TUHAN TETAP MENGGEMBALAKAN KITA SEMUA

author photo July 18, 2021
Minggu, 18 Juli 2021
Minggu Biasa XVI
Bacaan: Yer.23:1-6; Ef. 2:13-18; Mrk. 6:30-34

Situasi pandemi Covid-19 masih membingungkan. Adanya berita atau informasi tentang varian-varian baru membuat pemerintah dan kita semua semakin cemas. Dengan cepat, setiap waktu kita disuguhi berita atau informasi tentang peningkatan penderita dan korban yang meninggal akibat pandemi ini. Situasi negeri menjadi seperti darurat, sehingga pemerintah  harus menyikapinya antara lain dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Melalui pandemi ini, pemerintah dan Gereja mengajak kita untuk bekerja dari  rumah, dan tinggal serta berkumpul dalam keluarga. Memang kadang tidak menyenangkan jika kita dikurung terus dalam rumah di sepanjang pandemi ini. Kita mengalami penderitaan dan berbagai kesulitan. Dan peristiwa ini akan kita kenang sebagai  bagian hidup kita. 

Apa yang diserukan oleh Pemerintah atau Gereja, agar kita tinggal di rumah dan berkumpul bersama keluarga selama masa pandemi ini, adalah suatu bentuk sikap Pemerintah dan Gereja dalam kepedulian dan tanggungjawabnya akan pelaksanaan tugas demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat atau umat. Sebagai orang beriman, seruan itu haruslah kita sikapi dengan positip. Kita tidak usah kecewa karena tidak bisa menyambut komuni dalam perayaan ekaristi. Selama tinggal di rumah dalam masa pandemi, kita harus tetap memiliki iman dan percaya akan kehadiran Tuhan. Tuhan tidak meninggalkan kita. Justru ketika kita bersama dalam keluarga di masa pandemi ini, Tuhan hadir di tengah-tengah keluarga kita dan mengajar kita membangun sikap kepedulian, solidaritas, belas kasih atau berbagi apa saja yang kita miliki untuk orang lain yang mengalami kesulitan, terutama bagi mereka yang menderita terpapar Covid-19. Bapa Suci  Paus Benediktus XVI pernah mengatakan bahwa jika kita menutup mata kita terhadap sesama yang menderita, itu juga sama dengan membutakan diri terhadap Allah.  

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini tentang peran dan tugas gembala. Seperti dalam bacaan  pertama, Nabi Yeremia mengingatkan  akan tugas para gembala: jangan membiarkan piaraannya terserak  atau  tidak terpelihara. Seorang gembala harus bertanggung jawab akan tugasnya dan jangan sampai pemilik domba kambing marah kepadanya karena piaraannya hilang atau terserak ke mana-mana (bdk.Yer 23:1-2). Sedangkan dalam bacaan kedua, Rasul Paulus meyakinkan jemaatnya di Efesus, bahwa Kristus adalah gembala, yang telah mengorbankan diriNya secara total. Yesus telah rela  menyerahkan tubuh dan darahNya untuk menyatukan kembali manusia satu dengan yang lain untuk dipersatukan dengan Allah Bapa (bdk. Ef 2:16). 

Bacaan Injil hari ini menunjukkan kepada kita tentang sikap Yesus terhadap para pengikutNya. Meski Yesus berusaha untuk menghindari mereka, karena bersama para muridNya Ia ingin beristirahat, namun karena Yesus melihat mereka mencariNya itu seperti domba tanpa gembala, maka Yesus pun mencurahkan perhatianNya untuk mereka. Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala (bdk. Mrk 6:34). Yesus seperti seorang gembala, yang memperhatikan piaraanNya. Yesus memperhatikan kebutuhan rohani mereka, dan lalu Yesus pun mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Dalam kitab Mazmur Tanggapan hari ini,  kita dengarkan: “Tuhanlah gembalaku, tak akan kekurangan daku. Sekalipun aku harus berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya sebab Engkau besertaku” Mzm 23:1, 4). Pemazmur tentu mengajak kita semua untuk tetap beriman bahwa Tuhan ingin tetap berada bersama dengan kita di masa-masa  pandemi ini. Seperti gembala, Tuhan akan mencari kita untuk memenuhi rasa dahaga dan lapar kita, terutama dalam hal dahaga dan kelaparan rohani. Dengan caraNya sendiri, kita percaya bahwa Tuhan akan menggerakkan hati Pemerintah dan Gereja serta orang-orang yang berkehendak baik untuk membantu kita. Kita percaya Tuhan tetap akan membimbing kita kepada hidup yang lebih baik.

Kita tahu bahwa belas kasih merupakan ciri khas sikap Allah dan Yesus. Melalui sabda Tuhan hari ini, sebagai murid dan pengikutNya kita diajak untuk memiliki sikap seperti gembala, yang peka akan kebutuhan sesama. Sekali lagi, seperti di masa pandemi ini, begitu banyak orang telah tergerak hatinya oleh belas kasihan terhadap penderitaan yang kita alami bersama. Banyak orang saling membantu dengan tulus hati. Seperti para rasul Yesus, yang telah melaksanakan tugas perutusan mereka, lalu mereka berkumpul bersama Yesus. Mereka saling menceritakan kejadian-kejadian yang mereka alami. Mereka menjadikan Yesus sebagai pusat curahan pengalaman imannya. 

Demikian halnya kita di dalam keluarga saat ini. Semoga sabda Tuhan hari ini dan berbagai peristiwa di masa pandemi ini  mengajarkan keluarga kita supaya lebih banyak memberikan waktu untuk bersama, terutama berdiam bersama dengan Tuhan dan semakin memusatkan diri kita masing-masing dan hidup keluarga kita  pada Kristus.
 
Demi kesehatan bersama, kita diajak untuk tinggal di rumah saja. Sebagai keluarga kristiani, kita harus taat akan seruan pemerintah dan para pemimpin Gereja kita. Mari kita pertahankan kehidupan kita bersama dengan tindakan-tindakan nyata, seperti mentaati protokol kesehatan dan PPKM dengan  menjaga jarak, mengenakan masker, mencuci tangan dsb. Kita semua berharap semoga pandemi ini segera berakhir. Semoga Tuhan mendengarkan dan mengabulkan permohonan kita. Amin.

Antonius Purbiatmadi



Next article Next Post
Previous article Previous Post