Minggu, 12 Maret 2023
Minggu Prapaskah III
Bacaan: Keluaran 17:3-7; Roma 5:1-2, 5-8; Yohanes 4:5-42
26 Agustus 1910 di kota Skopje, Makedonia, lahirlah seorang bayi perempuan yang diberi nama Gonxha Bojaxhiu dari orang tua Nikola dan Drane Bojaxhiu. Dia kemudian dibabtis dengan nama Agnes. Semasa remaja Agnes selalu aktif dalam kegiatan gereja. Pada umur 17 tahun, Agnes bergabung dengan ordo Suster-Sutser Loretto di Irlandia dan menjalani masa novisiat di Daarjeeling, India. Nama Teresa diambilnya saat kaul profesinya sebagai Biarawati Loretto. Suster Teresa mendapat misi di Kalkuta, India, sebagai guru Geografi di SMA Santa Maria. Setiap hari, Suster Teresa menyaksikan penderitaan orang-orang miskin akibat perang dan konflik yang berkepanjangan di Kalkuta. Kejadian ini membuatnya terpanggil untuk melakukan pengabdian bagi orang-orang yang miskin dan terpinggirkan. Akhirnya beliau mendapat ijin dari Gereja Katolik untuk hidup di luar biara dan mengabdikan diri bagi orang miskin, menderita dan sekarat. Karya besar beliau dilanjutkan oleh Kongregasi Misionaris Cinta Kasih yang didirikannya.
Bacaan Injil hari ini berkisah tentang dua perjumpaan. Yang pertama adalah perjumpaan Yesus dengan wanita Samaria di kota Sikhar. Di kota ini terdapat sumur Yakub dan Yesus yang sangat letih beristirahat di pinggir sumur, sementara para murid pergi ke kota untuk membeli makanan. Sekitar pukul 12 siang datanglah seorang wanita Samaria ke sumur itu dan berjumpa dengan Yesus. Orang Yahudi pada jaman itu tidak bergaul dengan orang Samaria sehingga bagi wanita ini terasa aneh ketika Yesus sebagai orang Yahudi meminta air kepadanya (bdk. Yoh 4: 5-10). Nampaknya inilah cara Yesus menyapa wanita Samaria itu dan kehadiran Yesus bagi wanita Samaria ini pada akhirnya membawa kegembiraan. Tampaknya wanita Samaria ini adalah wanita yang tidak disukai oleh komunitasnya. Wanita ini datang di siang hari dan seorang diri. Biasanya para wanita akan mengambil air di pagi hari dan selalu datang secara rombongan. Nampaknya masalah perkawinannya yang menjadi penyebabnya. Wanita ini sudah menikah lima kali dan sekarang wanita ini hidup dengan lelaki yang bukan suaminya (bdk. Yoh 4: 16-18) Yesus menawarkan air hidup (Yoh 4:10). Air hidup yang diberikan ini adalah Roh Kudus yang menyegarkan jiwa yang haus akan sabda Allah. Sabda Allah yang mampu menyegarkan jiwa yang kosong, jiwa yang sedang haus. Sapaan Yesus dan percakapan Yesus dengannya mengguggah kembali semangatnya. Wanita ini menjadi berani untuk kembali ke kota dan mengajak orang-orang untuk datang kepada Yesus.(bdk. Yoh 4: 28-29)
Perjumpaan yang kedua adalah perjumpaan Yesus dengan penduduk Samaria (bdk. Yoh 4:30). Orang Samaria meminta Yesus tinggal lebih lama dan Yesus berkenan tinggal dua hari lamanya bersama mereka (bdk. Yoh 4: 40). Nampaknya kebahagiaan wanita Samaria setelah berjumpa dengan Yesus tidak dia simpan sendiri. Ia membagikannya kepada orang Samaria yang lainnya. Yesus akhirnya memasuki kota dan tinggal dua hari di kota itu. Hal ini merupakan hal yang luar biasa. Orang Samaria tidak bergaul dengan orang Yahudi, namun Yesus mau menuruti permintaan penduduk kota dengan berkenan tinggal dua hari bersama mereka. Perjumpaan wanita Samaria dengan Yesus, meruntuhkan sekat-sekat yang dibuat oleh manusia sehingga semuanya sekarang bersatu dalam Tuhan.
Bacaan injil hari ini mengingatkan kita semua bahwa Allah selalu hadir pada kita. Allah selalu mendatangi manusia. Wanita dan penduduk Samaria menjadi percaya kepada Yesus setelah mengalami perjumpaan. Mereka kembali bersatu setelalh mengalami perjumpaan dengan Yesus. Hal yang sama juga dialami Bunda Teresa. Tuhan hadir dalam rupa orang miskin yang setiap hari dijumpainya. Perjumpaan dengan Tuhan dalam rupa orang miskin ini mengubah Bunda Teresa. Ia mau merawat orang yang ditinggalkan. Ia mau menemani dan merawat mereka yang sekarat sehingga mereka mengalami kematian sebagai manusia bukan seperti binatang yang mati dipinggir jalan.
Meskipun begitu, sering kali manusia tidak peka akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini pun dialami orang Israel, sebagaimana yang kita dengar dalam bacaan pertama. Mereka kehausan dan mulai bersungut-sungut di Masa dan Meriba. Mereka mulai meragukan kehadiran Allah dan mulai marah kepada Musa (Bdk. Kel 17:3-4). Umat Israel tidak peka akan kehadiran Allah. Mereka memaksa Allah untuk menunjukkan kuasanya dengan menyediakan air minum bagi mereka. (bdk. Kel 17:6)
Bacaan-bacaan di Minggu Prapaskah ketiga ini mengingatkan kita untuk selalu menyadari akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Tuhan selalu mendatangi kita dan kita sering tidak menyadarinya karena kekaburan mata batin kita yang membuat sosokNya menjadi kurang jelas, suaraNya menjadi terdengar lirih. Namun Tuhan tidak tinggal diam, Dia selalu membantu kita dengan menyapa kehidupan pribadi kita dengan cara memberikan kekuatan saat kita musti menanggung beban hidup kita yang berat. Injil hari ini juga mengingatkan kita agar kita berani menghilangkan sekat-sekat sosial. Kita juga diingatkan untuk tidak terjebak dalam penyesalan yang terus menerus akan sisi gelap kehidupan kita yang membuat kita jadi murung, malu dan menghindari orang lain. Kita diajak untuk mampu menimba air kehidupan dari Yesus lewat sabda Ilahi. Kita musti berani belajar dari Wanita Samaria yang mengalami perjumpaan dengan Yesus. Wanita Samaria menjadi berani untuk membuang halangan-halangan sosial dan moral, kemudian berani mengajak orang Samaria yang lain untuk berjumpa dengan Yesus. Keberanian seperti inilah yang saat ini diperlukan agar Air Hidup yang kita terima bisa kita bagikan kepada orang lain.
Semoga kita semua mau dan mampu belajar dari Wanita Samaria dan Bunda Teresa untuk selalu menyadari kehadiran Tuhan, berani melepaskan diri dari sekat-sekat sosial dan berani membagi Air Hidup, Sabda Ilahi yang kita terima kepada orang lain di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Selamat menjalani Retret Agung, selamat Berhari Minggu dan Semoga Tuhan memberkati dan menguatkan kita.
Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo
Sie KS