BUANG DOSA KESOMBONGAN

author photo October 22, 2022
Minggu, 23 Oktober 2022
Minggu Biasa XXX
Hari Minggu Misi Sedunia Ke-96
Bacaan: Sir. 35:12-14.16-18, 2Tim 4:6-8.16-18, Luk. 18.9-14


Mungkin kita masih ingat akan kasus viralnya banyak anak muda yang kaya mendadak. Dengan cepat mereka menjadi cracy rich, orang yang masih muda yang ditampilkan hidup penuh bergelimpangan harta mewah dan senyum kebahagiaan. Karena selalu diviralkan di media massa, sehingga menggoda banyak orang ingin mengikuti jejak para cracy rich tersebut. Ada satu orang cracy rich dari Medan, yang mengklaim bahwa Tuhan sampai kebingungan membuat dirinya miskin. Pernyataannya tersebut oleh netizen dianggap sikap sombong, tidak bersyukur kepada Tuhan atas berkatNya. Karena sesumbarnya itu, tak lama kemudian crazy rich dari Medan tersebut ditangkap pihak berwenang karena terlibat  kasus. Sikap kesombongan diri atau keangkuhan hati dapat membawa malapetaka pada diri sendiri.

Pada hari Minggu Biasa Pekan XXX hari ini, lewat sebuah perumpamaan, Yesus membentangkan pengajaran tentang sikap berdoa yang rendah hati dan membangun sikap beriman yang mengandalkan kerahiman Allah. Dari cara berdoa orang Farisi, yang “menganggap dirinya benar” dan  “memandang rendah semua orang lain”, Yesus mengajak kita  untuk introspeksi, melihat diri kita masing-masing. Dalam kaitannya dengan cara kita berdoa selama ini, Yesus menunjukkan perbedaan cara doa orang Farisi dengan seorang pemungut cukai. Orang Farisi tersebut berdoa dengan berdiri dekat altar, agar terlihat oleh banyak orang, lalu rumusan doanya banyak menyebut “aku…, aku…, aku… dan prestasi-prestasi dirinya”. Cara berdoa orang Farisi terlihat lebih memfokuskan diri sendiri sebagai pusat doanya dan mengabaikan Allah. Sementara si  pemungut cukai berdoa jauh dari altar, menyatakan sikap ketidakpantasan dirinya di hadapan Allah dan mohon belas kasih dan kerahimanNya, karena ia mengakui sebagai orang yang paling berdosa. Cara berdoa yang demikian, oleh Yesus dikatakan sikap  berdoa yang benar, karena pokok doanya adalah Allah sendiri, dan membiarkan Allah memenuhi diri kita dengan belaskasihan dan kerahimanNya. Allah berkenan pada orang memiliki kerendahan hati.

Gambaran kedua orang tersebut, yang disampaikan Yesus dalam Injil hari ini, tentu juga adalah gambaran diri kita masing-masing. Melalui pengajaranNya hari ini, Yesus hendak mengatakan kepada  kita bahwa bahasa tubuh dalam cara kita berdoa  itu menunjukkan bagaimana kualitas kesikap-hormatan kita terhadap Allah dan kedekatan diri dalam relasi pribadi dengan Allah. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk membangun sikap berdoa dan menjalin hubungan pribadi dengan Allah, yang didasari oleh sikap kerendahan hati (bdk. KGK.No. 2559). Rasul Paulus mengatakan bahwa kerendahan hati adalah dasar doa, karena "kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa" (Rm 8:26). Dalam hal berdoa, Allah tidak memihak pada siapa pun, tetapi sikap berdoa dari orang yang “terjepit” akan didengarkanNya. Itulah gambaran bahwa di hadapan Allah, kita adalah seorang pengemis, yang jika datang kepadaNya dengan bersikap rendah hati, maka doa kita pun mampu menembus sampai ke awan. Itulah gambaran sebagaimana yang diungkapkan dalam Kitab Sirakh, dari bacaan pertama.

Semoga melalui Sabda Tuhan hari ini, kita mau dan mampu untuk membangun sikap seperti si pemungut cukai, yang merendahkan diri di hadapan Tuhan dan dengan penuh pengakuan diri akan keberdosaan, kita datang dengan penuh pertobatan untuk memohon kerahiman Tuhan. Memang tidak mudah kita membuang sikap kesombongan diri seperti yang dimiliki orang Farisi. Sikap kesombongan diri adalah bentuk dosa, yang harus kita buang. Menghadapi sikap demikian, sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan kedua, Rasul Paulus mengajak kita untuk   percaya bahwa Tuhan akan mendampingi kita dan menguatkan kita dalam melawan dosa kesombongan diri. Semoga dengan bantuan Roh Kudus kita mampu membuang sikap hidup yang penuh dengan rasa percaya diri akan kemunafikan atau kesombongan hati.
 
Sejalan dengan peringatan Hari Minggu Misi Sedunia ke-96, hari ini Bapa Suci Paus Fransiskus mengajak kita untuk menjadi saksi dan misionaris Kristus. Kita semua dipanggil untuk membawa misi membangun sikap kerendahan hati dan pertobatan.

Semoga pewartaan akan sikap kerendahan hati dan sikap beriman yang benar seturut kehendak Allah akan membawa kita ke dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal. Amin.

Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.

(Antonius Purbiatmadi)
 
 

 
Next article Next Post
Previous article Previous Post