Mengenali Dia dalam Terang-Nya

author photo March 19, 2023
Minggu, 19 Maret 2023
Minggu Prapaskah IV
Bacaan: 1 Samuel 16:1b.6-7.10-13a; Efesus 5:8-14; Yohanes 9:1-41

Hari minggu ini, Mikael sangat bergembira dan bersemangat. Hari ulang tahun yang sudah lama dia nanti-nantikan, dalam beberapa hari mendatang akan segera dia rayakan. Orang tuanya menjanjikan Mikael untuk merayakan hari Ulang Tahunnya di Rumah Nenek di kampung. Sudah lama Mikael mempersiapkan apa saja yang akan dia kerjakan di Rumah Nenek. Maka menjadi hal yang menggembirakan bagi Mikael ketika hari yang dinantikannnya akan segera tiba.

Hari ini, Gereja Katolik masuk dalam hari Minggu Prapaskah IV yang biasa disebut juga hari Minggu Laetare, dari Bahasa Latin, yang artinya bergembira, bersuka cita. Kegembiraan dan suka cita ini karena dalam beberapa hari lagi, kita akan memasuki hari Kemenangan Tuhan atau Hari Paskah. Kita bersuka cita karena kita telah diselamatkan oleh Allah dalam dan melalui Yesus Kristus. Maka Bacaan-bacaan Hari Minggu ini, membantu dan mengarahkan diri kita kepada penderitaan Kristus yang kita renungkan dan kemenangan-Nya yang akan kita rayakan dalam perayaan Paskah.

Bacaan injil hari ini sangat menarik karena adanya perdebatan antara Orang Farisi dengan seseorang yang buta sejak lahir dan disembuhkan oleh Yesus. Para murid menghubungkan kebutaan dengan dosa baik dosa si orang buta itu sendiri ataupun dosa si orang tua (bdk Yoh 9:2). Orang Farisi mendebat orang buta ini karena kesembuhan yang dilakukan Yesus dilakukan di hari Sabat (bdk. Yoh 9:16). 

Orang buta ini sebenarnya tidak meminta disembuhkan oleh Yesus. Para murid menganggap bahwa cacat badan ini ada kaitannya dengan dosa manusia (bdk. Yoh. 9:2). Dengan tegas Yesus menolak mengaitkan cacat badan dengan dosa dan Yesus menegaskan bahwa hal itu terjadi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan dalam diri orang itu (bdk. Yoh 9:3). Selanjutnya juga ditambahkan bahwa selama Yesus di dalam dunia, Dialah Terang itu (Yoh 9:5)

Terang yang dikatakan oleh Injil Yohanes untuk mengingatkan orang akan terang yang diciptakan Allah pada awal penciptaan (bdk. Kej 1:3-5). Terang itu kemudian menjadi dasar penciptaan selanjutnya. Penciptaan manusia digambarkan sebagai paling akhir dan paling besar. Maka Injil Yohanes hendak menampilkan Yesus sebagai awal karya penciptaan yang melandasi kejadian selanjutnya sampai ke penciptaan manusia yang utuh dan sempurna. Inilah yang melandasi perbuatan Yesus untuk menyembuhkan si orang buta itu walaupun si orang buta itu tidak meminta. Hal itu terjadi : “supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia” (Yoh 9:4).

Yesus menyembuhkan orang buta itu di hari Sabat dimana bagi orang Farisi, hal itu melanggar kekudusan hari Sabat. Di samping itu, Yesus menyuruh orang ini untuk berjalan ke kolam Siloam yang berjarak kurang lebih 1 km, juga sudah melanggar kekudusan hari sabat. Artinya, Yesus juga menyuruh orang lain untuk melanggar hari Sabat. Namun tampaknya Yesus bertindak sebagai Nabi yang tak mau dihalangi rambu-rambu kelembagaan adat. Yesus mau menunjukkan juga bahwa hari Sabat, adalah hari dimana si Pencipta bisa memandang ciptaan-Nya secara utuh dan tak kurang apapun., lebih-lebih manusia yang diciptakannya sebagai karya puncaknya.

Tampaknya orang Farisi menjadi buta. Buta untuk melihat karya kasih Allah yang bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga hampir dialami oleh Samuel. Dia hampir dibutakan oleh keelokan fisik dari 7 anak Isai. Namun dengan penyerahan diri kepada bimbingan Alllah, Samuel mampu menemukan Daud, si bungsu yang kemudian diurapinya menjadi seorang Raja menggantikan Saul. Samuel dalam Terang Allah mampu melihat hati Daud (bdk. 1 Sam 16:7). Rasul Paullus dalam bacaan kedua juga mengajak umat di Efesus untuk hidup sebagai anak-anak terang (Ef 5:8)

Dalam kehidupan kita sehari-hari kita sering sibuk dengan mempersoalkan kebaikan-kebaikan orang lain. Kita kurang peduli dan kurang percaya akan kasih dan kebaikan Allah dalam kehidupan kita. Yesus hari ini mengajak kita untuk percaya kepada Tuhan. Manusia sering melihat apa yang tampak, sedangkan Tuhan melihat hati seseorang (1 Sam 16:7). 

Menjadi renungan bagi kita apakah kita dalam masa retret agung  ini, belajar untuk mengasah mata hati  kita agar tidak buta dan tetap peka terhadap Terang Kasih Allah dan mewujudkannya kepada sesama kita?

Semoga kegembiraan akan semakin dekatnya hari kemenangan Tuhan membuat kita semakin mampu melihat Terang Tuhan dalam diri kita dan sesama.

Salamat menjalankan Retret Agung, selamat berhari Minggu.
Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita.

Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie KS






Next article Next Post
Previous article Previous Post