MENJADI HAMBA YANG TAAT

author photo April 09, 2022
Minggu, 10 April 2022
Hari Minggu Palma Mengenang Sengsara Tuhan
Bacaan: (Perarakan) Luk 19:28-40; Yes. 50:4-7; Flp. 2:6-11; Luk. 22:14-23:56


Mari kita syukuri bahwa kita sudah melewati masa-masa pemurnian diri kita lewat puasa dan pantang. Harapan kita bahwa dengan berpuasa dan berpantang tentu bukanlah untuk kepentingan lahiriah, melainkan untuk membawa kita kepada sikap ketaatan beriman kita. Pada hari Minggu ini kita merayakan dan memperingati kesengsaraan Tuhan kita Yesus Kristus. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Palma ini hendak mengajak kita untuk merenungkan, menghayati penyambutan Yesus sebagai Raja, dan penderitaanNya hingga wafatNya di kayu salib demi kemuliaan hidup kita manusia. Kita akan mendalami sikap ketaatan diri Yesus kepada Allah Bapa. Bagaimana kadar ketaatan diri kita sebagai orang beriman selama ini?

Dalam upacara perarakan palma, kita diperdengarkan kisah Yesus memasuki kota Yerusalem, yang disambut oleh banyak orang. Dengan sukacita mereka mengelu-elukan Yesus, “Hossana, Putra Daud”, dengan membayangkan bahwa Yesus adalah Raja duniawi, yang akan membebaskan mereka dari penindasan bangsa lain. Sementara itu, Yesus justru menggambarkan sebaliknya, bahwa penyambutanNya itu adalah awal bagi diriNya untuk siap menghadapi penderitaanNya di Yerusalem! Yesus mau menggenapi apa yang dinubuatkan dalam Kitab Suci, bahwa Ia harus mengalami penderitaan demi penebusan umat manusia, sebagai bentuk ketaatanNya secara total kepada Allah Bapa.

Dalam bacaan pertama, Kitab Yesaya menubuatkan penderitaan yang akan dialami oleh Yesus. Yesaya menggambarkan Yesus sebagai seorang hamba yang taat untuk mengalami semua penderitaan dengan sepenuhnya, yakni Ia memberikan punggungnya kepada orang-orang yang memukulinya, pipinya kepada orang yang mencabut janggutnya dan membiarkan mukanya untuk dinodai dan diludahi. Yesaya mengajak kita untuk memiliki sikap hidup seperti Yesus, yakni menjadi seorang hamba Allah. Walau pun Ia ditolak, bahkan dibunuh, Yesus tetap setia untuk menjalankan misiNya demi menyelamatkan umat manusia.

Gambaran Yesus sebagai seorang hamba juga diungkapkan oleh Rasul Paulus. Rasul Paulus mengajak jemaat di Filipi, dan kita juga, bahwa hendaknya kita pun seperti Yesus, mau menjadi sebagai seorang hamba. Sikap hidup seorang hamba adalah tidak mementingkan diri sendiri, melainkan berkorban demi orang lain. Seperti Kristus, meski pun dalam rupa Allah, Yesus tidak menganggap kesetaraanNya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Sikap kehambaan Yesus telah diwujudkanNya dalam ketaatanNya secara nyata dalam dirinya yang menjadi Manusia, yang mau mengalami penderitaan bahkan wafat di kayu salib demi keselamatan manusia. Karena ketaatanNya itulah, maka Allah meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama. Maka menurut Paulus, hanya dalam nama Yesus Kristus segala yang ada di langit, yang ada di atas bumi dan di bawah bumi bertekuk lutut. Dengan demikian semua lidah mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa.

Dalam bacaan Injil kita mendengarkan Lukas Penginjil menggambarkan puncak ketaatan Yesus secara total kepada Allah, yang Ia ajarkan kepada para murid dan banyak orang, bahwa Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang. Yesus telah bersedia menyerahkan nyawaNya sendiri di atas kayu salib menjadi tebusan bagi banyak jiwa. Nah, adakah semangat demikian dalam hidup kita?

Dalam hari-hari ke depan kita akan merayakan Tri Hari Suci, yaitu Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paskah. Untuk itu, mari kita siapkan diri kita seraya memohon kepada Allah akan berkatNya, agar kita mampu mengikuti jejak Yesus, yakni menjadi hamba yang taat dalam menjalankan tugas perutusan kita masing-masing, meski ada halangan, penolakan atau bahkan yang membahayakan hidup kita.

Semoga dengan perlindungan Roh Kudus, kita dimampukan untuk menjalankan tugas perutusan kita masing-masing. Tuhan memberkati kita dan Selamat Hari Minggu Palma.

Antonius Purbiatmadi
 
 


Next article Next Post
Previous article Previous Post