Garam dan Terang Dunia

author photo February 04, 2023
Minggu, 05 Februari 2023
Minggu Biasa V
Bacaan: Yesaya 58:7-10; 1Korintus 2:1-5; Matius 5:13-16

Kita tentu masih ingat ketika listrik belum merata seperti sekarang ini. Setiap malam kita musti menyalakan lampu petromax untuk kita pasang di ruang yang besar. Sementara untuk ruangan kecil lainnya kita menyalakan lampu dinding yang kita kenal juga sebagai lampu teplok. Setelah semua lampu menyala, rumah kita menjadi terang dan kita semua bisa meneruskan aktivitas selanjutnya. 

Tentunya kita juga mempunyai pengalaman lain saat kita pergi ke warung bakso bersama teman, keluarga ataupun sahabat. Di meja, kita akan menemukan garam dan bahan tambah lain. Saat kita cicip kuah bakso, tidak jarang kita musti menambah sedikit garam agar kuahnya terasa lebih sedap.

Dalam Injil hari ini, Yesus menegaskan kepada para murid bahwa mereka adalah garam dan terang dunia. Apakah dunia ini begitu hambar dan begitu gelap, sehingga Yesus menegaskan garam dan terang dunia pada para murid-Nya? Injil hari ini hendak mengajarkan kepada para murid agar para murid tidak membiarkan identitas mereka sebagai murid Yesus luntur sehingga didiamkan dan tidak dipedulikan orang.

Sebagaimana garam yang melebur, menyebar dan memberikan rasa yang pas pada makanan, para murid harus bisa melebur, menyebar dan memberikan rasa yang pas dalam setiap karya di dunia. Keberadaan para murid pun musti menyebar dalam segala strata masyarakat dan tidak hanya dalam lingkungan yang sempit. Keberadaan para murid  harus bisa menimbulkan sukacita, kegembiraan dan rasa yang berbeda. Bila keberadaan para murid tidak bisa menimbulkan hal-hal tersebut, maka para murid seperti garam yang menjadi tawar yang akhirnya hanya dibuang sia-sia. (Bdk. Mat 5:13). Sayang sekali.

Sebagai Terang Dunia, para murid tidak bisa menyembunyikan diri. Terang itu pasti akan  terlihat, seperti kota yang di atas gunung yang tidak mungkin tersembunyi (bdk. Mat 15:14). Cara hidup para murid pasti dan harus terlihat sehingga mengundang orang untuk datang. Hal ini pun lebih ditegaskan lagi oleh Yesus bahwa pelita musti diletakkan di atas kaki pelita sehingga menerangi semua ruangan (bdk. Mat 15:15). Para murid musti ada di tempat yang memungkinkan mereka untuk menerangi  ruang kehidupan. Hidup bukanlah urusan kesempurnaan pribadi, namun hidup musti bisa menjadi terang dan berguna bagi sekitar.

Dalam Bacaan Pertama, Nabi Yesaya, mengajarkan bagaimana menjadi garam dan terang dunia.  Nabi Yesaya mengajarkan agar kita peduli pada orang yang lapar, miskin dan yang membutuhkan pertolongan. (Bdk.Yes 58:7). 

Pada akhirnya para murid musti menyadari, bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan sebagai garam dan terang bukan untuk kemuliaan pribadi. Semua perbuatan-perbuatan para murid harus bisa membuat orang memuliakan Bapa yang di surga (bdk Mat 5:15). Artinya segala perbuatan dan tingkah laku para murid harus bisa menjadi bentuk kehadiran Bapa di dunia ini. Bentuk kehadiran Bapa ini tidak bisa dengan kata-kata yang indah dan berhikmat (bdk. 1 Kor 2: 1,3), namun dengan bentuk kesaksian yang nyata dalam tindakan dan penyerahan diri kepada kekuatan Allah. Para Murid musti hadir dalam diri yang genuine, apa adanya, sehingga kehadirannya tidak menimbulkan kecurigaan dan pertentangan dalam masyarakat.  

Semoga bacaan minggu hari ini, membuat kita selalu berefleksi: apakah tindakan dan perbuatan kita sudah menjadi garam dan terang di masyarakat? Apakah segala tindakan dan perbuatan kita sudah mampu merepresentasikan kehadiran Bapa di dunia ini?

Semoga Tuhan senantiasa memberkati dan membimbing kita dan selamat berhari Minggu.

Kristophorus Wahyu Nugroho UtomoSie KS - Paroki MBSB Kota Wisata

Sumber ilustrasi: istimewa


Next article Next Post
Previous article Previous Post