MENJAGA PERKATAAN

author photo February 26, 2022
Minggu, 27 Februari 2022
Hari Minggu Biasa Pekan VIII
Bacaan: Sir. 27:4-7; 1Kor. 15:54-58; Luk. 6:39-45


Kata-kata yang setiap hari keluar secara lisan dari mulut kita, ternyata memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi diri kita. Banyak masalah terjadi dalam relasi kita dengan pasangan, anak-anak atau orang lain karena perkataan kita. Dalam pengalaman hidup kita, kita lebih sering mengeluarkan perkataan yang sifatnya cacian, umpatan, fitnah atau kemarahan, dsb., dan jarang yang sifatnya pujian, sanjungan, atau ucapan terima kasih, dsb. Kita sangat mudah merasa tersinggung atau sakit hati ketika mendengar perkataan  yang negatif kepada kita. Karena begitu besarnya berdayanya kata-kata yang keluar dari mulut kita, maka memang benar kata orang bijak bahwa hendaknya kita menjaga lidah atau mulut kita. Maksudnya adalah bahwa berpikirlah terlebih dahulu sebelum berbicara!  

Dalam Injil pada hari ini, Yesus mengatakan bahwa perkataan-perkataan yang  terucap itu adalah ungkapan, luapan atau gambaran yang keluar dari pikiran atau hatinya. Ucapan bisa menunjukkan kualitas diri kepribadian kita. Karenanya, kita diajak untuk menghindari mengeluarkan pernyataan-pernyataan, perkataan-perkataan yang tidak baik, yang sifatnya hujatan, umpatan, makian, fitnah, dsb. Dalam bacaan pertama, Kitab Putra Sirakh mengajak kita hendaknya berhati-hati jangan mudah terpesona atau terpengaruh akan seseorang karena cara bicaranya dan jangan suka memuji seseorang sebelum ia berbicara, sebab dari bicaranya, apa yang dikatakannya itulah kita bisa menilai kualitasnya. Secara tersirat, dari Kitab Putra Sirakh kita diajak memfungsikan mulut kita untuk memberitakan atau bertutur kata tentang hal-hal yang membangun kebaikan, kebenaran, kemuliaan, atau mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah. Seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus, yang dapat kita dalami lewat bacaan kedua, kita lihat ia  menyatakan buah pikiran atau imannya akan kekaguman atas kebangkitan Yesus. Ia ungkapkan hal itu ke dalam pernyataannya yang penuh puitis. Kita pun dapat seperti Rasul Paulus dalam mengungkapkan isi pikiran, kehendak atau hati kita kepada pasangan, anak-anak, sesama, alam serta Tuhan dalam bentuk perkataan yang penuh syukur atau pujian. Perkataan yang demikian itu dapat menjadi kekuatan  positif bagi diri kita sendiri maupun yang mendengarkannya. Bagaimana perasaan hati anda ketika mendengar ungkapan syukur Rasul Paulus tentang kebangkitan Tuhan tesebut? Adakah pernyataan iman Rasul Paulus itu menguatkan iman anda akan kebangkitan Tuhan?

Dari sabda Tuhan hari ini, dihendaki agar setiap perkataan kita itu memiliki kualitas yang baik dan memberi daya yang menguatkan relasi diri kita dengan pasangan, anggota keluarga dan sesama kita. Yesus berharap  jangan sampai kita  menjadi orang yang bersikap munafik, seperti orang Farisi, tetapi jadilah orang yang berkualitas baik. Dalam bacaan Injil pada hari ini Yesus mengecam sikap orang Farisi, yang dianggapnya munafik. Sebagaimana kita ketahui, orang Farisi suka berkata-kata penuh kutipan ayat-ayat kitab Taurat atau mengajarkan yang kelihatannya baik, namun sikap perilaku mereka tidak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Yesus menyindir sikap perilaku mereka seperti  orang buta yang menuntun orang buta. Jika sama-sama buta, apakah mungkin mereka mendapatkan keselamatan ketika berjalan atau saling menuntun?  

Semoga sabda Tuhan hari ini membuat kita untuk senantiasa bersikap jeli dan berhati-hati terutama dalam bertutur kata. Sebagai murid dan pengikut Kristus, semoga dengan bantuan Roh Kudus, kita dimampukan menggunakan mulut kita untuk mewartakan kebaikan dan kemuliaanTuhan serta bertutur kata secara baik terhadap sesama kita, yang dilandasi oleh pikiran, kehendak dan hati yang baik pula. Dan semoga kita pun mampu menjauhkan diri dari sikap-sikap kemunafikan diri. Amin.

Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.

Antonius Purbiatmadi
 
 

 
Next article Next Post
Previous article Previous Post