Kritikan terhadap salib katolik
Aneh, orang Katolik suka memasang salib di mana-mana: di gereja, di kamar-kamar, dll. Bentuk salib pun beraneka ragam, bahkan ada puluhan bentuk salib. Aneh, orang Katolik sering sekali membuat tanda salib. Aneh, bahwa salib Katolik mempunyai corpus, yakni tubuh Yesus Kristus. Bukankah Kristus susah mulia di surga; mengapa Dia masih "disalibkan" pada salib Katolik? Kasihan Dia kan?
Tanggapan
Penebusan manusia terjadi dalam misteri Yesus Kristus. Misteri itu meliputi seluruh kehidupan Yesus dari Nazaret. Dia itu Putra Allah yang menjelma menjadi manusia di dunia ini, berkarya serta bersabda kepada manusia, mengalami sengsara, wafat, tetapi kemudian bangkit kembali dan naik ke surga untuk mengutus Roh Kudus kepada kita. Oleh karena itu sebagai pengikut Yesus Kristus kita harus menghargai seluruh hidup-Nya, terutama wafat dan kebangkitan-Nya. Tetapi semua tahapan dalam hidup Yesus perlu kita renungkan dan kita hargai, sebab semua tahapan itu, mulai dari Natal sampai turunnya Roh Kudus (Pentakosta) merupakan satu kesatuan, satu karya keselamatan yang dikerjakan Allah melalui Yesus Kristus. Jangan kita mengabaikan sesuatu dalam hidup Yesus itu, apalagi wafat dan kebangkitan-Nya. Begitu penting makna salib Yesus dalam misteri penebusan kita, sehingga Paulus bisa berkata: "Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus' (Gal. 6:14), meskipun ayat ini tidak mengucil kemungkinan bahwa Paulus boleh bermegah juga dalam kebangkitan-Nya! Lagi, "Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan" (1Kor 2:2), meskipun ayat ini tidak mengabaikan segi lain dari Yesus Kristus, yakni sebagai Dia yang telah dibangkitkan. Ayat-ayat itu hanya mau mengingatkan umat Paulus yang cenderung melupakan kesengsaraan Yesus dan alergi terhadap salib/penderitaan. Mereka suka berdalih bahwa Yesus Kristus sudah bangkit. Ya, Ia memang sudah bangkit, tetapi karya penebusan manusia tetap terlaksana berkat seluruh kehidupan manusiawi-Nya, lebih-lebih berkat wafat-Nya di salib (Rm 5:10; Ef 2:16, Kol 1:20, dll.), dan juga berkat kebangkitan-Nya. Memang Yesus sudah bangkit dan mulia di surga, tetapi di surga Dia itu tetap Anak Domba yang mempunyai ciri "seperti telah disembelih' (Why 5:6). Mengingat ini semua, kelirulah jika orang melupakan kenangan akan sengsara dan salib Tuhan!
Orang yang mengatakan, "Kan Yesus Kristus sudah bangkit, mengapa kok masih dibiarkan di atas kayu salib, kasihan Dia kan," adalah orang yang picik. Itu sama saja dengan mengatakan,"Lho, kok orang Kristen merayakan Natal, kan Yesus sudah naik ke surga?" Atau, "Lho, kok Yesus digambarkan sedang mengajar banyak orang, kan Dia sudah di surga?" Bagi orang Katolik, perayaan Natal, Paskah, dan sebagainya merupakan kenangan yang menghadirkan kembali misteri Yesus Kristus yang menyelamatkan kita. Setiap kali kita merayakan Ekaristi (=misa kudus), misalnya, berarti kita mewartakan dan menghadirkan kembali wafat Yesus Kristus terus-menerus sampai Ia datang lagi (1Kor 11:26), meskipun Yesus sudah bangkit. Gambar Yesus yang sedang mengajar, mempergandakan roti dan ikan, dsb hanyalah alat untuk mengingatkan kita pada segala tindakan dan sabda Yesus yang menyelamatkan!
Ada juga orang yang mengatakan,"Memang salib itu penting dalam ajaran Paulus. Tetapi yang dimaksud di situ adalah misteri kematian Yesus di salib, bukan dua potong kayu yang disatukan dan diberi patung Yesus tersalib." Ya, memang benar. Tetapi orang Katolik pun tidak bermaksud menghormati dua potong kayu yang disatukan dengan patung Yesus (corpus) di atasnya. Yang dihormati adalah Yesus yang telah wafat di salib. Sedangkan salib yang dipasang di tembok atau di atas meja hanyalah alat untuk mengingatkan kita pada Yesus yang menderita itu!
Dr. H. Pidyarto, O. Carm