Minggu, 5 September 2021
Hari Minggu Kitab Suci Nasional
Bacaan: Yes. 35:4-7a, Yak. 2:1-5, Mrk. 7:31-37.
St. Hieronimus pernah berkata, "Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus". Lalu, St. Ambrosius berkata, "Kita berbicara dengan Allah saat kita berdoa. Lalu, kita mendengarkan Allah saat kita membaca amanatNya dalam Kitab Suci" . Nah, kalau kita tidak membaca Kitab Suci, berarti kita tidak mengenal Kristus dan tidak mendengarkan Allah.
Rasanya kita ini punya banyak alasan tidak mau membaca Kitab Suci, misalnya sibuk kerja, nanti aja kalau sudah pensiun. Begitu pensiun, maaf, saya lagi sibuk momong cucu atau mata mulai kabur. Tapi, kalau untuk bikin status di WA atau baca pesan, berita sensasional di medsos, nonton film di Youtube, betahnya bisa berjam-jam, bukan? Tuhan memberi kita waktu 24 jam sehari. Kita hanya perlu menyisihkan waktu sedikitnya lima menit saja tiap hari untuk membaca Kitab Suci.
Gereja secara khusus menetapkan minggu pertama bulan September untuk membuka perayaan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN), yang pada tahun ini bertemakan “Yesus Sahabat Seperjalanan Kita”. Karena ini perayaan, maka dengan ditetapkannya Bulan Kitab Suci Nasional ini, kita umat Katolik entah secara pribadi, keluarga, lingkungan atau komunitas, walau di tengah pandemi covid-19 ini, sekiranya dapat dengan kreatif lebih dekat mengenal pribadi Yesus, Sang Sabda melalui Kitab Suci. Selama BKSN kita diajak untuk lebih mendalami, merenungkan dan memahami bacaan-bacaan dalam Kitab Suci supaya mengantar kita pada kedekatan relasi dengan Allah, sehingga kita mampu memahami apa yang dikehendaki oleh Allah untuk kita perbuat. Membaca Kitab Suci itu juga adalah suatu cara kita untuk bertekun dalam doa, yang menguatkan kita menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Yesus, dan yang dapat menghantar kita untuk mengerti pengajaran dan perbuatan-perbuatan yang Yesus pernah lakukan bagi orang yang menderita sakit penyakit, dsb. Dengan demikian, kita pun diharapkan mampu untuk melakukan perbuatan kasih secara nyata bagi sesama kita.
Bacaan Injil pada hari ini memperdengarkan kisah penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus terhadap seorang yang bisu dan tuli. Penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus ini merupakan suatu tanda nyata bahwa Yesus adalah sungguh Mesias, yang sudah dinubuatkan Yesaya. Dikatakan oleh nabi Yesaya bahwa dengan kuasaNya, “telinga orang-orang tuli akan dibuka dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai” sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan pertama (bdk. Yes. 35:5-6). Melalui peristiwa mukjizat penyembuhan ini, kita diajak mengerti bahwa tujuan kehadiran Tuhan adalah untuk menyembuhkan atau menyelamatkan bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang kehidupannya. Kalau kita sering membaca Injil, kita tahu selain mengajar, Yesus melakukan perbuatan baik seperti menyembuhkan banyak orang dengan berbagai latar belakang, ada yang sakit kusta, yang matanya buta, orang yang lumpuh, yang kerasukan setan, baik orang dewasa atau anak-anak, orang biasa maupun yang berpangkat, orang Yahudi maupun non Yahudi, dsb.
Sebagaimana Yesus telah melakukan perbuatan baik untuk semua orang, maka kita pun dipanggil juga untuk berbuat demikian bagi sesama kita. Kita boleh bersyukur bahwa kini banyak orang, dengan berbagai latar belakang dan perbedaan, telah tergerak hatinya untuk membantu sesamanya di tengah pandemi covid-19 ini. Sebagai pengikut Kristus, kita pun bisa melakukan banyak hal untuk sesama, tanpa pernah memandang latar belakang atau perbedaan lahiriah atau agama. Dalam bacaan kedua, Rasul Yakobus mengingatkan kita bahwa sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, janganlah iman kita itu diamalkan dengan memandang muka atau sikap membeda-bedakan. Tentu sikap yang demikian tidak selaras dengan semangat kasih yang diajarkan oleh Yesus sendiri bagi kita.
Sabda Tuhan hari memang mengajar kita untuk supaya kita memiliki sikap beriman yang benar meski kita hidup di tengah masyarakat yang beraneka ragam. Kita tidak boleh pilih kasih atau hanya mengutamakan kalangan sendiri. Pengamalan iman kita sebagai orang Kristiani haruslah berdampak luas dan melintasi batasan-batasan yang ada. Semoga sabda Tuhan hari ini mendorong kita untuk bersukacita melakukan perbuatan baik demi kemuliaan Allah, tetapi bukan supaya kita dipuji dan viral dikenal orang. Dan supaya perbuatan-perbuatan baik itu selaras dengan kehendak Allah, mari kita terus perdalam dengan membaca Kitab Suci. Semoga dengan bimbingan Roh Kudus, kita dimampukan untuk mengerti kehendak Allah dan mewujudkannya dalam tindakan nyata yang baik untuk sesama kita. Amin.
Antonius Purbiatmadi