MENJADI GEMBALA YANG BAIK

author photo April 24, 2021

Minggu, 25 April 2021
Hari Minggu Paskah IV, Hari Minggu Panggilan
Bacaan: Kis. 4:8-12, 1 Yoh 3:1-2, Yoh. 10:11-18


Rasanya tepat sekali kalau pada  hari ini, kita merefleksikan hidup panggilan kita, karena hari ini  kita merayakan Hari Minggu Panggilan. Sebagai orang beriman, kita dipanggil Tuhan, untuk hidup entah menjadi orang yang berkeluarga, biarawan biarawati, karyawan dengan profesi apa pun, dsb.  Dalam kerangka panggilan hidup tersebut, Yesus memberikan dasar-dasar berpastoralia. Melalui bacaan Injil pada hari ini, kita semua, yang adalah  pengikut dan murid Yesus, diajak untuk merefleksikan tentang spiritualitas Gembala yang Baik.


Tentu kita ingat, kisah setelah Yesus menampakkan diriNya yang ketiga kepada para murid, Yesus menanyakan kepada Simon Petrus, sampai tiga kali, apakah Simon Petrus sungguh mengasihi Yesus. Ketika Simon Petrus menjawab bahwa ia sungguh mengasihiNya, maka Yesus pun memberikan tugas kepada Simon Petrus untuk menggembalakan domba-dombaNya (bdk. Yoh. 21:15-18). Tugas penggembalaan Petrus, kini dilanjutkan secara hirarkial dari Bapa Suci sampai kepada para imam. Kita, sebagai umat Allah, karena godaan duniawi, kita  cenderung lepas kendali diri, suka keluyuran tanpa arah yang mungkin mendekati hal-hal yang membahayakan iman kita sendiri. Rasul Yohanes, dalam bacaan kedua, mengingatkan kita bahwa meski kita telah menjadi anak-anak Allah, lewat baptisan, namun kita tidak tahu dengan pasti bagaimana keadaan hidup kita kelak (bdk. 1Yoh 3:2). Oleh karena itu, sebagai umat Allah, kita memerlukan bimbingan, perlindungan, atau teguran dari gembala Gereja, yakni para imam di paroki kita atau Bapa Uskup dari keuskupan kita. Namun, karena adanya keterbatasan-keterbatasan, seluruh umat diajak untuk ikut ambil bagian dalam tugas-tugas penggembalaan demi perawatan iman dan pastoralia seluruh umat, baik di lingkungan, wilayah atau di paroki. Tugas penggembalaan itu kita lakukan karena   kita percaya bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun selain di dalam Tuhan, sebagaimana yang dikatakan dengan tegas oleh Rasul Petrus di hadapan Mahkamah Agama (bdk. Kis. 4:12), seperti yang kita dengarkan dalam bacaan pertama. Namun, bagaimana dalam kenyataannya?  


Dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai anggota gereja, tidak sedikit umat yang menghindar atau bahkan menolak jika diminta untuk menjadi pengurus di lingkungan atau kelompok kategorial atau pengurus di RT/RW, dsb. Ada banyak alasan klasik yang sering dilontarkan untuk menolak tugas-tugas penggembalaan. Bagi umat yang telah terpilih menjadi pengurus lingkungan, wilayah atau kategorial atau di RT/RW,  tetaplah bersyukur untuk menerima tugas penggembalaan itu. Upahmu besar di surga. Berikut ini adalah harapan yang disampaikan oleh Yesus sendiri pada  hari ini, untuk anda semua, yaitu :  (1) Menjadi gembala yang baik, tentu saja tidak hanya  memelihara, memberi makanan dan minuman, tetapi juga menunjukkan sikap kepemilikan (sense of belonging).  Contoh dari sikap memiliki (sense of belonging)  itu adalah berani berkorban demi keselamatan kawanannya dari  setiap  ancaman yang membahayakan hidup kawanannya (bdk. Yoh 10:11-12); (2). Menjadi seorang gembala yang baik itu memiliki  kemampuan menjalin hubungan kedekatan atau relasi yang baik, memiliki kemampuan mengenal setiap anggotanya (bdk. Yoh 10:14-15). Untuk itu, kunjungilah atau sapalah warga atau umat, terutama  yang bermasalah, berkesulitan atau sakit; (3) Menjadi seorang gembala yang baik itu  mau dan mampu untuk terbuka hati menerima siapa pun, baik warga gerejawi maupun anggota masyarakat pada umumnya. Dengan menerima tugas sebagai pengurus RT, misalnya, anda sudah ikut menuntun warga di RT atau RW mengenal Yesus dan ajaranNya, lewat pelayanan dan penggembalaan anda. Seperti Yesus sendiri yang juga terbuka terhadap domba-domba yang bukan dari kandangNya, yang dituntun untuk menjadi satu kawanan dengan satu gembala (bdk. Yoh. 10:16). Itulah spiritualitas penggembalaan yang sekiranya menjadi  semangat bagi para pengurus.


Pengajaran Yesus tentang gembala yang baik itu juga yang ditujukan kepada kita para umat awam. Dengan tugas-tugas penggembalaan yang telah disebutkan di atas tadi, melalui sabda Tuhan hari ini, kita diajak untuk memiliki sikap hormat dan menghargai para gembala kita, entah itu Bapa Uskup, para imam di paroki kita maupun di paroki lain, dan para pengurus lingkungan, wilayah dan kategorial di paroki kita. Tentu sering kita lihat dan alami bahwa  umat di lingkungan enggan untuk menanggapi ajakan pengurus dalam kegiatan menggereja, seperti  menghadiri undangan doa atau ibadat lingkungan, pendalaman iman atau pendalaman Kitab Suci, latihan koor, dll. Karena mereka telah melayani dan menggembalakan kita, meski masih dalam masa pandemi ini, mari kita terus menanggapi dengan positip setiap usaha dan tugas-tugas pekerjaan dari para pengurus lingkungan, wilayah atau kategorial di paroki kita.


Gambaran tentang diri Yesus sebagai seorang Gembala yang Baik memang  hanya dapat kita temukan dalam Injil Yohanes, sebagaimana kita dengarkan pada hari ini. Memang perikop ini sangat menarik dan sering menjadi topik atau tema-tema yang berkaitan dengan pastoralia, yang diberikan dalam acara retret atau pembekalan bagi para pemimpin lingkungan, kelompok kategorial atau komunitas, dll. Pengajaran Yesus tentang semangat gembala yang baik sebenarnya tidak saja ditujukan bagi pengurus gerejawi saja, tetapi juga berlaku bagi siapa saja dan dalam bidang panggilan hidup apa saja yang ada dari kita sehari-hari. Menjadi gembala yang baik bisa diterapkan di dalam kehidupan di keluarga, di lingkungan RT/RW, di tempat kerja, dsb. Karena semangat gembala yang baik itu berasal dari Yesus, Sang Gembala Agung dan Gembala yang Baik, maka sebagai umat beriman, mari kita miliki dan wujudkan semangat penggembalaan dalam setiap kehidupan kita sehari-hari. Amin.


Sebagai umat beriman, mari kita untuk tetap taat untuk setia dalam menjalankan protokol kesehatan, yakni selalu bermasker, rajin mencuci tangan,  menjaga jarak ketika berhadapan dengan orang lain, hindari bepergian yang tidak perlu dan juga hindari kerumunan banyak orang. Semoga Tuhan memberkati kita dan  Selamat Berhari Minggu.

 

Antonius Purbiatmadi




 

 

 

 

 

 

 

 

 


Next article Next Post
Previous article Previous Post