Minggu, 7 Maret 2021
Minggu Prapaskah III
Bacaan : Kel. 20:1-17; 1Kor 1:22-25; Yoh. 2:13-25.
Gereja bukan saja dalam artian gedung fisiknya, tetapi juga rohani, yakni kumpulan umat beriman yang percaya kepada Allah dalam diri Yesus Kristus. Secara fisik, bangunan gedung gereja tentu fungsinya adalah untuk tempat kita beribadat bersama-sama umat beriman atau berdoa secara pribadi. Namun, kadang fungsi gereja disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Bacaan Injil pada hari ini tentang kemarahan Yesus, karena Bait Allah yang seharusnya dipakai sebagai tempat suci untuk beribadah, namun dijadikan sebagai tempat jual beli atau pasar oleh para pedagang. Dalam Injil Matius, dikatakan bahwa Yesus menyebut para pedagang menjadikan tempat suci Bait Allah itu sebagai sarang penyamun (bdk. Mat. 21:13). Yesus menegur dan mengusir para pedagang karena mereka jelas membuat kotor lingkungan Bait Allah, terlebih mereka menyalahgunakan fungsi atau tujuan utama dari Bait Allah. Mereka telah meremehkan martabat kesucian tempat tinggal Allah. Wajar jika Yesus marah kepada mereka. Tentu kita akan marah juga, jika halaman rumah kita dikotori oleh orang lain, bukan?
Kita pun juga sering berperilaku seperti pedagang-pedagang di Bait Allah yang diusir oleh Yesus itu. Kita sering berpikiran bahwa di sekitar gedung gereja di paroki kita, misalnya, kita anggap sebagai tempat yang cocok untuk berjualan. Kadang kita temui tidak sedikit umat yang mau aktif menggereja di paroki, bukan untuk pelayanan gerejawi, tetapi untuk tempat penyaluran usaha atau bisnisnya, bahkan tempat untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Tentu kita sedikit terganggu, mana kala saat mengikuti perayaan ekaristi, tercium bau bakaran sate dari kios-kios umat yang ada di halaman gereja. Bersyukurlah bahwa tempat-tempat usaha umat atau kelompok kategorial di paroki sudah ditata atau diatur dengan baik, tanpa mencederai fungsi gerejawi.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk membangun sikap yang benar terhadap fungsi tempat ibadat atau tempat-tempat yang sudah disucikan. Di saat kita mengikuti perayaan ekaristi atau ibadat di lingkungan atau di gereja, kita suka bermain HP, tidur saat homili, atau ngobrol dengan teman di dekatnya tentang hal yang tidak ada kaitannya dengan ibadat, dan sering obrolan kita itu seperti di pasar. Sikap-sikap demikian itu yang hendak Yesus bersihkan dari diri kita dan yang utama adalah membersihkan sikap batin kita dari keberdosaan. Tuhan hendak membersihkan diri kita, supaya diri kita ini layak menjadi Bait Allah, di mana Allah sendiri yang tinggal di dalam diri kita.
Dengan peristiwa Yesus menyucikan Bait Allah, Yesus mengajak kita hendaknya kita taat pada aturan yang benar. Yesus mengingatkan kita untuk tidak menyalahgunakan fungsi lahiriah dan batin kita untuk kepentingan dan kenikmatan lahiriah yang sesaat saja. Hendaknya kita memiliki sikap hikmat, yang mampu menjaga tubuh kita ini suci, di mana Allah tinggal bersama dengan kita. Itulah yang dikehendaki Tuhan agar kita menaati kehendakNya.
Membangun sikap perilaku taat pada aturan yang benar memang tidak mudah. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa dalam terang dan bimbingan Roh Kudus, kita akan mampu untuk bersikap taat pada aturan yang benar dari Tuhan. Rasul Paulus, dalam bacaan kedua, mengatakan bahwa kita ini adalah orang-orang yang dipanggil agar mau menerima hikmat Allah dalam Kristus, yang adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Orang berhikmat adalah mereka yang hidupnya selaras dengan kehendak Tuhan, mau mentaati aturan dan larangan-larangan dari Tuhan. Tuhan telah memberikan banyak aturan atau larangan untuk kita taati. Seperti dalam bacaan pertama, Allah memberikan pedoman hidup bagi bangsa Israel berupa Sepuluh Perintah Allah (dekalog). Umat Israel diharapkan untuk taat pada kehendak Allah dan mematuhi larangan-laranganNya.
Sepuluh Perintah Allah tersebut tentu saja ditujukan bagi kita menjadi pedoman hidup untuk kita juga. Sebagai orang beriman, kita pun harus mengabdikan diri kita sepenuhnya dalam hikmat dan ketaatan pada Allah, dengan menjauhi larangan-laranganNya. Semoga di masa Prapaskah ini, kita mau dan mampu untuk menata hidup kita untuk menjadi Bait Allah, tempat Allah tinggal dalam diri kita, dengan mentaati peraturan dan menjauhi larangan-larangan Allah. Semoga dengan bantuan Roh Kudus yang membimbing dan memampukan kita, kita mampu memperbaiki hidup kita. Amin.
Demi kesehatan kita besama, semoga kita tetap taat mengikuti protokol kesehatan, yakni : selalu bermasker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak saat berhadapan dengan orang lain, menjauhi kerumunan, dan hindari bepergian yang tidak perlu. Selamat Berhari Minggu.
Minggu Prapaskah III
Bacaan : Kel. 20:1-17; 1Kor 1:22-25; Yoh. 2:13-25.
Gereja bukan saja dalam artian gedung fisiknya, tetapi juga rohani, yakni kumpulan umat beriman yang percaya kepada Allah dalam diri Yesus Kristus. Secara fisik, bangunan gedung gereja tentu fungsinya adalah untuk tempat kita beribadat bersama-sama umat beriman atau berdoa secara pribadi. Namun, kadang fungsi gereja disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Bacaan Injil pada hari ini tentang kemarahan Yesus, karena Bait Allah yang seharusnya dipakai sebagai tempat suci untuk beribadah, namun dijadikan sebagai tempat jual beli atau pasar oleh para pedagang. Dalam Injil Matius, dikatakan bahwa Yesus menyebut para pedagang menjadikan tempat suci Bait Allah itu sebagai sarang penyamun (bdk. Mat. 21:13). Yesus menegur dan mengusir para pedagang karena mereka jelas membuat kotor lingkungan Bait Allah, terlebih mereka menyalahgunakan fungsi atau tujuan utama dari Bait Allah. Mereka telah meremehkan martabat kesucian tempat tinggal Allah. Wajar jika Yesus marah kepada mereka. Tentu kita akan marah juga, jika halaman rumah kita dikotori oleh orang lain, bukan?
Kita pun juga sering berperilaku seperti pedagang-pedagang di Bait Allah yang diusir oleh Yesus itu. Kita sering berpikiran bahwa di sekitar gedung gereja di paroki kita, misalnya, kita anggap sebagai tempat yang cocok untuk berjualan. Kadang kita temui tidak sedikit umat yang mau aktif menggereja di paroki, bukan untuk pelayanan gerejawi, tetapi untuk tempat penyaluran usaha atau bisnisnya, bahkan tempat untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Tentu kita sedikit terganggu, mana kala saat mengikuti perayaan ekaristi, tercium bau bakaran sate dari kios-kios umat yang ada di halaman gereja. Bersyukurlah bahwa tempat-tempat usaha umat atau kelompok kategorial di paroki sudah ditata atau diatur dengan baik, tanpa mencederai fungsi gerejawi.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk membangun sikap yang benar terhadap fungsi tempat ibadat atau tempat-tempat yang sudah disucikan. Di saat kita mengikuti perayaan ekaristi atau ibadat di lingkungan atau di gereja, kita suka bermain HP, tidur saat homili, atau ngobrol dengan teman di dekatnya tentang hal yang tidak ada kaitannya dengan ibadat, dan sering obrolan kita itu seperti di pasar. Sikap-sikap demikian itu yang hendak Yesus bersihkan dari diri kita dan yang utama adalah membersihkan sikap batin kita dari keberdosaan. Tuhan hendak membersihkan diri kita, supaya diri kita ini layak menjadi Bait Allah, di mana Allah sendiri yang tinggal di dalam diri kita.
Dengan peristiwa Yesus menyucikan Bait Allah, Yesus mengajak kita hendaknya kita taat pada aturan yang benar. Yesus mengingatkan kita untuk tidak menyalahgunakan fungsi lahiriah dan batin kita untuk kepentingan dan kenikmatan lahiriah yang sesaat saja. Hendaknya kita memiliki sikap hikmat, yang mampu menjaga tubuh kita ini suci, di mana Allah tinggal bersama dengan kita. Itulah yang dikehendaki Tuhan agar kita menaati kehendakNya.
Membangun sikap perilaku taat pada aturan yang benar memang tidak mudah. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa dalam terang dan bimbingan Roh Kudus, kita akan mampu untuk bersikap taat pada aturan yang benar dari Tuhan. Rasul Paulus, dalam bacaan kedua, mengatakan bahwa kita ini adalah orang-orang yang dipanggil agar mau menerima hikmat Allah dalam Kristus, yang adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Orang berhikmat adalah mereka yang hidupnya selaras dengan kehendak Tuhan, mau mentaati aturan dan larangan-larangan dari Tuhan. Tuhan telah memberikan banyak aturan atau larangan untuk kita taati. Seperti dalam bacaan pertama, Allah memberikan pedoman hidup bagi bangsa Israel berupa Sepuluh Perintah Allah (dekalog). Umat Israel diharapkan untuk taat pada kehendak Allah dan mematuhi larangan-laranganNya.
Sepuluh Perintah Allah tersebut tentu saja ditujukan bagi kita menjadi pedoman hidup untuk kita juga. Sebagai orang beriman, kita pun harus mengabdikan diri kita sepenuhnya dalam hikmat dan ketaatan pada Allah, dengan menjauhi larangan-laranganNya. Semoga di masa Prapaskah ini, kita mau dan mampu untuk menata hidup kita untuk menjadi Bait Allah, tempat Allah tinggal dalam diri kita, dengan mentaati peraturan dan menjauhi larangan-larangan Allah. Semoga dengan bantuan Roh Kudus yang membimbing dan memampukan kita, kita mampu memperbaiki hidup kita. Amin.
Demi kesehatan kita besama, semoga kita tetap taat mengikuti protokol kesehatan, yakni : selalu bermasker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak saat berhadapan dengan orang lain, menjauhi kerumunan, dan hindari bepergian yang tidak perlu. Selamat Berhari Minggu.
Antonius Purbiatmadi