MENJADI ORANG YANG BISA DIPERCAYA TUHAN

author photo October 03, 2020

Minggu Biasa XXVII
Bacaan: Yes. 5:1-7; Flp. 4:6-9; Mat. 21:33-43

Menjadi orang yang bisa dipercaya itu tidaklah mudah. Demikian juga  kita tidak gampang untuk menaruh percaya kepada orang lain. Jika satu pihak melakukan pengingkaran atau pengkhianatan, tidak hanya akan timbul rasa kecewa tetapi juga rasa sakit di hati. Pengingkaran atau pengkhianatan bisa menyebabkan rasa percaya (trust) kita memudar. Memang dalam kehidupan kita sehari-hari banyak hal yang menyebabkan hilangnya kepercayaan (trust). Hanya gara-gara kelalaian atau kesalahan kecil saja orang sudah bisa tidak saling percaya lagi. Dalam banyak hal, kepercayaan (trust) adalah penting.

Bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Biasa Pekan XXVII ini berbicara  tentang nilai-nilai kepercayaan (trust). Seperti dalam bacaan Injil, di hadapan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi, Yesus mengajar tentang keutamaan dari kepercayaan (trust). Yesus mengajar mereka  dengan perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur. Para penggarap kebun anggur diberi kepercayaan oleh pemilik kebun anggurnya untuk mengelola dan mengolahnya sehingga memberi hasil  untuk dinikmati bersama, baik para penggarap maupun pemilik kebun anggur. Namun, dalam kenyataannya tidaklah demikian. Pihak penggarap melakukan penolakan, pengkhianatan dan bahkan melakukan tindakan pembunuhan terhadap utusan-utusan dan anak dari pemilik kebun anggur.

Apa yang diajarkan oleh Yesus kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi itu bukanlah  tentang suatu sikap saling percaya dalam rangka pengembangan usaha kerjasama bisnis. Namun, Yesus mengajarkan tentang sikap hidup beriman yang dapat dipercaya atau dipertanggungjawabkan. Para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi adalah gambaran akan mereka yang telah disampaikan Kabar Keselamatan. Sejak jaman Musa hingga jaman Yesus, mereka tidak menerima pewartaan yang disampaikan oleh para nabi maupun dari Yesus sendiri. Mereka  adalah kaum pilihan Allah, yang dalam bacaan pertama dikatakan oleh nabi Yesaya bahwa mereka sebagai “kebun anggur Tuhan”. Mereka sejak semula  diharapkan menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi  dalam kenyataannya yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam (bdk. Yes 5:2, 4). Yang dimaksud buah anggur asam oleh nabi Yesaya adalah gambaran sebagai bangsa yang tegar tengkuk, degil dan menolak rencana keselamatan yang dilakukan oleh Allah untuk mereka.

Melalui pengajaran Yesus tentang penggarap kebun anggur pada hari ini, kita diajak untuk menjadi orang Katolik yang bisa dipercaya oleh Tuhan, yakni mampu mempertanggungjawabkan dan memberi “hasil buah iman” yang sesuai dengan harapan Tuhan, Sang Pemilik Kebun Anggur. Berkat pembaptisan, kita adalah penggarap-penggarap kebun anggur Tuhan. Kita diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk mengelola dan mengolah kebun anggur Tuhan dan diharapkan mampu memberikan hasil sesuai yang dikehendaki Tuhan. Melalui pengajaran Tuhan tentang penggarap kebun anggur itu, kita diajak untuk menjadi pribadi yang memiliki sikap iman yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.  Sikap orang beriman yang benar atau yang dapat dipertanggungjawabkan adalah  percaya akan Kerajaan Allah, yang hadir dalam diri Yesus. Melalui bacaan kedua, Rasul Paulus mengingatkan kita  tentang sikap dasar sebagai orang beriman, yakni sikap yang mampu memelihara hati dan pikiran dalam Kristus Yesus, dengan selalu memikirkan hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, atau hal-hal yang berkaitan dengan kebajikan dan yang patut dipuji (bdk. Flp 4:7-8).

Melalui perumpamaan penggarap-penggarap kebun anggur hari ini, kita juga diajak untuk menerima Yesus, Putra Allah, sebagai pewaris Kebun Anggur. Sebagai penggarapNya, kita diingatkan bahwa jika kita mencederai nilai-nilai kepercayaan yang sudah Tuhan berikan, maka janji keselamatan kekal itu akan dialihkan kepada orang lain yang lebih mampu menghasilkan buah imannya atau yang menjadi lebih percaya kepada Tuhan (bdk. Mat 21:43). Penolakan yang dimaksud itu bisa dalam artian murtad atau meninggalkan iman, karena kita lebih tertarik pada keserakahan duniawi atau yang memuaskan nafsu diri sendiri.

Semoga melalui sabda Tuhan pada hari ini, kita semakin sadar bahwa diri kita adalah penggarap iman dalam Kebun Anggur Tuhan. Kita diberi kepercayaan untuk mengolah dan mengembangkan kebun anggur Tuhan serta menghasilkan buah iman yang akan dinikmati oleh Tuhan. Oleh karenanya, mari kita menata hidup iman kita dengan memusatkan diri  kepada Yesus sebagai batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, namun telah menjadi batu penjuru (bdk. Mat 21:42).

Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.

Antonius Purbiamadi

 


 

Next article Next Post
Previous article Previous Post