PANGGILAN KENABIAN

author photo January 29, 2022
Minggu 30 Januari 2022
Minggu Biasa IV
Bacaan: Yer. 1:4-5.17-19, 1 Kor. 12:31–13:13, Luk. 4:21-30

Tentu kita tahu bahwa agama-agama besar di dunia  sudah menyatakan tidak ada nabi baru lagi. Namun, tahun 2021 yang lalu heboh tentang seseorang yang menyatakan dirinya sebagai nabi yang ke dua puluh enam. Pernyataan sebagai nabi itu pun  dianggap menistakan agama tertentu, sehingga seseorang itu dilaporkan ke pihak kepolisian untuk diproses secara hukum. Tentu kita boleh bertanya dalam hati, apakah di jaman milenial, jaman serba maju teknologi informasi ini masih ada nabi? Lalu, bisakah setiap orang menyatakan dirinya sebagai nabi? Dan, sebenarnya siapa yang berhak menerima sebutan sebagai nabi ? Atau siapa yang berkuasa untuk memberikan sebutan atau gelar kenabian? Sementara itu, dalam ajaran Gereja kita, sering dikatakan bahwa kita, yang telah menerima sakramen baptis,hidup kita diperbaharui di dalam Kristus dan menerima Roh Kudus, sehingga kita memiliki tugas keutamaan Kristus, yaitu sebagai nabi, imam dan raja. Lalu, apa maksud dan tugas yang berkaitan dengan kenabian itu?

Tentang hal sebutan, gelar, tugas atau tanggung jawab kenabian, kita dapat pelajarinya dari Kitab Suci kita. Dalam Perjanjian Lama banyak disebutkan atau dikisahkan tentang nabi-nabi, lengkap dengan proses penunjukan dan suka duka mereka dalam tugas kenabiannya. Seperti dalam bacaan pertama, dikisahkan proses di mana Yeremia ditunjuk untuk menjadi nabi Allah. Namun, Yeremia menolak, karena masih merasa terlalu muda untuk menjalankan tugas kenabiannya. Padahal, sejak dalam kandungan ibunya, Allah telah mengenal dan menguduskan Yeremia, serta menetapkannya menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Selain karena merasa masih muda, Yeremia  menolak panggilan kenabiannya itu dikarenakan ia merasa tidak mampu berbicara atau berhadapan dengan raja Yehuda dan pemuka-pemukanya. Namun, pada akhirnya Yeremia mau menerima dan menjalankan tugas kenabiannya, karena ia percaya akan janji Allah, yang akan menyertai dalam tugas kenabiannya. Dan dalam perjalanan kenabiannya, Yeremia banyak mengalami tantangan atau penolakan. Pengalaman ditolak karena tugas kenabian pun terjadi dalam diri Yesus, sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan Injil pada hari ini.

Apa tugas dan fungsi kenabian itu? Kalau kita dalami kisah hidup para nabi dalam Perjanjian Lama, tugas dan fungsi kenabian umumnya berkaitan dengan penyampaian tentang jati diri Allah, tuntunan-tuntunan hidup suatu bangsa, seperti pada waktu bangsa Israel yang hidupnya tersesat dan menyimpang dari jalan Allah, maka Allah mengutus nabi-nabiNya untuk menuntun bangsa Israel kembali ke jalan Allah. Lebih dari itu, dalam kenabian berkaitan dengan nubuatan atau pemberitaan tentang kedatangan Sang Mesias.

Dalam bacaan Injil pada hari ini, kita mendengarkan pernyataan Yesus sendiri tentang penggenapan nubuatan nabi Yesaya tentang diriNya. Juga pernyataan Yesus bahwa Ia telah memulai menjalankan tugas kenabianNya, yakni menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin,  memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, menyembuhkan orang buta, membebaskan yang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Yesus telah melakukan tugas kenabian itu di berbagai tempat dan membuat diriNya terkenal, sehingga membuat banyak orang datang kepadaNya untuk mendengarkan pengajaranNya, melihat mukjizatNya maupun memohon penyembuhan. Walau pun banyak orang di berbagai tempat takjub akan perbuatanNya, karya Yesus dianggap gagal  di tempatnya sendiri, yaitu Nazaret, tempat Yesus dibesarkan. Sebagaimana para nabi sebelum Yesus, Yesus pun menghadapi banyak tantangan, bahkan Yesus ditolak dan diusir pergi dari Nazaret. Meski mengalami penolakan di tempat asalnya, namun semangat kenabian Yesus tidak berhenti. Ia terus menjalankan tugas kenabianNya di berbagai tempat. Lalu, apa makna yang bisa kita ambil dari Sabda Tuhan hari ini?

Sebagai umat Allah, yang telah menerima baptisan Kristus, hidup kita telah diperbaharui di dalam Kristus dan menerima Roh Kristus. Oleh karenanya, kitapun mendapatkan mandat untuk melaksanakan tiga tugas utama Kristus, satu di antaranya yaitu di bidang kenabian. Bagaimana praktek atau penghayatan kita terhadap tugas kenabian itu? Dalam hidup kita dewasa ini, tugas-tugas kenabian kita tidaklah jauh berbeda dengan tugas para nabi dalam kitab Perjanjian Lama maupun diri Yesus, yang utama yaitu (1) memberitakan tentang jati diri Allah. Apakah selama ini kita sungguh-sungguh telah memberitakan tentang Allah lewat perbuatan  nyata bagi sesama?; (2) menyuarakan kebenaran iman atau berani bersikap benar meski mungkin membahayakan hidup kita. Apakah kita juga sungguh-sungguh berani menyatakan hidup iman kita, misalnya menunjukkan identitas sebagai orang Kristiani, di tengah masyarakat yang majemuk ini? Atau berani membela yang lemah, tertindas berdasarkan kebenaran atau keadilan?; (3) mampu mewujudkan rencana dan kehendak Allah dalam perbuatan nyata bagi sesama, yang didasari oleh semangat kasih. Apakah sikap perbuatan kita sungguh-sungguh di dasari semangat kasih?

Sebagai umat Allah, kita semua dipanggil untuk menjalankan tugas kenabian, yang telah Yesus wariskan kepada GerejaNya. Suara-suara kenabian itu dapat kita wujud nyatakan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja kita.  Meski dalam menjalankan tugas kenabian itu kita mendapatkan tantangan, hambatan, kita percaya bahwa jika tugas kenabian kita didasari atas kasih, maka suara dan perbuatan kenabian kita akan ditanggapi dengan baik pula. Rasul Paulus pada hari ini mengingatkan apa pun segala kegiatan kita, jika didasari oleh semangat kasih, maka di situlah Tuhan hadir. Jika perbuatan kita tidak didasari oleh kasih, maka sia-sialah pekerjaan, usaha-usaha atau perbuatan kita. Oleh karena itu, mari kita selalu mohon  Roh Kudus. Semoga Roh Kudus senantiasa menyertai kita dalam menjalankan tugas kenabian kita di jaman milenial ini, sehingga membuat banyak orang semakin percaya pada Kristus dan ajaran-ajaran kasihNya. Amin.

Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.

Antonius Purbiatmadi
 
 


Next article Next Post
Previous article Previous Post