Natal bukan Pesta Ulang Tahun

author photo December 16, 2015
Oleh: Antonius Kristiyanto Wahyu Indriya
(Artikel ini telah dimuat dalam Buletin Paroki MBSB Edisi Desember 2015) 

Pengantar

Gereja merayakan Natal sebagai rangkaian dari karya  penyelamatan Allah melalui reinkarnasi sang Putera menjadi manusia. Perayaan Natal tidak dapat dipisahkan dari peristiwa iman kristiani yaitu Allah melaksanankan rencana penyelamatan kepada seluruh ciptaan, khususnya manusia,  sehingga Gereja mengajak seluruh umat beriman mempersiapkan diri sehingga perayaan ini sungguh dapat bermakna.

Gereja memberikan waktu khusus melalui masa adven sebagai  masa penantian penuh harapan dan sukacita akan kedatangan Tuhan dan masa mempersiapkan Natal. Masa adven adalah masa pertobatan dimana Gereja mempersiapkan hari raya Natal, yaitu perayaan kedatangan Tuhan di antara umat manusia yang pertama kalinya dulu (Natal Pertama) dan mengarahkan hati umat beriman untuk menantikan kedatangan Tuhan pada akhir jaman dengan penuh harapan.

Selama masa Adven, Gereja mengajak umat beriman untuk menghayati keutamaan-keutamaan Kristiani. Semangat dasar yang dihayati selama masa Adven adalah pengharapan, takwa dalam iman, sikap tobat, dan hati yang berpaling pada Allah, berjaga-jaga, kemurnian hati dan penghargaan atas martabat orang lain.

Dengan disediakannya masa khusus  berarti bahwa perayaan Natal memiliki tempat yang istimewa. Dengan demikian perayaan ini, bagi orang Katolik bukan perayaan biasa, bukan sekedar pesta dalam arti jasmani dimana terlihat meriahnya hiasan, pesta diskon di mal-mal, atau sekedar mengenakan asesoris yang serba baru. Dalam Natal terkandung perayaan atau pesta keselamatan yang dikerjakan oleh Allah dengan mengutus Putera-Nya yang tunggal, menjadi manusia Yesus Kristus. Misteri inkarnasi ini menjadi pusat seluruh perayaan Natal.

Sejarah Natal

Pada awal mula Gereja tidak merayakan Natal melainkan Paskah karena Paskah berkaitan langsung dengan kebangkitan Kristus.Kebangkitan Kristus menjadi pusat iman Kristen (1Kor 15:17). Dalam perkembangannya, Natal menadapatkan tempat yang istimewa karena kebangkitan Kristus tidak akanada tanpa kelahiran.Misteri wafat dan kebangkitan Kristus tidak pernah ada tanda reinkarnasi.

Tradisi perayaan Natal berasal dari tradisi agama-agama pagan yang berkembang di seluruh kekaisaran Romawi yang memiliki kultus kepada dewa matahari melalui  pesta “sol invictus” (matahari tak terkalahkan). Pesta ini dirayakan pada tanggal 25 Desember dimana siang menjadi semakin panjang. Musim dingin di Eropa dimulai pada tanggal 23 Desember dimana menjadi malam paling panjang sepanjang tahun atau hari siang paling pendek. Sejak tanggal 25 Desember malam mulai menjadi semakin pendek atau siang hari semakin panjang sehingga tanggal tersebut dijadikan awal  bagi seluruh pergerseran hari dimana matahari kelihatan lebih lama. Atas dasar itu, Kaisar Aurelianus menetapkan sebagai pesta “Sol Invictus” atau matahari tak terkalahkan.

Tradisi Kristen yang tidak tahu persis tanggal kelahiran Yesus – “mengangkat” pesta Sol Invictussebagai tanggal pesta kelahiran Yesus karena Yesus adalah matahari sejati yang menyinari seluruh bangsa.Yesus adalah matahari tak terkalahkan bagi dunia yang megalami malam (gelap). Natal, kelahiran Sang Matahari Sejati, mulai dirayakan di Roma pada awal abad keempat. Dengan demikian Natal bukan sebagai perayaan hari lahir (ulang tahun) Tuhan Yesus. Kalau demikian apa makna bagi Gereja?

Makna Natal bagi Kita

Akhir-akhir ini saya sering menerima SMS ucapakan selamat Natal dengan kalimat kurang lebih “HBD Jesus Christ – God Bless U” ditambah dengan hiasan gambar kado. Natal bukan pesta ulang tahun Yesus Kristus.Natal memiliki makna jauh lebih besar sekedar hari ulang tahun.Natal adalah perayaan solidaritas Allah kepada kemiskinan, kelemahan dan kedosaan manusia.

Dalam Injil dikisahkan tentang perstiwa “tragis” Natal dimana penjelmaan (kelahiran) Allah, Sang Raja Agung yang menyelamatkan dunia, terjadi di sebuah kandang hewan. Dalam kisah kelahiran Tuhan Yesus di dalam dunia ini (lh. Luk 2: 1-14), kedua orang tuanya tak mendapat sedikitpun penginapan.Terpaksa pasutri muda Maria dan Yosef menumpang di sebuah kandang hewan.Tempat bagi binatang yang kotor, bau dan lembab.Intinya tempat itu bukanlah tempat yang layak untuk melahirkan seorang bayi. Namun Yesus lahir di tempat itu, dan bayi Yesus dibungkus dengan kain lampin, dan Ia dibaringkan di dalam palungan (bdk. Luk 2: 4-7). Ini suatu tanda yang jelas, bahwa Allah mau solider dengan kehidupan manusia. Yesus menghadirkan Allah yang berbelas kasihan kepada orang yang miskin, papa, tertindas, teraniaya, terlupakan, bahkan ditolak sama sekali oleh masyarakat. Allah Bapa yang penuh belas kasih menampakkan diri-Nya dalam rupa bayi Yesus yang kecil nan mungil yang dilahirkan oleh Perawan Maria dalam kuasa Roh Kudus.

Perayaan Natal mengarahkan kita untuk terlibat dan berperan serta dalam hidup Allah yaitu hidup ilahi-Nya.Allah tidak lagi dihayati sebagai yang “ada di luar” karena berkat misteri Natal hendak disadarkan kembali bahwa Kristus selalu ada di dalam diri kita.Sikap Kristus yang penuh cinta, setia, sederhana, rendah hati, suci menjadi sikap hidup kita. Melalui Natal kita menyadari kembali akan keluhuran kodrat manusia, sebab dengan turut serta dalam kodrat ilahi, kita semakin menolak cara dan semangat hidup manusia lama.
Next article Next Post
Previous article Previous Post