Memelihara kehadiran Tuhan berarti melakukan setiap aktivitas sepanjang hari bersama Yesus, di sisi-Nya, berbagi setiap pengalaman dengan-Nya. Ingatkah masa-masa di sekolah, bagaimana selalu lebih menyenangkan melakukan pekerjaan rumah bersama seorang sahabat daripada mengerjakannya seorang diri? Kita tak harus mengerjakan tugas yang persis sama, dan bahkan tak harus saling membantu satu sama lain, tetapi sekedar kenyataan bahwa kita bersama, duduk dalam ruang yang sama, mungkin di meja yang sama, saling hadir di hadapan satu sama lain dan dapat sesekali melontarkan beberapa patah kata atau pandangan - itu sudah cukup untuk mengubah karakter mengerjakan pekerjaan rumah. Mari memikirkan suatu contoh lain. Berapa sering kita pergi ke bioskop seorang diri? Kemungkinan besar tidak sering, terkecuali engkau seorang kritikus film profesional atau semacam itu. Kita pergi ke bioskop bersama teman. Dan meskipun tidak menghabiskan dua jam itu untuk bercakap-cakap dengan temanmu, berbagi pengalaman dengan orang lain itu menjadikan pengalamanmu lebih bernilai, lebih berguna dan lebih menyenangkan. Pengalaman berbagi ini - pengalaman dari setiap aktivitas setiap hari - bersama Kristus, mengijinkan-Nya berbagi pengalaman hidupmu, itulah inti sesungguhnya dari “memelihara kehadiran Tuhan”.
Apakah Buahnya?
Sementara kita bertumbuh dalam disiplin rohani ini, ia mendatangkan pengaruh besar atas hidup kita. Manusia diciptakan supaya “hidup dalam persatuan dengan Allah, di mana ia menemukan kebahagiaannya” (Katekismus Gereja Katolik, #45). Tapi dalam dunia penuh dosa ini, dan karena kodrat dosa kita, kita cenderung beranggapan keliru bahwa kita dapat berdiri sendiri. Ini menghambat pertumbuhan kita sebagai manusia. Bukannya bertumbuh dalam kebijaksanaan, ketakjuban, keberanian dan segala keutamaan, ketika kita hidup seolah kita mampu berdiri di atas kaki sendiri, kita pada akhirnya menempuh jalan yang lambat-laun mengubah kita menjadi seorang yang pongah, yang mementingkan dan memikirkan diri sendiri. Memelihara kehadiran Tuhan membantu kita membina dan memperdalam persatuan kita dengan Tuhan bahkan di tengah-tengah godaan dan pencobaan hidup dalam dunia penuh dosa dengan kodrat manusia yang berdosa. Inilah jalan ke kekudusan, istilah Tuhan bagi kebahagiaan kekal. (y)
Apakah Buahnya?
Sementara kita bertumbuh dalam disiplin rohani ini, ia mendatangkan pengaruh besar atas hidup kita. Manusia diciptakan supaya “hidup dalam persatuan dengan Allah, di mana ia menemukan kebahagiaannya” (Katekismus Gereja Katolik, #45). Tapi dalam dunia penuh dosa ini, dan karena kodrat dosa kita, kita cenderung beranggapan keliru bahwa kita dapat berdiri sendiri. Ini menghambat pertumbuhan kita sebagai manusia. Bukannya bertumbuh dalam kebijaksanaan, ketakjuban, keberanian dan segala keutamaan, ketika kita hidup seolah kita mampu berdiri di atas kaki sendiri, kita pada akhirnya menempuh jalan yang lambat-laun mengubah kita menjadi seorang yang pongah, yang mementingkan dan memikirkan diri sendiri. Memelihara kehadiran Tuhan membantu kita membina dan memperdalam persatuan kita dengan Tuhan bahkan di tengah-tengah godaan dan pencobaan hidup dalam dunia penuh dosa dengan kodrat manusia yang berdosa. Inilah jalan ke kekudusan, istilah Tuhan bagi kebahagiaan kekal. (y)