Iman Sebesar Biji Sesawi: Kekuatan dalam Pelayanan Rendah Hati

Hari Minggu Biasa XXVII
Hab. 1:2-3; 2:2-4; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; 2Tim. 1:6-8,13-14; Luk. 17:5-10

Dalam Injil hari ini, kita mendengar sebuah permintaan yang sangat jujur dan mungkin sering kita doakan juga: "Tuhan, tambahkanlah iman kami!" Para rasul, yang setiap hari berjalan bersama Yesus, melihat mukjizat, dan mendengar ajaran-Nya, merasa iman mereka masih kurang. Mereka merasa butuh lebih.

Permintaan ini sangat manusiawi. Siapa di antara kita yang tidak pernah merasa imannya goyah? Ketika doa sepertinya tidak terjawab, ketika masalah datang bertubi-tubi, atau ketika kita melihat penderitaan di dunia, kita seringkali berpikir, "Andai saja imanku lebih besar, mungkin aku bisa lebih kuat." Kita cenderung memandang iman sebagai sebuah kuantitas, seperti saldo di rekening bank, yang perlu terus diisi ulang agar tidak habis.

Ukuran Bukanlah Segalanya

Namun, perhatikanlah jawaban Yesus. Dia tidak berkata, "Baik, ini Aku tambahkan iman untukmu." Sebaliknya, Dia membalikkan cara berpikir kita. Yesus berkata, "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tanamlah dirimu di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."

Biji sesawi adalah salah satu biji terkecil, hampir seperti setitik debu. Pesan Yesus sangat jelas: Masalahnya bukan pada ukuran iman, tetapi pada kehadiran iman itu sendiri. Iman yang tulus, sekecil apa pun, memiliki kekuatan yang dahsyat karena ia bersandar bukan pada kekuatan kita, melainkan pada kekuatan Allah. Iman bukanlah tentang seberapa banyak yang kita miliki, melainkan tentang kepada siapa kita menaruh kepercayaan kita. Iman sebesar biji sesawi yang terhubung dengan Allah yang Mahakuasa sudah lebih dari cukup untuk melakukan hal-hal yang mustahil.

Jadi, ketika kita merasa iman kita kecil, jangan berkecil hati. Yesus meyakinkan kita bahwa iman yang kecil pun, jika tulus dan hidup, memiliki potensi yang luar biasa.

Iman yang Melayani

Setelah berbicara tentang kekuatan iman, Yesus langsung menyambungkannya dengan sebuah perumpamaan yang mungkin terdengar aneh di telinga kita: perumpamaan tentang hamba yang tidak berguna. Seorang hamba bekerja keras sepanjang hari di ladang, lalu pulang dan masih harus melayani tuannya. Setelah melakukan semuanya, ia harus berkata, "Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Apa hubungan antara iman yang dahsyat dengan menjadi "hamba yang tidak berguna"?

Inilah inti pesan Injil hari ini. Yesus mengajarkan bahwa iman yang sejati dan kuat bukanlah iman yang mencari pujian, penghargaan, atau kehebatan diri sendiri. Iman yang sejati adalah iman yang mewujud dalam tindakan pelayanan yang rendah hati dan tanpa pamrih.

Menjadi "hamba yang tidak berguna" bukan berarti kita tidak berharga di mata Tuhan. Sama sekali tidak! Dalam bahasa aslinya, kata itu lebih bermakna "hamba yang tidak menuntut upah" atau "hamba yang tidak membuat tuannya berutang." Artinya, kita melayani Tuhan bukan supaya Tuhan berutang kebaikan pada kita. Kita melayani bukan untuk menagih pahala. Kita melayani karena itulah respons syukur kita atas kasih karunia-Nya yang tak terbatas. Pelayanan kita adalah wujud cinta dan bakti kita kepada Tuhan yang telah lebih dahulu melayani dan mengasihi kita.

Iman sebesar biji sesawi tidak kita gunakan untuk pamer memindahkan pohon, tetapi untuk memberi kita kekuatan:
  • Untuk tetap sabar merawat anggota keluarga yang sakit.
  • Untuk tetap jujur dalam pekerjaan meski ada godaan.
  • Untuk tetap melayani di komunitas atau paroki tanpa mencari jabatan atau pujian.
  • Untuk tetap berdoa dan berbuat baik bagi orang yang membenci kita.
Itulah pelayanan sehari-hari yang seringkali tidak terlihat, tetapi membutuhkan iman yang luar biasa.

Refleksi untuk Kita

Saudara-saudari, hari ini kita diajak untuk mengubah cara pandang kita. Berhentilah cemas mengukur seberapa besar iman kita. Mulailah menggunakan iman yang sudah kita miliki, sekecil apa pun itu, untuk melayani sesama dengan tulus dan rendah hati.

Mari kita berdoa agar Tuhan tidak hanya menambahkan iman kita, tetapi juga memurnikan niat kita. Semoga kita memiliki iman yang aktif dalam pelayanan, sebuah iman yang tidak mengharapkan imbalan, melainkan menemukan sukacita dalam melakukan kehendak Bapa. Sebab di dalam pelayanan yang tulus itulah, iman kita justru akan bertumbuh semakin kuat dan berakar mendalam di dalam Kristus.

Amin.