“EXSULTAVIT IN GAUDIO INFANS IN UTERO MEO”
(BAYI DALAM RAHIMKU MELONJAK KEGIRANGAN)
MINGGU, 22 DESEMBER 2024
HARI MINGGU ADVEN IV TAHUN C/I
BACAAN: MIKHA 5:1-4a; IBRANI 10:5-10; LUKAS 1:39-45
Pada hari Raya Idul Fitri, banyak orang meninggalkan tempat tinggal mereka untuk kembali ke kampung halaman mereka. Mereka sangat ingin untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga yang ada di kampung halaman. Pertemuan ini juga bukan sekedar pertemuan, namun saat bertemu ini mereka akan saling memohon maaf atas kesalahan yang mereka lakukan selama ini. Selain itu, pada saat di kampung halaman, mereka juga akan membagikan rejeki yang selama ini telah didapatkannya selama merantau di tempat lain. Suatu pertemuan yang penuh makna, penuh berkat terjadi di hari Hari Raya itu.
Injil minggu ini juga mengungkapkan suatu pertemuan yang penuh makna. Sepintas kita hanya melihat pertemuan antara Maria dan Elisabet, namun kita juga bisa melihat pertemuan antara bayi Yohanes dalam perut Elisabet dan Roh Kudus. Maria yang setelah mendapat kabar dari Malaikat tentang kehamilan saudarinya bergegas pergi untuk menjumpainya. Konon kabarnya jarak yang harus ditempuh oleh gadis muda, Maria, berjarak 150km. Kepergian Maria ini mengingatkan kita akan kisah para gembala yang segera bergegas menjumpai bayi Yesus setelah mendapat kabar dari malaikat (bdk. Luk 2:15-16). Maria dan Gembala menggambarkan orang-orang yang percaya kepada Allah dan menanggapi perutusan-Nya. Kunjungan Maria ini merupakan perjalanan Ziarah bagi Maria. Malaikat Gabriel mengatakan bahwa bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin (bdk.Luk 1:37) dan Maria yang sudah mempercayai ini tentunya sangat berkeinginan untuk lebih memahami misteri Illahi ini terutama misteri kehadiran Allah dalam wujud manusia yang akan ia kandung.
Maria memberi salam kepada Elisabet dan bertepatan dengan salam itu melonjaklah bayi dalam kandungannya. Bertepatan dengan pemberian salam itu, anak Elisabet memulai misinya sebagai orang yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Malaikat Gabriel menegaskan kepada Zakharia bahwa anak itu akan “penuh Roh Kudus sejak dari rahim ibunya dan akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan” (Luk 1:15). Di sinilah dinyatakan kebenaran itu. Yohanes adalah orang pertama yang berbalik kepada Tuhan. Ia langsung mengenali hadirnya Tuhan. Ia langsung melonjak kegirangan. Kegembiraan Yohanes selanjutnya menular kepada Elisabet (bdk Luk 1:64) dan kepada Zakharia (bdk. Luk 1:67-79) dan akhirnya nanti kepada orang-orang yang minta ia babtis sebagaimana yang sudah kita baca dalam Injil advén kedua dan ketiga. Elisabet memang yang pertama menerima salam itu, namun yang menanggapi lebih dulu adalah Yohanes. Yohanes segera mengenali kehadiran sang Juru Selamat. Dengan melonjak kegirangan, Elisabet kemudian dapat memahami karya Tuhan dalam diri Maria dan dengan dipenuhi Roh Kudus, ia memberi kesaksian tentang Maria.
Elisabet dalam madahnya mengutarakan Maria adalah perempuan yang paling terberkati karena menjadi jalan kedatangan Tuhan ke dunia (bdk.Luk 1:42-43). Ia juga memuji kekuatan Iman Maria dengan menyebut: “berbahagialah ia yang percaya” (Luk 1:45). Dengan kekuatan Iman Maria, Sabda Tuhan menjadi kenyataan.(bdk. Luk 1:45). Maria melebihi semua perempuan oleh karena anaknya yang adalah berkat istimewa dari Allah dan terlebih lagi oleh karena imannya sehingga firman Allah sungguh terjadi padanya. Iman Kepercayaan Maria ini juga tidak eksklusif milik Maria sebagaimana Elisabet menyebut: “berbahagialan ía yang percaya”(Luk 1:45). Maria menjadi sebuah model untuk setiap murid Yesus. Ia bukan hanya sebagai Ibu Yesus secara jasmani namun juga sebagai orang yang percaya bahwa sabda Allah akan terlaksana. Dengan Imannya, Maria mendengarkan Firman Allah dan melakukannya seperti seharusnya seorang saudari dan ibu Yesus (bdk. Luk 8:21).
Maka marilah di masa Adven ini kita meneladan Maria sehingga kita bisa melakukan pertobatan secara total dan mampu memperlihatkan buah-buah pertobatan itu kepada segala makhluk.
KESELAMATAN ITU DIBERIKAN, BUKAN DIPEROLEH.
Selamat merayakan hari Minggu Adven IV
Pergilah, kita semua diutus.
Kristophorus Wahyu Nugroho Utomo