Minggu, 21 Februari 2021
Minggu Prapaskah I
Bacaan: Kej. 9:8-15; 1Ptr.3:18-22; Mrk. 1:12-15
Jika tidak dalam pandemi covid, kita pasti akan sering ke tempat-tempat yang menghabiskan uang. Sering kalau kita sudah berada di pusat perbelanjaan atau mall, ada godaan untuk beli ini itu, yang seharus dibeli tidak jadi dibeli, sementara yang tidak dibutuhkan justru diborong. Kita memang mudah terlena dalam pelukan godaan duniawi. Semoga dengan pandemi covid ini kita sudah terlatih untuk mampu melawan godaan nafsu lahiriah. Jika kita mampu melawan godaan, hidup kita tentu akan lebih terarah baik, tenang dan nyaman. Dalam bacaan pertama, Nuh juga mengalami godaan iman. Ia diminta untuk percaya dan taat akan perintah Tuhan atau tidak, ketika Tuhan menyuruhnya untuk membuat perahu karena Tuhan akan melimpahkan bencana air bah ke atas bumi. Karena Nuh percaya dan menuruti perintah Tuhan, maka ia dan keluarganya pun selamat (bdk. Kej. 7:1, 5). Atas kesetiaan iman Nuh, Tuhan berjanji untuk menjaga hidup dirinya dan keluarga serta keturunannya.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk membangun sikap percaya dan taat pada perintah Tuhan. Sebagai orang beriman, kita pun diajak untuk seperti Nuh, yakni membangun sikap hidup beriman yang benar di hadapan Tuhan, yakni percaya dan mengikuti perintah Tuhan. Jika kita memiliki sikap seperti Nuh, maka kita pun juga akan memperoleh keselamatan. Rasul Petrus, dalam bacaan kedua, menyebutkan bahwa air bah yang menjadi tanda keselamatan bagi keluarga Nuh adalah perlambang akan keselamatan bagi kita melalui baptisan (bdk. 1Ptr 3:20-21). Pernyataan Rasul Petrus itu menegaskan kepada kita bahwa air baptis adalah tanda keselamatan bagi kita. Seperti halnya rambu atau tanda lalu lintas, yang membimbing kita ke arah yang benar dan agar kita selamat. Baptisan yang kita terima adalah tanda arah hidup beriman yang benar, yang menunjukkan jalan ke tempat keselamatan hidup kekal. Hanya, bagaimana dalam perjalanan hidup kita selama ini. Apakah kita mengikuti tanda baptisan yang menuju ke keselamatan atau kita yang mencari jalan pintas sendiri?
Kita tahu bahwa baptisan yang kita terima bukan hanya sekedar tanda atau simbol sebagai anggota Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Dengan baptisan, kita dijadikan sebagai anak-anak terang dan bukan lagi menjadi anak-anak gelap. Sakramen baptis mengubah kita untuk meninggalkan diri sebagai manusia lama dan menjadi manusia baru, meninggalkan jalan, sifat dan sikap Iblis dan lalu mengikuti jalan dan bimbingan Tuhan. Jadi, jika kita yang sudah dibaptis, maka kita harus berani berhadapan dengan godaan atau tantangan dari Iblis. Dalam Injil hari ini kita tahu bahwa Yesus sesudah Yesus dibaptis oleh Yohanes, segera Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun. Di padang gurun itu Yesus tinggal empat puluh hari lamanya. Yesus mengalami pencobaan yang dilakukan oleh Iblis. Dalam Injil sinoptik lainnya, dikisahkan Yesus mampu melawan pencobaan dari Iblis.
Kita sadar bahwa iman dari baptisan harus bertumbuh kembang. Namun, dalam kenyataannya kita pun sering jatuh ke dalam pencobaan dari si Jahat. Kita tidak akan mampu sendirian dalam menghadapi godaan dan tantangan dari Iblis. Kita akan mampu menghadapi Iblis, jika kita bergantung pada kuasa Tuhan. Kita harus mengikuti cara Yesus dalam menghadapi pencobaan. Dalam Injil sinoptik lain kita tahu bahwa Yesus digoda Iblis untuk supaya Yesus mau sombong, takabur, tinggi hati serta tunduk pada Iblis dengan iming-iming kekuasaan duniawi (bdk. Mat. 4:1-22, Luk 4:1-13). Kita pun sering digoda Iblis untuk bersifat dan bersikap seperti Iblis. Banyak contoh godaan Iblis, yang membuat kita menjauh dari Tuhan. Misalnya, godaan pindah iman, karena iming-iming pangkat, jabatan atau karir dalam pekerjaan. Atau, dagangan jadi laris manis, jika mau memakai jampi-jampi, mantra atau kuasa Iblis lewat orang pintar atau dukun. Namun, karena Yesus disertai oleh Roh Kudus, Yesus mampu mengalahkan nafsu kejahatan Iblis. Seperti Yesus, yang berhasil menghadapi pencobaan dari Iblis, dengan bimbingan Roh Kudus, maka kita pun demikian hendaknya.
Melalui sabda Tuhan hari ini, kita semua diajak untuk seperti Nuh, yang setia dan taat akan perintah Tuhan sehingga ia selamat. Juga kita harus memiliki sikap seperti Yesus, yang mau mengikuti bimbingan Roh Kudus, sehingga mampu melawan kuasa Iblis dan menjadi setia memberitakan Injil dan Kerajaan Allah. Semoga di masa Prapaskah ini kita terbuka hati untuk dibimbing Roh Kudus dalam membangun sikap pertobatan, sehingga kita pantas dan layak untuk menyambut kedatangan Kerajaan Allah yang sudah dekat. Bentuk pertobatan dapat kita lakukan, sebagaimana dicanangkan dalam seruan Bapa Uskup lewat surat gembalanya dan gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) tahun ini, antara lain berhemat listrik, membuat biopori, dsb. Dengan berhemat listrik, membuat biopori, dll., maka kita dapat menjaga keseimbangan bumi, yang telah dikeruk sumber dayanya untuk pemenuhan nafsu keserakahan kita. Semoga berkat bimbingan Roh Kudus, kita mampu untuk melakukan pertobatan dan siap menyambut Kerajaan Allah. Amin.
Ingat untuk selalu taat setia dan mengikuti perintah protokol kesehatan untuk selalu bermasker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak saat berhadapan dengan orang lain, hindari kerumunan dan bepergian yang tidak penting. Selamat Berhari Minggu.
Minggu Prapaskah I
Bacaan: Kej. 9:8-15; 1Ptr.3:18-22; Mrk. 1:12-15
Jika tidak dalam pandemi covid, kita pasti akan sering ke tempat-tempat yang menghabiskan uang. Sering kalau kita sudah berada di pusat perbelanjaan atau mall, ada godaan untuk beli ini itu, yang seharus dibeli tidak jadi dibeli, sementara yang tidak dibutuhkan justru diborong. Kita memang mudah terlena dalam pelukan godaan duniawi. Semoga dengan pandemi covid ini kita sudah terlatih untuk mampu melawan godaan nafsu lahiriah. Jika kita mampu melawan godaan, hidup kita tentu akan lebih terarah baik, tenang dan nyaman. Dalam bacaan pertama, Nuh juga mengalami godaan iman. Ia diminta untuk percaya dan taat akan perintah Tuhan atau tidak, ketika Tuhan menyuruhnya untuk membuat perahu karena Tuhan akan melimpahkan bencana air bah ke atas bumi. Karena Nuh percaya dan menuruti perintah Tuhan, maka ia dan keluarganya pun selamat (bdk. Kej. 7:1, 5). Atas kesetiaan iman Nuh, Tuhan berjanji untuk menjaga hidup dirinya dan keluarga serta keturunannya.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk membangun sikap percaya dan taat pada perintah Tuhan. Sebagai orang beriman, kita pun diajak untuk seperti Nuh, yakni membangun sikap hidup beriman yang benar di hadapan Tuhan, yakni percaya dan mengikuti perintah Tuhan. Jika kita memiliki sikap seperti Nuh, maka kita pun juga akan memperoleh keselamatan. Rasul Petrus, dalam bacaan kedua, menyebutkan bahwa air bah yang menjadi tanda keselamatan bagi keluarga Nuh adalah perlambang akan keselamatan bagi kita melalui baptisan (bdk. 1Ptr 3:20-21). Pernyataan Rasul Petrus itu menegaskan kepada kita bahwa air baptis adalah tanda keselamatan bagi kita. Seperti halnya rambu atau tanda lalu lintas, yang membimbing kita ke arah yang benar dan agar kita selamat. Baptisan yang kita terima adalah tanda arah hidup beriman yang benar, yang menunjukkan jalan ke tempat keselamatan hidup kekal. Hanya, bagaimana dalam perjalanan hidup kita selama ini. Apakah kita mengikuti tanda baptisan yang menuju ke keselamatan atau kita yang mencari jalan pintas sendiri?
Kita tahu bahwa baptisan yang kita terima bukan hanya sekedar tanda atau simbol sebagai anggota Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Dengan baptisan, kita dijadikan sebagai anak-anak terang dan bukan lagi menjadi anak-anak gelap. Sakramen baptis mengubah kita untuk meninggalkan diri sebagai manusia lama dan menjadi manusia baru, meninggalkan jalan, sifat dan sikap Iblis dan lalu mengikuti jalan dan bimbingan Tuhan. Jadi, jika kita yang sudah dibaptis, maka kita harus berani berhadapan dengan godaan atau tantangan dari Iblis. Dalam Injil hari ini kita tahu bahwa Yesus sesudah Yesus dibaptis oleh Yohanes, segera Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun. Di padang gurun itu Yesus tinggal empat puluh hari lamanya. Yesus mengalami pencobaan yang dilakukan oleh Iblis. Dalam Injil sinoptik lainnya, dikisahkan Yesus mampu melawan pencobaan dari Iblis.
Kita sadar bahwa iman dari baptisan harus bertumbuh kembang. Namun, dalam kenyataannya kita pun sering jatuh ke dalam pencobaan dari si Jahat. Kita tidak akan mampu sendirian dalam menghadapi godaan dan tantangan dari Iblis. Kita akan mampu menghadapi Iblis, jika kita bergantung pada kuasa Tuhan. Kita harus mengikuti cara Yesus dalam menghadapi pencobaan. Dalam Injil sinoptik lain kita tahu bahwa Yesus digoda Iblis untuk supaya Yesus mau sombong, takabur, tinggi hati serta tunduk pada Iblis dengan iming-iming kekuasaan duniawi (bdk. Mat. 4:1-22, Luk 4:1-13). Kita pun sering digoda Iblis untuk bersifat dan bersikap seperti Iblis. Banyak contoh godaan Iblis, yang membuat kita menjauh dari Tuhan. Misalnya, godaan pindah iman, karena iming-iming pangkat, jabatan atau karir dalam pekerjaan. Atau, dagangan jadi laris manis, jika mau memakai jampi-jampi, mantra atau kuasa Iblis lewat orang pintar atau dukun. Namun, karena Yesus disertai oleh Roh Kudus, Yesus mampu mengalahkan nafsu kejahatan Iblis. Seperti Yesus, yang berhasil menghadapi pencobaan dari Iblis, dengan bimbingan Roh Kudus, maka kita pun demikian hendaknya.
Melalui sabda Tuhan hari ini, kita semua diajak untuk seperti Nuh, yang setia dan taat akan perintah Tuhan sehingga ia selamat. Juga kita harus memiliki sikap seperti Yesus, yang mau mengikuti bimbingan Roh Kudus, sehingga mampu melawan kuasa Iblis dan menjadi setia memberitakan Injil dan Kerajaan Allah. Semoga di masa Prapaskah ini kita terbuka hati untuk dibimbing Roh Kudus dalam membangun sikap pertobatan, sehingga kita pantas dan layak untuk menyambut kedatangan Kerajaan Allah yang sudah dekat. Bentuk pertobatan dapat kita lakukan, sebagaimana dicanangkan dalam seruan Bapa Uskup lewat surat gembalanya dan gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) tahun ini, antara lain berhemat listrik, membuat biopori, dsb. Dengan berhemat listrik, membuat biopori, dll., maka kita dapat menjaga keseimbangan bumi, yang telah dikeruk sumber dayanya untuk pemenuhan nafsu keserakahan kita. Semoga berkat bimbingan Roh Kudus, kita mampu untuk melakukan pertobatan dan siap menyambut Kerajaan Allah. Amin.
Ingat untuk selalu taat setia dan mengikuti perintah protokol kesehatan untuk selalu bermasker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak saat berhadapan dengan orang lain, hindari kerumunan dan bepergian yang tidak penting. Selamat Berhari Minggu.
Antonius Purbiatmadi