Menanti dalam Kesahajaan dan Keprihatinan
Kita kini berada di ambang perayaan Natal 2025. Suasana Adven mengajak kita untuk masuk dalam masa penantian—menantikan kedatangan Sang Juru Selamat yang membawa janji damai sejahtera. Namun, harus kita akui bahwa sukacita tahun ini terasa sedikit berbeda. Di tengah gemerlap lampu hiasan dan lagu-lagu Natal, hati kita tertuju kepada saudara-saudara kita di Pulau Sumatra yang baru saja didera cobaan berat melalui berbagai bencana alam.
Tanah longsor, banjir, dan duka kehilangan yang dialami sesama kita di sana menjadi pengingat yang tajam: bahwa dunia kita masih merintih, dan kebutuhan akan kehadiran Tuhan yang menyelamatkan terasa semakin mendesak.
Allah yang Hadir dalam "Kandang" Kehidupan
Natal bukan sekadar merayakan peristiwa sejarah dua ribu tahun lalu, melainkan merayakan Allah yang memilih untuk menjadi Emmanuel, yang berarti "Allah menyertai kita."
Kristus tidak lahir di istana yang megah dan aman. Ia lahir di sebuah kandang yang hina, di tengah situasi pengungsian dan ketidakpastian. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menjauh dari penderitaan manusia. Sebaliknya, Ia justru hadir di titik-titik paling rapuh dalam hidup kita.
- Ia hadir di tenda-tenda pengungsian di Sumatra.
- Ia hadir di tengah isak tangis keluarga yang kehilangan rumah.
- Ia hadir dalam ketabahan para relawan yang bekerja tanpa lelah.
Panggilan untuk Menjadi Terang
Dalam Kitab Yesaya 9:1 dikatakan: "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar." Bagi kita yang merayakan Natal dalam keadaan cukup dan aman, panggilannya adalah menjadi saluran terang tersebut bagi mereka yang sedang berada dalam "kegelapan" akibat bencana.
Natal 2025 ini mengajak kita untuk mengevaluasi kembali makna perayaan kita:
- Solidaritas Kristiani: Sejauh mana kita bersedia berbagi dari kekurangan atau kelebihan kita untuk meringankan beban mereka yang tertimpa musibah di Sumatra?
- Doa yang Hidup: Menjadikan doa-doa kita sebagai kekuatan bagi mereka yang putus asa, agar mereka merasakan bahwa mereka tidak sendirian.
- Kesederhanaan: Mengurangi kemewahan lahiriah dan memperbanyak kekayaan batiniah melalui amal kasih.
Penutup
Mari kita sambut Sang Bayi Natal dengan hati yang terbuka. Biarlah lilin-lilin Natal yang kita nyalakan bukan hanya sekadar hiasan, tetapi simbol komitmen kita untuk membawa hangatnya kasih Tuhan kepada dunia yang sedang dingin karena luka dan bencana.
Di tengah badai dan duka yang menyelimuti sebagian tanah air kita, percayalah bahwa bintang Betlehem tetap bercahaya, menuntun kita pada satu janji: bahwa kegelapan tidak akan pernah mengalahkan Terang yang sejati.
Selamat menyambut Natal 2025. Tuhan memberkati kita dan melindungi saudara-saudara kita di Sumatra. (RB)
