MENANGGAPI TEGURAN IMAN

author photo August 29, 2020

Minggu Biasa XXII
Bacaan: Yer. 20:7-9, Rom. 12:1-2, Mat. 16:21-27

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) menegur, selain diartikan mengajak bercakap-cakap, juga berarti mencela, mengkritik, memperingatkan, menasihatkan atau mengganggu (tentang setan, hantu). Pengertian yang terakhir ini diberi contoh, “Jangan bermain di bawah beringin itu, nanti ada yang “menegur”mu. Maksudnya adalah bahwa kita diharap berhati-hati dalam bertingkah laku jia sedang berada di suatu tempat yang dianggap sakral atau angker.

Ketika kita ditegur, seringkali secara spontan kita malah menanggapi balik dengan suara yang lebih kenceng. Namun, suara orang bicara yang “ngegas” atau keras suaranya belum tentu sedang dalam kemarahan. Coba perhatikan kebiasaan saudara-saudari kita dari daerah seperti Sumatra Utara, Maluku, Papua Barat, dll., di mana mereka terbiasa berbicara keras atau lantang dan kadang berteriak. Bagi yang kurang mengerti kebiasaan mereka, tentu kita akan menduga bahwa mereka sedang  saling baku kata. Sementara itu, ada juga orang dari daerah atau budaya tertentu yang kalau sedang marah besar, namun disampaikan dengan nada suara yang datar.

Seperti dapat kita baca dalam bacaan Injil pada hari Minggu Biasa Pekan XXII ini, di mana Yesus berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (lih. ay. 23). Rasanya memang perkataan Yesus itu tidak mudah untuk dimengerti oleh Petrus dan para murid lainnya. Kalau kita baca berulang-ulang perkataan Yesus dalam ayat 23 itu, apakah  kita sungguh meyakini bahwa  Yesus marah besar terhadap Petrus?. Memang, kalau kita kaitkan dengan pernyataan Petrus di ayat sebelumnya, perkataan Yesus kepada Petrus itu disampaikan sebagai tanggapanNya terhadap sikap Petrus berani  membantah apa yang Yesus katakan tentang DiriNya yang akan mengalami penderitaan, bahkan sampai dibunuh oleh tua-tua, para imam kepala dan ahli-ahli Taurat (ay. 21). Bantahan Petrus itu dtanggapi oleh Yesus  dengan pernyataan yang sifatnya teguran yang cukup “keras atau tegas”. Hal ini mungkin karena Yesus merasa ‘gemes”, melihat  sikap iman Petrus, yang sebelumnya Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup dan Petrus mendapat kuasa memegang kunci Kerajaan Surga (baca Mat 16: 16,19), namun ternyata iman Petrus masih tidak mampu untuk mengerti misteri penderitaan yang akan Yesus alami.

Pernyataan Yesus kepada Petrus itu dimaksudkan sebagai kritikan, teguran atau peringatan agar Petrus dan para murid lainnya mengerti bahwa Yesus sungguh akan mengalami penderitaan, wafat dan bangkit seperti yang sering Yesus katakan kepada mereka dan wartakan kepada banyak orang. Pernyataan Yesus tentang penderitaanNya, dimaksudkan agar Petrus dan para murid untuk tetap setia dalam iman mereka. Bahwa menjadi murid dan pengikut Yesus itu tidak mudah. Menjadi murid Tuhan harus siap untuk mengalami penderitaan iman. Seperti dalam bacaan pertama, di mana Yeremia, yang menjadi nabi pun mengalami pergumulan iman. Hidupnya sebagai nabi ternyata tidaklah mudah, penuh ancaman dan bahaya bagi hidupnya. Namun dalam keyakinan akan penyertaan Allah, Yeremia mampu menjalankan tugasnya sebagai nabi dengan baik.

Berkat Sakramen Baptis kita menjadi murid Tuhan dan mendapat tugas perutusan mewartakan iman kita. Seperti yang disabdakanNya hari ini, bahwa menjadi pengikutNya, kita diharuskan mau menyangkal diri, taat untuk memikul salibNya. Itulah sikap orang yang sungguh beriman.  Rasul Petrus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, menyatakan bahwa sikap orang beriman itu  ditandai dengan kemampuan untuk mau mempersembahkan dirinya bagi kepentingan dan kehendak Tuhan. Kita harus mampu hidup bersama dengan Allah dan berani memisahkan diri dari hal-hal duniawi, karena Iblis pun berusaha menguasai kita (baca Rom 12:2). Bahwa jika kita tidak mampu menghadapi atau mengalami penderitaan iman, maka kita akan kehilangan bagian dari Kerajaan Allah.  

Kritikan, teguran atau peringatan Yesus kepada Petrus dan para murid lainnya, itu juga ditujukan kepada kita semua. Kita sering lebih banyak fokus pada hal-hal duniawi atau kepentingan diri kita sendiri, sehingga kita dikuasai oleh Iblis. Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk mengolah iman kita agar kita peka terhadap  teguran Tuhan, sehingga kita mampu mengenyahkan Iblis dari hidup kita. Seperti kepada Petrus, jika  Tuhan menegur kita, itu bermaksud untuk agar kita fokus atau memperhatikan kehendak Allah, yang seringkali kita abaikan karena kita sering fokus pada hal-hal duniawi yang justru kita sering kehendaki. Bila kita terlalu fokus menikmati hal-hal duniawi, maka kita akan kehilangan kesempatan hidup dalam kekekalan Allah (ay. 25-26).

Sebagai umat beriman, jika kita mengakui Yesus sebagai Guru dan Tuhan, maka iman itu harus kita wujud-nyatakan dalam keberanian kita menyangkal diri, meninggalkan kehendak diri untuk mengerti dan fokus pada kehendak Tuhan. Setia mengikuti Tuhan berarti juga berani untuk menolak cara hidup duniawi dan mengenyahkan kuasa Iblis dari kehidupan kita. 

Semoga Tuhan memberkati kita dan selamat berhari Minggu.

Antonius Purbiatmadi

 



Next article Next Post
Previous article Previous Post