SETIA MENJADI MURID KRISTUS

author photo August 21, 2021
Minggu, 22 Agustus 2021
Pekan Biasa XXI
Bacaan: Yos. 22:1-2a.15-17.18, Ef. 5:21-32, Yoh. 6:60-69

Tidak sedikit orang Katolik yang merasa dan menilai bahwa Gereja Katolik itu agama yang aneh. Banyak ajarannya  yang sifat dogmatis, sulit dipahami dan tidak praktis untuk panduan hidup sehari-hari. Prosesi ibadatnya pun sering dirasa monoton, kotbah pastornya tidak menarik atau  kurang memotivasi jemaatnya, dan banyak komentar lainnya. Dengan penilaian atau komentar yang dangkal tersebut, membuat banyak umat yang tidak tahan dengan cara hidup iman Gereja Katolik, sehingga ada yang bersikap apatis atau bahkan pindah ke lain hati alias pindah ke gereja atau agama lain.

Bacaan Injil pada hari ini menggambarkan tentang banyaknya murid Tuhan, yang pada akhirnya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Yesus, setelah mereka mendengar pengajaran Yesus tentang roti hidup (bdk. Yoh. 6:66).  Dengan banyaknya murid yang mundur, tentu saja  jumlah pengikut Yesus pun semakin berkurang. Ada pepatah bahasa Latin, yang berbunyi “Non multa sed multum”, yang artinya kurang lebih “bukan soal banyaknya atau kuantitas, melainkan yang utama adalah kualitasnya”. Ungkapan itu mengandung makna bahwa Yesus tidak membutuhkan pengikut atau murid yang sebanyak-banyaknya, melainkan berharap bahwa pengikut atau muridNya itu, utamanya adalah  memiliki   kualitas hidup imannya yang selaras dengan ajaran dan kehendak Tuhan. Lalu, mengapa banyak murid Tuhan yang mundur? Karena, mereka bingung  dan mereka  tidak mampu menangkap makna pengajaran dan penjelasan Yesus tentang diriNya, yang disampaikanNya dengan istilah “Roti Hidup”. Belum lagi penjelasan atau pernyataan lain dari Yesus, seperti misalnya “barang siapa makan dan minum darahNya akan hidup kekal. Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya” (bdk. Yoh. 6:65.). Jika kita mendengar pengajaran Yesus ini, kita pun pasti seperti bersikap seperti para rasul : sulit mengerti apa yang Yesus katakan. Intinya, pengajaran Yesus itu terlalu berat untuk dimengerti. Bagi para murid atau pengikut Yesus, motivasi ikut Yesus adalah yang penting supaya mereka mendapatkan  kesembuhan atau makanan gratis, sebagaimana kita dengar kisahnya tentang mukjizat lima roti dan dua ekor ikan. Tentu kita perlu bertanya pada diri sendiri, bagaimana kualitas motivasi kita dalam mengikuti atau menjadi murid Yesus hingga saat ini?

Memang, menjadi orang beragama dan beriman Katolik itu tidak mudah. Motivasi menjadi orang Katolik itu bukan karena soal emosi, sikap percaya secara lahiriah, yang misalnya, karena memperoleh mukjizat kesembuhan. Menjadi orang Katolik itu  juga bukan untuk sekedar status di KTP atau kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan dari  orang Kristiani yang banyak menjadi orang penting di perusahaan. Ketika kita memutuskan menjadi orang Katolik, hidup kita haruslah senantiasa dinamis, tumbuh berkembang. Dengan cara bagaimana? Ada banyak cara untuk membuat iman kita semakin tumbuh berkembang. Misalnya, mendalami Kitab Suci dengan mengikuti kelompok-kelompok pendalaman Kitab Suci seperti KEP (Kursus Evangelisasi Pribadi), EJ (Emmaus Journey), KKS (Kursus Kitab Suci), dsb. Atau, ikuti seminar-seminar atau kursus yang membantu kita untuk mengerti tentang ajaran iman dan ajaran Gereja Katolik, yang banyak diselenggarakan oleh komunitas atau kelompok kategorial resmi Gereja di masing-masing paroki atau keuskupan. Dengan cara demikian, kita akan semakin bertambah wawasan pengetahuan imani dan tentunya akan memberi manfaat positip bagi kehidupan beriman kita.

Bacaan Injil pada hari ini membawa pesan penting bagi kehidupan iman kita. Yaitu, hendaknya kita tetap setia menjadi murid Yesus. Relasi kesetiaan itu, oleh Rasul Paulus sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan kedua, digambarkan dengan kemesraan hubungan suami-istri.  Relasi kesetiaan akan terjadi jika ada sikap saling rendah hati, saling tunduk, sikap lemah lembut, dan sabar di antara suami dan istri. Demikian halnya dalam pemuridan yang dilakukan oleh Yesus, yang dibangun atas dasar relasi sang murid untuk setia mendengarkan dan menjalankan ajaranNya. Mengikuti Yesus dan sabda ajaranNya, yang disampaikan melalui Gereja, memang tidak mudah bagi kita untuk mengerti dan bahkan membuat kita pening dan terasa tidak menyenangkan diri kita. Apalagi di jaman kemajuan teknologi dan informasi dewasa ini, kita tidak mudah menerima pengajaran iman dari Gereja. Banyak pengajaran iman yang membuat tidak sedikit orang Katolik ikut terseret arus sehingga mengalami keragu-raguan hidup imannya. Seperti dalam bacaan pertama,  yang digambarkan umat Israel yang tidak setia, banyak yang terseret menyembah kepada allah lain, karena mereka tidak percaya kepada TUHAN yang benar. Nah, jika pada hari ini Yesus bertanya kepada kita : “Apakah kamu tidak mau pergi juga, seperti mereka ?”. Lalu, bagaimana kita menanggapi pertanyaan Yesus itu? Adakah kita dengan penuh keberanian iman, seperti Petrus, kita menjawab: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal !” (bdk. Yoh. 6:68). 

Semoga sabda Tuhan hari ini menjadi peringatan kita untuk memurnikan kembali motivasi dasar kita menjadi murid dan pengikut Tuhan. Walau banyak tantangan dan hambatan, semoga dengan bimbingan dan terang Roh Kudus, kita dapat semakin mengerti sabda dan ajaran Yesus, yang disampaikan melalui GerejaNya, sehingga kita tetap setia menjadi muridNya. Amin. Semoga  Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.

Antonius Purbiatmadi



Next article Next Post
Previous article Previous Post