memimpin harus mengikuti Dia yang menyapa satu persatu tadi. Mereka ini harus membantu agar kawanan bisa lebih melihat siapa yang berjalan di muka. Mereka juga harus memberi tahu sang empunya kawanan bila ada dari antara kawanan tertinggal dan tak menemukan jalan sehingga gembala, yang empunya kawanan akan mencarinya sampai ketemu (Luk 15:1-7 Mat 18:12-14).

Gambaran tentang gembala dan pintu kandang mau mengatakan kepada kita bahwa perhatian dan cinta Tuhan kepada manusia sangatlah luar biasa. Tuhan begitu peduli dan memperhatikan manusia hanya demi manusia itu sendiri. Seperti seorang gembala, Ia mempertaruhkan nyawa-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya untuk domba-dombanya. Yesus telah membuktikan-Nya sendiri sebagai gembala yang baik dengan menyerahkan diri-Nya mati di salib dan bangkit agar kita yang adalah domba-domba-Nya diselamatkan. Cinta Tuhan sangatlah pribadi, khusus dan istimewa, seperti sang gembala yang mengenal satu persatu domba-domba-Nya, bahkan memanggil mereka dengan namanya masing-masing. Inilah jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan yakni Yesus sendiri. Dia adalah akses menuju keselamatan, akses menuju perjumpaan kita dengan Bapa, akses menuju kelimpahan hidup.

Kesadaran bahwa Tuhan sungguh sangat memperhatikan dan mencintai kita secara istimewa dan secara pribadi, seharusnya membuat kita bahagia di tengah segala macam situasi kehidupan yang sering dapat membuat kita putus asa, takut dan bingung. Kita musti percaya dan mempercayakan hidup kita pada Dia Sang Gembala yang baik, dan melalui-Nya sebagai pintu menuju keselamatan dan akses menuju Bapa. Kita semakin diyakinkan dengan sabda-Nya, “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10).

Selain belajar menjadi gembala yang baik seperti Yesus, kita juga diajak untuk menjadi domba yang baik dengan menjadi taat, pertama-tama kepada Yesus.  Kita juga hendaknya dengan rendah hati menaruh hormat dan taat kepada para pemimpin yang menjalankan tugasnya dalam keluarga, komunitas, lingkungan maupun kelompok dimana kita menjadi anggotanya. Karena kita percaya bahwa mereka adalah perpanjangan tangan Allah untuk menggembalakan kita, kawanan-Nya. Kita diajak untuk mengenal lebih dalam diri kita masing-masing, sadar dengan tugas dan kewajiban kita sebagai “gembala maupun domba” dan tahu menempatkan diri dalam segala situasi sehingga panggilan yang sedang kita jalani ini sungguh menjadi wadah yang menghantar kita kepada keselamatan.

Semoga Bacaan Liturgi dan Tema Minggu Panggilan tahun ini “Panggilan: Rahmat dan Perutusan”  mengingatkan kita untuk selalu membagikan rahmat yang kita terima secara cuma-cuma dan memberikan kesaksian pengalaman hidup kita bersama Yesus dan Gereja kepada semua orang yang kita jumpai.  Kita semua dipilih dan diutus.

Selamat berhari Minggu dan semoga Tuhan senantiasa memberkati kita.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie Kitab Suci - Paroki MBSB 


freebibleimages.org

Next article Next Post
Previous article Previous Post