“MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DALAM KEMAJEMUKAN”
Saudara-saudari Umat Allah di Keuskupan Bogor yang terkasih! Kini kita diajak Gereja untuk mengarahkan hati, pikiran, tindakan, tutur kata kita secara intensif pada Firman Tuhan. Tradisi Gereja katolik Indonesia menamai gerakan ini sebagai gerakan “Bulan Kitab Suci Nasional di bulan September”. Tema gerakan baca Kitab Suci tahun 2018 ialah “MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DALAM KEMAJEMUKAN”. Arti ringkasnya, membaca dan mewartakan apa yang dibaca itu dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
Wajah kemajemukan itu terlukis dalam keragaman agama, budaya dan realitas kehidupan. Agama-agama besar seperti Islam, Budha, Hindu, Konghucu termasuk agama Katolik lahir di Asia. Tuhan Yesus sendiri lahir dan besar di Asia. Para Uskup Asia (Federation of Asian Bishops’ Conferences, FABC 9) dalam pertemuan mereka yang ke 9, menegaskan bahwa untuk mewartakan Injil di Asia masa kini, kita perlu sungguh mendarah-dagingkan amanat dan hidup Kristus dalam budi dan peri-hidup bangsa-bangsa kita. Realita kemajemukan Asia merupakan medan evangelisasi bagi Gereja Asia. Gereja Indonesia dengan kemajemukannya merupakan miniatur Gereja Asia.
Sesuai dengan sifat sosialnya, manusia tidak bisa hidup tanpa dialog dan kerjasama dengan pihak lainnya. Para uskup se Asia yang mengadakan pertemuan di Taiwan pada tahun 1974 menegaskan pentingnya dialog dengan kemiskinan, kultur dan agama-agama (Triple dialogue). Tema – tema dari gagasan triple dialogue menjadi bahan dalam setiap Pertemuan Mingguan pada Bulan Kitab Suci Nasional 2018. Dialog dengan kemiskinan dibicarakan dalam Minggu I, Dialog dengan kebudayaan pada Minggu II, sedangkan dialog dengan agama-agama lain terjadi pada Minggu III. Pertemuan pada Minggu IV memilih tema berdialog dengan Gereja-gereja lain. Pertemuan-pertemuan ini diharapkan membantu kita semua untuk menemukan inspirasi dari Injil dan mewartakan kabar gembira Tuhan dari persepektif iman katolik demi terciptanya kehidupan yang harmonis di tengah-tengah realitas kemajemukan itu. Dengan cara itu pula, kita berjuang untuk menumbuh-kembangkan Gereja bercorak Asia.
AMANAT AGUNG Tuhan Yesus Kristus menegaskan imperatif perutusan. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:19). Maka kita diutus untuk keluar seperti ketika Rasul Paulus bersama – sama Barnabas dan Filipus dengan pendampingan Roh Kudus diutus oleh Tuhan Yesus keluar dari Palestina untuk mewartakan Kabar Gembira Tuhan Yesus kepada bangsa – bangsa lain (Bdk Kis 8:4; 13:2). Kita juga diutus untuk menjadi rasul bagi bangsa lain, bertemu dengan budaya yang berbeda, agama yang berbeda dan Gereja yang berbeda sehingga metode pewartaan tentang Yesus mesti berbeda pula, apalagi dalam dunia yang tidak mengenal Kitab Suci.
Dalam kisah penggandaan Roti sebagai bacaan dalam pertemuan pertama, Tuhan Yesus memberi perintah kepada para murid untuk memberi makan kepada orang banyak (Bdk. Luk 9:13). Perintah itu juga merupakan perintah kepada kita untuk ikut bertanggung jawab dan berinisiatif berbuat sesuatu untuk membantu mengatasi kebutuhan yang paling mendasar bagi orang miskin dan tersingkir. Tuhan Yesus mengajak kita untuk menempatkan semangat berbagi sebagai suatu cara hidup yang harus terus menerus diusahakan dalam konteks kemajemukan. Sedangkan dalam tema Dialog dengan budaya, ajaran teologi Inkarnasi adalah salah satu ajaran pokok dalam Gereja. Firman yang menjadi Manusia, yang dihayati secara devosional melalui doa Angelus, menunjukan bahwa Allah menilai tinggi budaya manusia. Allah masuk dalam situasi dan dunia konkret manusia. Maka peristiwa inkarnasi menjadi dasar titik pertemuan bagi inkulturasi dimana Gereja setempat adalah Gereja yang berinkarnasi dalam suatu bangsa, Gereja yang membumi dan berinkulturasi.
Pada tema Dialog dengan Agama lain, peristiwa kunjungan Rasul Paulus di Athena menginspirasi kita. Kita perlu mengembangkan pewartaan di antara orang-orang yang telah memeluk agama lain dengan memanfaatkan ruang dialog seperti di Sidang Aeropagus (Bdk Kis 17:16-34). Dan akhirnya, tema berdialog dengan Gereja-gereja lain mendorong kita untuk berjuang mewujudkan intisari doa Yesus bagi para pengikutnya “agar mereka semua menjadi satu” (Yoh 17:21-23). Kebersatuan itu dapat diperlihatkan dalam karya-karya berdimensi ekologis, melawan ketidak-adilan, menciptakan perdamaian, menjaga persatuan bangsa.
Saudara – saudariku yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, saya mengucapkan Selamat Menjalani Bulan Kitab Suci Nasional 2018. Semoga kita semakin mencintai dan mengakrabi Kitab Suci serta semakin mengenal Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam kemajemukan itu, kita tidak kehilangan arah. Semoga Berkat Tuhan sungguh melimpah atas saudara-saudari semua.
Bogor, 31 Agustus 2018
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Bogor
Saudara-saudari Umat Allah di Keuskupan Bogor yang terkasih! Kini kita diajak Gereja untuk mengarahkan hati, pikiran, tindakan, tutur kata kita secara intensif pada Firman Tuhan. Tradisi Gereja katolik Indonesia menamai gerakan ini sebagai gerakan “Bulan Kitab Suci Nasional di bulan September”. Tema gerakan baca Kitab Suci tahun 2018 ialah “MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DALAM KEMAJEMUKAN”. Arti ringkasnya, membaca dan mewartakan apa yang dibaca itu dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
Wajah kemajemukan itu terlukis dalam keragaman agama, budaya dan realitas kehidupan. Agama-agama besar seperti Islam, Budha, Hindu, Konghucu termasuk agama Katolik lahir di Asia. Tuhan Yesus sendiri lahir dan besar di Asia. Para Uskup Asia (Federation of Asian Bishops’ Conferences, FABC 9) dalam pertemuan mereka yang ke 9, menegaskan bahwa untuk mewartakan Injil di Asia masa kini, kita perlu sungguh mendarah-dagingkan amanat dan hidup Kristus dalam budi dan peri-hidup bangsa-bangsa kita. Realita kemajemukan Asia merupakan medan evangelisasi bagi Gereja Asia. Gereja Indonesia dengan kemajemukannya merupakan miniatur Gereja Asia.
Sesuai dengan sifat sosialnya, manusia tidak bisa hidup tanpa dialog dan kerjasama dengan pihak lainnya. Para uskup se Asia yang mengadakan pertemuan di Taiwan pada tahun 1974 menegaskan pentingnya dialog dengan kemiskinan, kultur dan agama-agama (Triple dialogue). Tema – tema dari gagasan triple dialogue menjadi bahan dalam setiap Pertemuan Mingguan pada Bulan Kitab Suci Nasional 2018. Dialog dengan kemiskinan dibicarakan dalam Minggu I, Dialog dengan kebudayaan pada Minggu II, sedangkan dialog dengan agama-agama lain terjadi pada Minggu III. Pertemuan pada Minggu IV memilih tema berdialog dengan Gereja-gereja lain. Pertemuan-pertemuan ini diharapkan membantu kita semua untuk menemukan inspirasi dari Injil dan mewartakan kabar gembira Tuhan dari persepektif iman katolik demi terciptanya kehidupan yang harmonis di tengah-tengah realitas kemajemukan itu. Dengan cara itu pula, kita berjuang untuk menumbuh-kembangkan Gereja bercorak Asia.
AMANAT AGUNG Tuhan Yesus Kristus menegaskan imperatif perutusan. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:19). Maka kita diutus untuk keluar seperti ketika Rasul Paulus bersama – sama Barnabas dan Filipus dengan pendampingan Roh Kudus diutus oleh Tuhan Yesus keluar dari Palestina untuk mewartakan Kabar Gembira Tuhan Yesus kepada bangsa – bangsa lain (Bdk Kis 8:4; 13:2). Kita juga diutus untuk menjadi rasul bagi bangsa lain, bertemu dengan budaya yang berbeda, agama yang berbeda dan Gereja yang berbeda sehingga metode pewartaan tentang Yesus mesti berbeda pula, apalagi dalam dunia yang tidak mengenal Kitab Suci.
Dalam kisah penggandaan Roti sebagai bacaan dalam pertemuan pertama, Tuhan Yesus memberi perintah kepada para murid untuk memberi makan kepada orang banyak (Bdk. Luk 9:13). Perintah itu juga merupakan perintah kepada kita untuk ikut bertanggung jawab dan berinisiatif berbuat sesuatu untuk membantu mengatasi kebutuhan yang paling mendasar bagi orang miskin dan tersingkir. Tuhan Yesus mengajak kita untuk menempatkan semangat berbagi sebagai suatu cara hidup yang harus terus menerus diusahakan dalam konteks kemajemukan. Sedangkan dalam tema Dialog dengan budaya, ajaran teologi Inkarnasi adalah salah satu ajaran pokok dalam Gereja. Firman yang menjadi Manusia, yang dihayati secara devosional melalui doa Angelus, menunjukan bahwa Allah menilai tinggi budaya manusia. Allah masuk dalam situasi dan dunia konkret manusia. Maka peristiwa inkarnasi menjadi dasar titik pertemuan bagi inkulturasi dimana Gereja setempat adalah Gereja yang berinkarnasi dalam suatu bangsa, Gereja yang membumi dan berinkulturasi.
Pada tema Dialog dengan Agama lain, peristiwa kunjungan Rasul Paulus di Athena menginspirasi kita. Kita perlu mengembangkan pewartaan di antara orang-orang yang telah memeluk agama lain dengan memanfaatkan ruang dialog seperti di Sidang Aeropagus (Bdk Kis 17:16-34). Dan akhirnya, tema berdialog dengan Gereja-gereja lain mendorong kita untuk berjuang mewujudkan intisari doa Yesus bagi para pengikutnya “agar mereka semua menjadi satu” (Yoh 17:21-23). Kebersatuan itu dapat diperlihatkan dalam karya-karya berdimensi ekologis, melawan ketidak-adilan, menciptakan perdamaian, menjaga persatuan bangsa.
Saudara – saudariku yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, saya mengucapkan Selamat Menjalani Bulan Kitab Suci Nasional 2018. Semoga kita semakin mencintai dan mengakrabi Kitab Suci serta semakin mengenal Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam kemajemukan itu, kita tidak kehilangan arah. Semoga Berkat Tuhan sungguh melimpah atas saudara-saudari semua.
Bogor, 31 Agustus 2018
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Bogor