DIUTUS UNTUK PERTUMBUHAN IMAN

author photo July 10, 2021
Minggu, 11 Juli 2021 
Minggu Biasa XV
Bacaan: Am. 7:12-15; Ef. 1:3-14; Mrk. 6:7-13

Kita boleh bersyukur bahwa cukup banyak umat yang aktif ambil bagian dalam hidup menggereja atau kegiatan berkategorial, baik di tingkat lingkungan maupun parokial, bahkan yang lebih luas lagi. Namun, tidak sedikit keaktifannya kadang bukan murni pelayanan untuk kepentingan Tuhan atau Gereja, melainkan untuk kepentingan pribadi.  Sementara di sisi lain, tidak sedikit umat yang sering menolak untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan menggereja atau bermasyarakat sebagai bentuk perwujudan iman kristiani kita. Bacaan-bacaan Kitab Suci yang diperdengarkan pada hari Minggu ini mengajak kita kembali untuk lebih memahami dan merefleksikan lagi tentang keutamaan tugas panggilan perutusan kita sebagai umat beriman yang telah menerima sakramen baptis.  

Sama seperti dalam bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu yang lalu, pada hari ini kita diperdengarkan lagi tentang penolakan dan kewaspadaan diri dalam tugas perutusan kita. Seperti dalam bacaan pertama, kita diperdengarkan lagi tentang penolakan terhadap hadirnya seorang nabi. Dikisahkan bahwa imam Amazia, yang mewakili umatnya dan khususnya para pemimpin negerinya, secara terang-terangan menolak Amos, nabi Allah. Amos adalah nabi yang menyuarakan keadilan dan kebenaran. Dari pekerjaannya sebagai penggiring ternak, Amos menanggapi panggilan Allah untuk menyampaikan teguran yang keras dan peringatan akan hukuman Allah terhadap bangsa Israel. Dan Amos menegaskan bahwa ia menjadi nabi Allah bukanlah untuk mencari nafkah, karena ia sudah memiliki pekerjaan sebagai gembala dan pemungut buah ara hutan. Amos menanggapi panggilan Allah hanya untuk memberitakan firmanNya di tengah-tengah bangsa Israel, bangsa pilihan Allah yang tidak lagi taat kepada Allah. 

Bacaan Injil pada hari ini mengisahkan tentang perutusan bagi ke dua belas rasul Tuhan. Para rasul tersebut sudah banyak waktunya bersama Tuhan. Mereka secara langsung mendengarkan tentang jati diri Yesus dan pengajaranNya, serta melihat banyak mujizat yang dilakukan oleh Yesus bagi banyak orang. Karena mereka sudah menerima banyak hal dari Yesus, maka saatnya mereka pun bisa berganti untuk memberi; mereka sudah belajar banyak hal dari Yesus, maka saatnya mereka ganti mengajar. Untuk itu, mereka diutus pergi mengajar, menyerukan pertobatan, berbuat baik bagi orang lain melalui penyembuhan orang sakit dan pengusiran setan (bdk. Mrk 6:7, 12-13). Untuk tugas perutusan itu, Yesus meminta para muridNya untuk menjalankan tugasNya itu tanpa membawa kelengkapan perbekalan diri. Mereka hanya boleh membawa kebutuhan bekal yang penting-penting saja. Selain itu, Yesus berpesan kepada mereka untuk tidak boleh takut, jika mereka nanti mengalami berbagai penolakan (bdk. Mrk 6:8-9, 11). Bagaimana dengan diri kita? Biasanya, jika kita mendapat tugas dari kantor atau kelompok kategorial kita, biasanya kita lebih sering disibukkan dengan persiapan banyak hal untuk kecukupan perbekalan diri agar kita aman dan selamat. Kita lebih mengutamakan “safety first” atau keselamatan diri terlebih dahulu, bukan?

Di antara kita tentu banyak yang ikut ambil bagian dalam mengikuti kegiatan pengajaran-pengajaran iman, seperti Kursus Evengelisasi Pribadi (KEP), Emaus Journey (EJ), Kursus Kitab Suci (KKS), atau berbagai seminar rohani lainnya. Tentunya kegiatan-kegiatan itu sangat baik bagi kita untuk pertumbuhan pengetahuan dan hidup beriman kita dalam mengenal Yesus. Namun, seperti para rasul, kita tidak boleh terus-menerus menjadi murid, yang hanya belajar saja untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga harus membagikannya kepada sesama kita. Untuk itu selepas dari mengikuti kursus-kursus atau seminar yang semacam itu, selanjutnya kita dapat menjadi fasilitator atau pemandu untuk pendalaman iman atau Kitab Suci di lingkungan atau wilayah kita. Untuk hal-hal seperti pengetahuan atau ketrampilan yang umum, kita dapat bagikan di lingkungan RT/RW kita. Walaupun kita belum tahu akan hasil sebagaimana yang seharusnya, namun itulah satu cara kita untuk menjadi murid Tuhan, yang diutus Tuhan untuk berbuat kebaikan dengan berbagi pengetahuan atau ketrampilan yang kita miliki.

Memang ketika kita mengikuti Tuhan, dengan menjadi muridNya, itu ada risikonya. Menjadi murid Tuhan berarti harus mau diutus oleh Tuhan untuk mengajarkan atau  melakukan apa yang telah diajarkan dan dilakukan Tuhan sendiri, sebagaimana dapat kita baca dalam Kitab Suci. Ternyata apa yang diajarkan dan dilaksanakan oleh Yesus dalam perutusanNya, telah membawa diri Nya kepada berbagai penolakan, penderitaan dan bahkan sampai ke kematianNya. Demikian halnya dalam tugas perutusan kita. Tidak disangkal bahwa dalam hidup menggereja, baik itu di tingkat lingkungan atau yang lebih luas, ada berbagai tantangan, hambatan, bahkan penolakan atau perlawanan dari pihak lain. Dari sabda Tuhan hari ini, khususnya dari bacaan Injil, kita dapat belajar bahwa dalam menjalankan tugas menjadi utusan Tuhan, kita harus mempercayakan diri  pada Tuhan, termasuk di dalamnya hal pemenuhan kebutuhan hidup keluarga kita masing-masing, terutama di masa pandemi ini. Meski kita harus mencukupi kebutuhan jasmaniah kita, namun kita hendaknya juga memikirkan hal-hal yang rohani. Dalam bahasa Rasul Paulus, sebagaimana diungkapkannya dalam bacaan kedua, hendaknya kita ini memikirkann juga hal-hal yang rohaniah, menjadi orang-orang yang terpilih oleh Allah karena memiliki kekayaan sorgawi, yakni pengampunan dosa (bdk. Ef. 1: 7). Hal pengampunan dosa ini juga yang menjadi arah perutusan kita. Semoga dengan sabda Tuhan hari ini, kita semakin mengerti akan dasar dan tujuan pelayanan hidup menggereja kita, bukan lagi demi kepentingan lahiriah kita, melainkan juga untuk pertumbuhan iman kita.

Nah, bagaimana tanggapan kita terhadap sabda Tuhan hari ini? Adakah masih ragu-ragu atau menolak tugas perutusan Tuhan? Semoga sabda Tuhan hari ini menguatkan kita sebagai murid dan pengikut Tuhan. Bahwa sebagai orang Kristiani, kita harus memiliki semangat perutusan Tuhan atau jiwa misioner seperti Yesus dan para rasulNya. Meski di masa pandemi ini, semoga kita masih memiliki semangat untuk pergi dan mencari mereka yang membutuhkan bantuan kita, sambil mewartakan kebaikan Tuhan.  

Mari kita tetap taati protokol kesehatan dan seruan pemerintah tentang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) demi kebaikan kita bersama. Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.

Antonius Purbiatmadi





Next article Next Post
Previous article Previous Post