MENJADI ORANG KRISTIANI YANG BERDAYA TAHAN

author photo June 20, 2020
Minggu Biasa XII
Bacaan: Yer. 20:10-13; Rm. 5:12-15; Mat. 10:26-33

Mungkin kita sudah sering mendengar bahwa orang Kristiani itu banyak “dimusuhi”. Ada-ada saja hal-hal yang berkaitan dengan penghambatan hidup kristianitas. Misalnya saja  suatu jabatan publik, jika diampu oleh orang Kristiani, sering orangnya diprotes atau didemo dengan alasan-alasan yang aneh-aneh. Memang menjadi orang Kristiani atau pengikut Tuhan Yesus itu banyak tantangan. Sepertinya kehadiran orang Kristiani itu dianggap sebagai musuh atau pengganggu.

Bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini, menggambarkan  mengenai tantangan-tantangan, bahkan penderitaan-penderitaan yang akan dialami oleh mereka yang mengimani Tuhan Yesus. Tantangan atau penderitaannya bukan hanya secara fisik atau mental tetapi juga iman. Dalam Injil hari ini, Yesus memberikan peringatan kepada para muridNya mengenai berbagai hal, terutama penganiayaan, yang akan mereka alami ketika mereka menjalankan tugas perutusan dari Yesus. Seperti para rasul, jika kita menjadi murid Yesus, maka kita harus siap diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala. Di tempat itu, kita harus siap menghadapi penganiayaan, dibenci bahkan dibunuh oleh karena iman akan Tuhan Yesus.

Penganiayaan itu bukan saja dalam artian gangguan-gangguan fisik, yang umumnya berasal dari luar diri kita, tetapi juga hal-hal yang bersumber dari dalam diri kita sendiri. Para penganiaya terbesar justru bersumber dari dalam diri kita sendiri, yaitu rasa malas, rasa enggan, rasa tertekan, atau egois, dsb. Misalnya saja, kita sudah merasa tertekan, berat hati atau mengeluh, ketika diminta  menjadi pengurus untuk di lingkungan, wilayah, paroki atau RT/RW. Tugas  sebagai pengurus lingkungan seperti itu, bukan dipandang sebagai suatu panggilan kerasulan awam, melainkan dianggapnya sebagai kegiatan yang memberatkan diri dan mengganggu pekerjaan atau keluarganya. Seperti  dalam bacaan pertama, dikisahkan Yeremia yang berkeluh kesah akibat tekanan sebagai nabi Tuhan. Perutusannya sebagai nabi Tuhan, membuat dirinya mengalami banyak penderitaan, tidak hanya diejek, bahkan ia pernah  menderita dipukul dan dipasung oleh Pasyhur, imam yang menjabat sebagai kepala rumah Tuhan (bdk. Yer. 20:16). Lalu, bagaimana kita menyikapinya atau menghadapi penganiaya-penganiaya iman?

Dalam kita menghadapi  penganiaya iman, Tuhan tidak akan membiarkan kita begitu saja. Dalam Injil pada hari ini, kepada para muridNya, dan juga kita, Yesus mengatakan “jangan takut” sebanyak tiga kali! Rasa takut dapat menyebabkan kita menjauh dari Tuhan. Rasa takut juga dapat membuat kita kalah dalam  menghadapi perlawanan, baik yang fisik maupun non fisik. Karena itu, rasa takut  harus dilawan dengan iman, yakni mengandalkan penyertaan Tuhan. Seperti Yeremia, kita pun  pun harus meyakini bahwa Tuhan selalu menyertai kita seperti pahlawan yang gagah, sehingga perasaan-perasaan, tekanan-tekanan atau para penganiaya iman kita, akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa lagi (bdk. Yer. 20:11). Mungkin kita sering menghadapi  pergumulan, yang menyebabkan kita jatuh ke dalam dosa. Maka, kita pun harus berani memohon bantuan dan penyertaan Tuhan, lewat GerejaNya, yakni sakramen.  Seperti sakramen ekaristi, sakramen tobat adalah sarana bagi kita agar kita dikuatkan untuk lepas dari godaan dan genggaman dosa (bdk. Rom. 5:15).

Melalui firman Tuhan pada hari Minggu ini, kita sebenarnya memang diharapkan untuk menjadi orang Kristiani yang berdaya tahan terhadap segala perlawanan atau penganiayaan iman. Semoga melalui firman Tuhan hari ini,  kita menyadari untuk selalu dalam keadaan bersiap diri dalam menghadapi setiap penganiaya iman. Kita percaya bahwa Tuhan memberi kita petunjuk atau langkah-langkah yang harus kita lakukan, meski kita mengalami aneka tantangan iman.

Semoga Tuhan selalu memberkati dan menyertai kita dan Selamat berhari Minggu.

Antonius Purbiatmadi

Next article Next Post
Previous article Previous Post