BERSAMA BUNDA MARIA MENYAMBUT TUHAN YESUS

author photo December 19, 2020

Minggu, 20 Desember 2020
Minggu Adven IV

Bacaan: 2Sam. 7:1-5,8b-12,14a,16; Rm. 16:25-27; Luk. 1:26-38.

Tanpa terasa kita memasuki Minggu Adven IV. Dalam lingkaran koronka, dinyalakan lilin ke empat sebagai tanda pekan terakhir dari rangkaian  dari masa Adven yang telah kita lalui. Namun demikian, semangat Adven tidak berhenti sampai saat ini. Kita masih dalam masa Adven berikutnya, yakni masa penantian kita akan kedatangan kembali Tuhan Yesus. Karena itu, kita pun masih harus memiliki semangat pertobatan dalam pengharapan akan sukacita hidup kekal bersama Tuhan. Itulah masa Adven Kedua, masa penantian kedatangan kembali Tuhan ke dunia kelak.

Selama masa Adven yang lalu, kita telah melakukan persiapan diri, dengan memperbaharui hidup kita lewat pertobatan dan segera dengan sukacita menyambut kelahiran bayi Yesus. Bacaan Injil pada hari Minggu ini mengarahkan kita untuk masuk dalam saat-saat peristiwa Natal, kelahiran Yesus, Sang Mesias. Seperti halnya kalau di saat-saat menjelang  kelahiran bayi, biasanya kita  fokus akan kondisi si bayi yang masih di dalam kandungan dan tentu saja juga fokus kepada ibunya sedang mengandung.

Dalam tradisi kalender liturgi Gereja kita, Minggu Adven Pekan IV adalah minggu pemberitahuan tentang kelahiran Yesus. Dialah awal pokok pemberitaan Injil. Dalam bacaan kedua, Rasul Paulus menegaskan akan hal itu. Rasul Paulus memberi peringatan kepada jemaatnya di Roma bahwa Injil yang dia beritakan, yang dia masyhurkan bukanlah tentang  mereka atau jemaatnya sendiri yang menjadi pokok pemberitaan Injil, melainkan Tuhan Yesus Kristus (bdk. Rom. 16:18). Yesus adalah pemenuhan dari pemberitaan atau pernyataan rahasia, yang sebelumnya telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi, tetapi sekarang telah dinyatakan dengan jelas maksudnya, agar kita semua beriman kepadaNya (bdk. Rom 16: 25-26). Itulah yang dikatakan oleh rasul Paulus. Yesus adalah penggenapan pernyataan rahasia tersebut. Dalam bacaan pertama, nubuatan nabi Natan menegaskan tentang janji Allah kepada keluarga dan kerajaan Daud. Bahwa Allah memberikan  janji bagi keturunan Daud, “Seorang” yang akan  tetap menduduki takhta kerajaan di Israel, yang  berkenan di hati Allah. Janji Allah itu, yang berkaitan dengan keturunan Daud, tergenapi dalam diri Yesus, Sang  Mesias (bdk. 2Sam 7:11-12).

Jika pada bacaan pertama dan kedua, kita diajak untuk fokus akan pernyataan rahasia, yakni pribadi Yesus, maka melalui bacaan Injil pada hari ini, kita diajak untuk fokus  pada tokoh lain yakni dua tokoh perempuan, Elisabeth dan Maria, yang sama-sama mengandung bayi yang menentukan sejarah keselamatan umat manusia, yaitu Yohanes Pembaptis dan Yesus.

Kita mengetahui bahwa Maria dan Elisabet adalah dua sosok perempuan yang menjadi tokoh dalam perjalanan karya keselamatan umat manusia, yang Allah rencanakan untuk kita. Elisabeth mewakili “generasi lama”, yakni generasi umat manusia yang memiliki kerinduan akan datangnya Sang Mesias. Elisabet adalah penghubung atau jembatan iman akan kehadiran Tuhan. Dan Yohanes Pembaptis, anak Elisabet, menjadi sosok  yang berseru-seru agar umat manusia bertobat dan mempersiapkan diri menyambut kedatangan Sang Mesias yang sebenarnya, yaitu Yesus Kristus. Sementara itu Maria, yang melahirkan Yesus, adalah penggenapan janji dari Allah akan Sang Penyelamat, yang juga menggenapi nubuatan dari para nabi dalam  Perjanjian Lama. Yesus adalah keturunan dari keluarga Daud, karena Maria ibunya, bertunangan dengan Yusuf dari garis keturunan  keluarga Daud (bdk. Luk 1:27). Maria adalah sosok yang melahirkan Anak, yang disebut kudus, Anak Allah, sebagaimana dikatakan oleh Malaikat Gabriel (bdk. Luk. 1:31, 35). Perkataan Malaikat itu diperkuat oleh  pernyataan iman Elisabet, yang menyebut Maria sebagai “ibu Tuhanku” (bdk. Luk 1:43). Seturut ajaran iman Gereja kita, Maria sungguh berperan sangat penting dalam sejarah keselamatan umat beriman, karena ia melahirkan Yesus!

Sebagaimana malaikat Gabriel berkata kepada Maria, "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah” (bdk.Luk 1: 30), maka melalui perkataan Malaikat Gabriel kita pun diajak untuk jangan takut, melainkan percaya untuk mengikuti kehendak Allah dalam mengimani Yesus, Sang Juruselamat. Jika kita mempercayakan diri pada kehendak Allah, maka hidup kita pun akan mengerti misteri-misteri  Ilahi. Itulah kasih karunia di hadapan Allah, yang dijanjikan oleh malaikat Gabriel kepada Maria. Sebagai orang beriman, mari kita membangun sikap iman seperti Maria, yang mana seluruh hidupnya telah menjadi kesempatan untuk menyimpan segala misteri iman dan merenungkannya dalam hatinya serta dengan penuh iman kita pun diajak berani untuk berkata, “aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. 

Semoga bersama Bunda Maria, kita siap untuk menyambut kelahiran Yesus, Sang Juruselamat kita. Amin. 

Selamat memasuki Minggu Adven Pekan IV dan Menyongsong Perayaan  Natal dengan penuh sukacita.

Antonius Purbiatmadi



Next article Next Post
Previous article Previous Post