JANGAN JADI ORANG MUNAFIK

author photo August 29, 2021
Minggu, 29 Agustus 2021
Minggu Biasa XXII
Bacaan: Ul. 4:1-2.6-8, Yak. 1:17-18.21b-22.27, Mrk. 7:1-8.14-16.21-23

Dalam hari-hari dari minggu kemarin viral tentang seseorang yang dianggap melakukan penistaan agama. Sementara itu, kalau kita buka  Youtube, kita bisa melihat begitu banyak orang yang suka berviral diri dengan mengemukakan ajaran atau dalil-dalil agamanya, yang umumnya untuk pembenaran agamanya atau kelompoknya sendiri dan cenderung menyalahkan yang lain. Karena dirasuki pikiran fanatisme dan maksud-maksud tertentu, sikap perilakunya sudah menjadi seperti polisi agama, yang suka mengawasi dan menertibkan mereka yang berbeda. Kalau tata hidup masyarakat ada yang berbeda, tidak  sesuai peraturan atau dalil kelompok  mayoritas, maka sering ditindak dengan semena-mena. Tentu ada banyak kenangan yang kita miliki tentang   banyaknya  gangguan dari orang-orang atau kelompok yang fanatik dan yang mungkin memiliki motivasi-motivasi tertentu terhadap kehidupan pluralitas kebhinekaan negeri kita.

Dalam bacaan Injil pada hari ini, Yesus mengecam tindakan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Mereka dikecam Yesus karena mereka lebih mengutamakan hukum lahiriah yang dibuat manusia dari pada ketaatan pada hukum Tuhan. Yesus dan para muridNya adalah orang Yahudi dan dianggap pasti tahu peraturan dan ketetapan adat istiadat yang berlaku itu. Kaum Farisi dan ahli Taurat menganggap tindakan para murid Yesus itu najis dan melanggar  peraturan adat istiadat nenek moyang mereka. Dalil yang dipakai oleh orang Farisi dan ahli Taurat  adalah bahwa kaum Farisi maupun orang-orang Yahudi umumnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka (bdk. Mrk. 7:3). 

Yesus mengecam orang Farisi dan ahli Taurat itu lebih kepada sikap-sikap mereka yang penuh dengan kemunafikan. Mereka menganggap adat aturan mereka sama derajat otoritasnya dengan hukum kuasa atau perintah Tuhan. Padahal dalam tindakan nyatanya, peraturan dan sikap  perilaku mereka  berbeda dengan apa yang mereka katakan atau ajarkan, dan justru sering bertentangan dengan hukum dan perintah Tuhan  (bdk. Mrk. 7:9-13).

Sebagai murid Tuhan, tentu kita tidak ingin menjadi orang munafik. Tuhan mengingatkan kita hendaknya kita memiliki pikiran dan sikap hati yang bersih. Karena dari dalam hati kita, timbul segala kehendak, niat, pikiran, perasaan, yang kemudian bisa terwujudkan ke dalam perkataan, dan perbuatan yang baik maupun yang jahat. Dan dalam kenyataannya,  yang sering terjadi atau muncul adalah jelek dan jahat sebagaimana Yesus katakan dalam Injil hari ini, yakni percabulan, pencurian, keserakahan, perzinahan, kelicikan, dsb (bdk. Mrk. 7:21). 

Kita pun sering bersikap seperti kaum Farisi dan ahli Taurat atau bangsa Israel (seperti yang digambarkan dalam bacaan pertama), yakni hidup dalam kedegilan hati. Sikap kedegilan itu tergambar dalam  pikiran dan perilaku yang penuh dengan kejahatan, yang berasal dari dalam hati untuk melawan hukum dan ketetapan Tuhan. Musa, sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan pertama, telah mengingatkan bangsa Israel untuk memelihara hukum Tuhan, yang menjadi tuntunan agar mereka menjadi bangsa yang taat kepada Tuhan, agar bangsa Israel hidup bijaksana dan menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain yang percaya kepada Tuhan. Kita pun dipanggil untuk taat akan hukum dan ketetapan Tuhan, agar kita pun bisa  menjadi teladan hidup benar bagi orang-orang lain. 

Memang hidup menurut hukum dan ketetapan Tuhan itu tidak gampang. Sebagai orang beriman, kita percaya dan memohon kuasa Roh Kudus untuk membantu kita membuang sikap-sikap kedegilan hati kita.  Sikap degil hati itu menghambat diri kita untuk memperoleh karunia dari Tuhan, sebagaimana dikatakan oleh Rasul Yakobus, Untuk itu, Rasul Yakobus, sebagaimana dalam bacaan kedua, mengajak kita untuk membuang segala yang kotor dan jahat dalam diri kita dan hendaknya menerima dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hati, itulah yang berkuasa untuk menyelamatkan jiwa kita (bdk. Yak. 1:21).  

Apa yang bisa kita peroleh dari sabda Tuhan hari ini adalah bahwa Tuhan mengajak kita untuk memiliki sikap jujur dan konsekuen antara pikiran, perkataan dan perbuatan nyata kita, buang sikap kemunafikan diri kita. Pengajaran Yesus hari ini  menuntun kita bukan saja untuk menata hidup dalam ketaatan secara lahiriah, melainkan membimbing  kita  untuk menjadi umat Tuhan yang memiliki sikap pikiran yang mampu memahami rencana dan tindakan nyata untuk mewujudkan jalan kehendak Tuhan dengan penuh keimanan. Dengan mengerti dan mampu mewujudkan kehendak Tuhan, maka kita dengan sendirinya adalah orang yang mampu menjadi pelaku firman Tuhan (bdk. Yak. 1:22). Semoga kita mampu untuk menjadi orang yang taat pada  hukum atau peraturan dan perintah Tuhan. Amin.

Antonius Purbiatmadi



Next article Next Post
Previous article Previous Post