KAYA DAN BERIMAN

author photo July 30, 2022
​Minggu, 31 Juli 2022
Minggu Biasa XVIII
Bacaan: Pkh. 1:2; 2:21-23, Kol. 3:1-5.9-11, Luk. 12:13-21

Menjadi orang yang memiliki kekayaan tidaklah dilarang. Banyak dari kita yang bekerja keras atau berusaha untuk memiliki kekayaan. Dengan kekayaan yang dimiliki, kita berharap dengan mudah memenuhi keinginan atau kebutuhan kita. Namun, melalui bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini kita diingatkan untuk bijaksana dalam hal pengumpulan harta kekayaan. Khususnya lewat  bacaan Injil pada hari ini, di mana Yesus mengingatkan kita untuk jangan sampai kita menjadi seperti orang kaya yang bodoh. Melalui perumpamaan orang kaya yang bodoh.  Dalam perumpamaanNya, Yesus mengajak kita    jang​​an bersikap tamak atau sombong  dalam mengumpulkan harta hanya demi kepuasan diri sendiri.  Yesus juga mengingatkan bahwa ketika jiwa kita diambil Tuhan, maka  harta kita pun tak akan bisa dibawa ke liang kubur. Dengan demikian,  sebagaimana Pengkotbah katakan, dalam bacaan pertama, bahwa semua kekayaan itu  adalah kesia-siaan dan kemalangan yang besar. Lalu, apa artinya ketika kita hidup, yang dengan bersusah payah kita mengumpulkan kekayaan, dan kita tidak mampu menikmati kekayaan kita sendiri?

Kalau kita resapkan, rasanya Yesus tidak pernah melarang kita untuk menjadi orang kaya, mengumpulkan harta atau kekayaan. Hanya diingatkan olehNya, sebagamana kita dengarkan hari ini (bdk. Luk. 12:15) dan juga di Injil lainnya, misalnya, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat akan merusakkannya dan pencuri akan membongkar serta mencurinya" (bdk. Mat. 6:19). Sementara itu dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan kedua, Rasul Paulus mengajak kita  hendaknya  memikirkan, mencari perkara yang di atas, yakni  kekayaan sorgawi, di mana Kristus berada, yang duduk di sisi kanan Allah. Oleh karena itu, mari kita tanggapi harapan Rasul Paulus itu dalam hidup nyata kita, yakni hendaknya kita tidak mengutamakan hal-hal yang duniawi semata-mata, melainkan juga mengupayakan keutamaan rohani atau beriman kepada Tuhan.

Sebagai orang beriman, kita selalu berdoa mohon rejeki, bukan? Dan sering kali kita memohon kepada Tuhan, ketika kita mengalami kesulitan dalam bisnis atau pekerjaan kita. Melalui pengajaran Yesus lewat perumpamaan orang kaya yang bodoh, kita diajak  untuk bijak menjadi orang yang kaya dan beriman. Yakni membangun kekayaan yang sungguh bersumber dari Tuhan dan mengalir tertuju kepada  kepentingan Tuhan.   

Bagian lain dari pengajaran Tuhan hari ini adalah bahwa hendaknya kita sadar hati  bahwa Tuhan tidak membutuhkan kekayaan kita, karena Tuhan itu mahakaya. Tuhan memberi kekayaan  itu memang untuk kita. Namun, dari kekayaan yang kita miliki, Tuhan berharap kekayaan kita bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan juga membantu kepentingan Tuhan. Perwujudan kepentingan Tuhan dapat kita lihat dari kebutuhan karya-karya atau pelayanan GerejaNya. Misalnya, membantu kelancaran pembangunan gedung karya pastoral, renovasi gereja/kapel, karya misi gereja, atau memberi donasi untuk mereka yang tidak seberuntung seperti kita, dan banyak contoh lainnya. Nah, sudahkah anda rajin membantu memberikan sebagian kekayaan anda untuk kebutuhan Gereja? Semoga melalui sabda Tuhan hari ini, dan berkat bimbingan Roh Kudus, kita mampu menghapus sikap sombong dan tamak akan kekayaan, namun bersikap bijak dalam mengelola kekayaan kita, dan kita mampu menjadi orang  kaya dan  beriman. 
 
Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.
 
Antonius Purbiatmadi
 
 

 
Next article Next Post
Previous article Previous Post