Antara Kapak dan Tunas: Pertobatan yang Menghasilkan Buah

Bacaan I: Yesaya 11:1-10 (Raja Damai yang akan datang dari tunggul Isai)
Bacaan II: Roma 15:4-9 (Kristus adalah harapan segala bangsa)
Injil: Matius 3:1-12 (Seruan Yohanes Pembaptis di padang gurun)

Pengantar: Dua Gambaran yang Kontras


Saudari-saudara terkasih dalam Kristus, Pada Minggu Adven kedua ini, Liturgi menyajikan kepada kita dua gambaran yang sangat kontras, namun saling melengkapi dalam perjalanan iman kita menyambut Natal.

Di satu sisi, dalam Bacaan Pertama, Nabi Yesaya memberikan kita gambaran yang sangat lembut dan penuh harapan: sebuah tunas yang keluar dari tunggul yang mati. Ia menggambarkan dunia yang damai di mana "serigala akan tinggal bersama domba" dan "macan tutul berbaring di samping kambing."

Di sisi lain, dalam Injil, kita bertemu dengan sosok Yohanes Pembaptis yang "keras." Ia tidak berbicara tentang bunga atau kedamaian hewan, melainkan tentang kapak yang sudah tersedia pada akar pohon dan debu yang akan dibakar dalam api.

Bagaimana kita mendamaikan "Tunas Harapan" Yesaya dengan "Kapak Penghakiman" Yohanes Pembaptis? Jawabannya terletak pada satu kata yang diteriakkan di padang gurun: Bertobatlah!

1. Pertobatan: Lebih dari Sekadar Penyesalan


Yohanes Pembaptis muncul sebagai tokoh sentral Adven. Penampilannya radikal, makanannya sederhana, dan pesannya tajam. Ia menegur orang Farisi dan Saduki yang datang kepadanya. Mengapa ia marah? Karena mereka merasa aman hanya dengan status mereka sebagai "keturunan Abraham."

Pesan ini sangat relevan bagi kita. Seringkali kita merasa aman dengan "label" kita:

  • "Saya orang Katolik sejak lahir."
  • "Saya aktif di dewan paroki."
  • "Saya rajin menyumbang."

Yohanes mengingatkan: Status tidak menyelamatkan, yang menyelamatkan adalah buah dari pertobatan.

Kata asli untuk bertobat adalah Metanoia, yang berarti perubahan arah. Bukan sekadar menangis menyesali dosa lalu mengulanginya lagi, tetapi berputar 180 derajat. Jika hidup kita tadinya berpusat pada diri sendiri (egois), kita berputar menuju Allah dan sesama.

2. Kapak pada Akar Pohon


Yohanes berkata, "Kapak sudah tersedia pada akar pohon." Ini terdengar menakutkan, tetapi sebenarnya ini adalah pesan urgensi.

Pohon yang tidak berbuah hanya menghabiskan tanah dan menghalangi sinar matahari bagi tanaman lain. Dalam masa Adven ini, kita diajak untuk berani memegang "kapak rohani" dan memotong hal-hal dalam hidup kita yang menjadi parasit:

  • Kebiasaan bergosip yang memecah belah komunitas.
  • Dendam yang sudah bertahun-tahun kita simpan.
  • Ketidakpedulian terhadap orang miskin di sekitar kita.

Kita harus "menebang" kebiasaan buruk itu supaya Tunas Isai (Yesus Kristus) bisa tumbuh dalam hati kita. Kita tidak bisa mengharapkan damai Natal tumbuh subur jika hati kita masih dipenuhi semak belukar dosa.

3. Menuju Visi Yesaya: Harmoni dan Penerimaan


Ketika kita berani bertobat dan memangkas ego kita, apa hasilnya? Hasilnya adalah visi yang digambarkan oleh Yesaya dan ditegaskan oleh Santo Paulus dalam Bacaan Kedua.

Yesaya bernubuat tentang dunia di mana musuh bebuyutan (serigala dan domba) bisa makan bersama. Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma berkata: "Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita."

  • Buah dari pertobatan sejati adalah kerukunan.
  • Jika kita mengaku sudah bertobat tapi masih membenci tetangga, kapak itu masih belum bekerja.
  • Jika kita rajin ke gereja tapi masih menindas bawahan atau berlaku tidak adil, tunas itu belum tumbuh.

Ciri orang yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan adalah mereka yang membawa damai, yang mampu menyatukan perbedaan, dan yang hidupnya menjadi berkat bagi orang lain.

Penutup: Apa yang Harus Kita Lakukan?


Saudari-saudara, Minggu ini, mari kita konkretkan seruan Yohanes Pembaptis. Jangan biarkan Adven berlalu hanya sebagai "masa menunggu" yang pasif.

Langkah Konkret Minggu Ini: Saya mengajak Anda untuk melakukan Satu Tindakan Rekonsiliasi. Mungkin ada seseorang yang sudah lama tidak Anda sapa karena konflik masa lalu? Seseorang yang Anda hindari? Atau mungkin anggota keluarga yang hubungannya sedang dingin?

Jadilah seperti Tunas Isai yang membawa damai. Hubungi mereka, sapa mereka, atau doakan mereka secara khusus. Biarlah "kapak" kasih memotong akar kebencian, agar damai sejahtera Kristus sungguh lahir di hati kita.

Siapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. (RB)