Minggu, 1 Mei 2022
Hari Minggu Paskah III
Bacaan: Kis. 5:27b-32,40b-41; Why. 5:11-14; Yoh. 21:1-19.
Kalau kita mempunyai sesuatu yang baru, tentulah kita akan senang, bukan? Kita selalu berusaha untuk memiliki yang baru, supaya tidak dianggap ketinggalan jaman, misalnya, kita punya gadget baru, rumah baru, mobil baru, dsb. Namun, bagaimana jika kita diminta untuk memiliki cara baru dalam kita berpikir, bertutur kata, bersikap atau berperilaku, bahkan beriman? Biasanya kita akan bereaksi, yang umumnya menunjukkan sikap enggan, ragu-ragu atau bahkan menolak. Karena sikap keegoisan, kita sulit untuk mau melakukan pembaharuan diri sendiri.
Sebagai orang beriman, hidup kita haruslah selalu dalam pembaharuan. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Paskah Pekan Ketiga hari ini menginspirasi kita untuk melakukan pembaharuan sikap beriman kita. Mari kita belajar dari sikap beriman Rasul Petrus. Tentu kita sangat familiar dengan Petrus, seorang dari murid Yesus. Dalam Injil kita tahu sifat atau karakter Petrus, yang antara lain ia berani menegur Yesus, berani membantah Yesus, bertindak tergesa-gesa tanpa berpikir terlebih dahulu, dsb. Dan, yang paling menyolok adalah sikap penyangkalan Petrus secara sadar terhadap Yesus, sebanyak tiga kali. Dan itu terjadi di halaman rumah Imam Agung Kayafas, sewaktu Yesus diadili.
Petrus mengalami kegoncangan atau pergumulan iman yang tidak ringan. Petrus masih belum bisa move on atau menerima kenyataan akan peristiwa penderitaan dan kematian Yesus. Oleh karena itu, berita-berita penampakan Tuhan, yang dikabarkan oleh Maria Magdalena atau pun murid lain, ditanggapi oleh Petrus dengan sikap keragu-raguan. Sekali pun matanya melihat kubur Yesus yang telah kosong, penampakan Yesus kepada dirinya pun namun masih belum mampu membukakan mata imannya untuk percaya akan apa yang Yesus sering katakan tentang kebangkitanNya. Namun, dalam perkembangan kemudian, Petrus bertobat dan menunjukkan sikap ketaatan akan kebenaran imannya akan kebangkitan Yesus. Sebagaimana dapat kita baca dalam bacaan pertama, dikisahkan Petrus yang menjadi berani dalam memberikan kesaksian kebangkitan Tuhan di hadapan para anggota Mahkamah Agama.
Dari apa yang kita dengarkan kisah iman dari Rasul Petrus, kita percaya bahwa ia mengalami pembaharuan imannya karena kuasa Roh Kudus. Nah, bagaimana dengan diri kita sendiri? Adakah kita, yang telah menerima karunia Roh Kudus, lewat pembaptisan, apakah kita juga berani dalam memberi kesaksian kebenaran iman akan Yesus Kristus dalam kehidupan yang nyata, meski ada tantangan atau halangan?
Seringkali terjadi, bahwa setelah orang dibaptis, lalu berhenti dalam mengembangkan sikap berimannya. Seperti Petrus, kita pun dipilih oleh Tuhan untuk menjadi gembala bagi domba-domba Tuhan. Berkat sakramen baptis, kita semua diminta Tuhan untuk menjalankan tugas perutusan Gerejawi, yaitu menemukan kembali domba-domba Tuhan, yang menghilang atau menyesatkan diri dari kesatuan Gereja yang kudus, katolik dan apostolik. Dalam kehidupan konkret, apakah kita dengan proaktif untuk kembali mengunjungi warga di lingkungan yang bermasalah, yang sudah jarang ke gereja, jarang berkumpul untuk ibadat atau kegiatan gerejawi di lingkungan kita?
Semoga dengan sabda Tuhan hari ini, kita mau menjadi seperti Petrus, yang dengan kuasa Roh Kudus, kita diperbaharui iman kita. Kita tidak lagi memfokuskan diri pada hal-hal duniawi semata-mata, tetapi juga mengarahkan kesetiaan kita ke hal-hal imani. Petrus telah menanggapi ajakan Tuhan “Ikutlah Aku”, dengan hidup setia dan berani menghadapi tantangan apa pun. Perintah Tuhan untuk “gembalakanlah domba-dombaKu” dan “Ikutlah Aku”, tentu itu juga menjadi perintah bagi kita untuk setia mentaati Tuhan yang telah bangkit. Mari kita syukuri, bahwa kita dipilih oleh Tuhan untuk menjadi gembala bagi yang lain, entah itu dalam keluarga kita, atau sebagai pengurus lingkungan, di RT/RW, dsb. Kita percaya bahwa Tuhan mempercayakan tugas perutusan penggembalaan umatNya, bukan karena kita ini pintar, kaya atau mampu, melainkan karena Tuhan mengasihi kita. Tuhan rasanya tidak bersedia mempercayakan pemeliharaan domba-dombaNya kepada mereka yang tidak mengimani Dia, yang telah bangkit. Semoga dengan bimbingan Roh Kudus, kita bersedia dengan sukacita untuk selalu diperbaharuiNya, sehingga kita mampu menanggapi tugas perutusan penggembalaan umat Tuhan dengan penuh kesetiaan hati kita. Amin.
Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.
Antonius Purbiatmadi
Hari Minggu Paskah III
Bacaan: Kis. 5:27b-32,40b-41; Why. 5:11-14; Yoh. 21:1-19.
Kalau kita mempunyai sesuatu yang baru, tentulah kita akan senang, bukan? Kita selalu berusaha untuk memiliki yang baru, supaya tidak dianggap ketinggalan jaman, misalnya, kita punya gadget baru, rumah baru, mobil baru, dsb. Namun, bagaimana jika kita diminta untuk memiliki cara baru dalam kita berpikir, bertutur kata, bersikap atau berperilaku, bahkan beriman? Biasanya kita akan bereaksi, yang umumnya menunjukkan sikap enggan, ragu-ragu atau bahkan menolak. Karena sikap keegoisan, kita sulit untuk mau melakukan pembaharuan diri sendiri.
Sebagai orang beriman, hidup kita haruslah selalu dalam pembaharuan. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Paskah Pekan Ketiga hari ini menginspirasi kita untuk melakukan pembaharuan sikap beriman kita. Mari kita belajar dari sikap beriman Rasul Petrus. Tentu kita sangat familiar dengan Petrus, seorang dari murid Yesus. Dalam Injil kita tahu sifat atau karakter Petrus, yang antara lain ia berani menegur Yesus, berani membantah Yesus, bertindak tergesa-gesa tanpa berpikir terlebih dahulu, dsb. Dan, yang paling menyolok adalah sikap penyangkalan Petrus secara sadar terhadap Yesus, sebanyak tiga kali. Dan itu terjadi di halaman rumah Imam Agung Kayafas, sewaktu Yesus diadili.
Petrus mengalami kegoncangan atau pergumulan iman yang tidak ringan. Petrus masih belum bisa move on atau menerima kenyataan akan peristiwa penderitaan dan kematian Yesus. Oleh karena itu, berita-berita penampakan Tuhan, yang dikabarkan oleh Maria Magdalena atau pun murid lain, ditanggapi oleh Petrus dengan sikap keragu-raguan. Sekali pun matanya melihat kubur Yesus yang telah kosong, penampakan Yesus kepada dirinya pun namun masih belum mampu membukakan mata imannya untuk percaya akan apa yang Yesus sering katakan tentang kebangkitanNya. Namun, dalam perkembangan kemudian, Petrus bertobat dan menunjukkan sikap ketaatan akan kebenaran imannya akan kebangkitan Yesus. Sebagaimana dapat kita baca dalam bacaan pertama, dikisahkan Petrus yang menjadi berani dalam memberikan kesaksian kebangkitan Tuhan di hadapan para anggota Mahkamah Agama.
Dari apa yang kita dengarkan kisah iman dari Rasul Petrus, kita percaya bahwa ia mengalami pembaharuan imannya karena kuasa Roh Kudus. Nah, bagaimana dengan diri kita sendiri? Adakah kita, yang telah menerima karunia Roh Kudus, lewat pembaptisan, apakah kita juga berani dalam memberi kesaksian kebenaran iman akan Yesus Kristus dalam kehidupan yang nyata, meski ada tantangan atau halangan?
Seringkali terjadi, bahwa setelah orang dibaptis, lalu berhenti dalam mengembangkan sikap berimannya. Seperti Petrus, kita pun dipilih oleh Tuhan untuk menjadi gembala bagi domba-domba Tuhan. Berkat sakramen baptis, kita semua diminta Tuhan untuk menjalankan tugas perutusan Gerejawi, yaitu menemukan kembali domba-domba Tuhan, yang menghilang atau menyesatkan diri dari kesatuan Gereja yang kudus, katolik dan apostolik. Dalam kehidupan konkret, apakah kita dengan proaktif untuk kembali mengunjungi warga di lingkungan yang bermasalah, yang sudah jarang ke gereja, jarang berkumpul untuk ibadat atau kegiatan gerejawi di lingkungan kita?
Semoga dengan sabda Tuhan hari ini, kita mau menjadi seperti Petrus, yang dengan kuasa Roh Kudus, kita diperbaharui iman kita. Kita tidak lagi memfokuskan diri pada hal-hal duniawi semata-mata, tetapi juga mengarahkan kesetiaan kita ke hal-hal imani. Petrus telah menanggapi ajakan Tuhan “Ikutlah Aku”, dengan hidup setia dan berani menghadapi tantangan apa pun. Perintah Tuhan untuk “gembalakanlah domba-dombaKu” dan “Ikutlah Aku”, tentu itu juga menjadi perintah bagi kita untuk setia mentaati Tuhan yang telah bangkit. Mari kita syukuri, bahwa kita dipilih oleh Tuhan untuk menjadi gembala bagi yang lain, entah itu dalam keluarga kita, atau sebagai pengurus lingkungan, di RT/RW, dsb. Kita percaya bahwa Tuhan mempercayakan tugas perutusan penggembalaan umatNya, bukan karena kita ini pintar, kaya atau mampu, melainkan karena Tuhan mengasihi kita. Tuhan rasanya tidak bersedia mempercayakan pemeliharaan domba-dombaNya kepada mereka yang tidak mengimani Dia, yang telah bangkit. Semoga dengan bimbingan Roh Kudus, kita bersedia dengan sukacita untuk selalu diperbaharuiNya, sehingga kita mampu menanggapi tugas perutusan penggembalaan umat Tuhan dengan penuh kesetiaan hati kita. Amin.
Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.
Antonius Purbiatmadi