MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG INJILI

author photo May 23, 2020
Minggu Paskah VII
Minggu Komunikasi Sedunia
Bacaan: Kis. 1:12-14; 1Ptr. 4:13-16; Yoh. 17:1-11a

Di saat menjelang tidur malam, sering disarankan agar orang tua selalu bercerita untuk penghantar tidur anak-anak. Menceritakan hal-hal atau kisah-kisah yang baik atau yang sifatnya mendidik sangat bermanfaat untuk perkembangan kepribadian, mental dan iman anak-anak. Dan biasanya, cerita-cerita yang baik atau positip akan membekas dalam diri anak-anak. Cerita yang positip akan mempengaruhi keyakinan  (belief) dan perilaku (behaviour) anak-anak dalam pertumbuhannya. Dengan bercerita, orang tua berkomunikasi dengan anak menurut pola pikir anak. Dengan bercerita, orang tua dapat menyampaikan pesan-pesan, ajaran budi pekerti, termasuk juga pendidikan dasar iman. Keluarga memang harus menjadi tempat yang benar dan baik untuk membangun  komunikasi. Namun, dalam kenyataannya tidaklah demikian, bukan?.

Pada hari Minggu Paskah Pekan VII ini bertepatan dengan Hari Minggu Komunikasi Sedunia ke-54. Gereja sangat peduli dan memandang betapa pentingnya fungsi berkomunikasi dalam kehidupan kita. Dengan merayakan Hari Komunikasi Sedunia ini, kita diajak untuk mengerti lebih dalam akan makna komunikasi yang sebenarnya. Komunikasi bukan sekedar dalam artian berbicara atau ngobrol. Gereja mengajak kita untuk memahami bahwa berkomunikasi itu adalah media untuk saling menguatkan, saling menyapa, saling meneguhkan dan saling mengungkapkan iman.



Menyambut Hari Komunikasi Sedunia ke-54 ini Bapa Suci Fransiskus menetapkan tema “Supaya engkau menceritakan kepada anak cucumu” (bdk. Kel. 10:2). Dalam pesannya untuk hari Komunikasi Sedunia ini, Bapa Suci mengajak seluruh umat untuk mempraktekkan suatu metode berkomunikasi yakni “storytelling” atau “bercerita”. 

Dikatakan oleh Bapa Paus Fransiskus bahwa Kitab Suci adalah cerita dari segala cerita. Betapa banyak peristiwa, bangsa dan pribadi yang dikisahkan dalam Kitab Suci kepada kita. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sejak awal, Allah adalah sang pencipta dan sekaligus narator (pencerita) utama. Bapa Suci Fransiskus mengajak kita untuk menjadikan Kitab Suci sebagai sumber pesan atau cerita yang harus kita komunikasikan. Komunikasi dalam bentuk apa pun harus berlandaskan pada apa yang Allah kehendaki, sebagaimana yang dinyatakan dalam Kitab Suci. Komunikasi itu penting, supaya banyak orang tahu apa yang terjadi dan dampaknya.

Seperti dalam bacaan Injil, menjelang akhir hidup Yesus, di hadapan para rasul, Yesus menceritakan DiriNya kepada BapaNya tentang apa saja yang telah Dia lakukan untuk dunia. Yesus telah menyelesaikan tugasNya dengan baik.  Hasil tugasNya, Yesus ceritakan kepada Allah Bapa, dalam bentuk doa. Bagi Yesus, doa adalah suatu cara berkomunikasi, berjumpa dan  membangun relasi pribadi dengan Allah. Hal itu  biasa Yesus lakukan. Dengan perjumpaan yang intim bersama Allah BapaNya, menjadikan Yesus semakin mengerti akan kehendak Allah Bapa, sehingga Ia mampu untuk mewujudkan kehendak BapaNya. Terlebih  Ia sadari bahwa hidupNya hanyalah sebagai utusan  Bapa.


Sebagai umat beriman, kita diajak untuk membangun komunikasi secara pribadi dengan Allah, seperti yang Yesus lakukan. Komunikasi itu tidak saja berbentuk doa, yang biasanya lebih cenderung bersifat monolog, kita yang aktif menyampaikan doa dan Allah kita minta mendengarkan dan mengabulkan permohonan kita. Komunikasi harus yang efektif, berbentuk dialog. Jika kita sudah berbicara atau berdoa kepada Allah, maka saatnya bergantian, kita untuk mendengarkan suara Allah. Suara Allah disampaikan lewat Sabda Yesus, PutraNya dan RohNya. Sumber-sumber utama itu dalam kehidupan sehari-hari  tidak lain adalah Kitab Suci, sakramen-sakramen dan ajaran-ajaran resmi GerejaNya.

Mari kita tingkatkan komunikasi pribadi dengan Allah, lewat doa atau membaca Kitab Suci. Seperti para rasul, mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama (bdk Kis 1:14). Sebagai  umat beriman, kita dipanggil untuk membangun komunikasi yang Injili. Berkat sakramen baptis, kita diutus untuk mewartakan atau bercerita tentang Yesus. Dalam bercerita tentang Yesus, janganlah malu, melainkan hendaklah kita memuliakan Allah dalam nama Kristus (bdk. 1 Ptr 4:16). 

Selamat Berhari Minggu.
(Antonius Purbiatmadi)




Next article Next Post
Previous article Previous Post