BAHAGIA YANG IMANI

author photo February 12, 2022
Minggu, 13 Februari 2022
Minggu Biasa VI
Bacaan: Yer. 17:5-8; 1Kor. 15:12,16-20; Luk. 6:17,20-26.


Kalau ditanya apakah setiap dari kita  ingin bahagia atau hidup penuh berkat Tuhan, pasti jawabannya ya. Namun, kalau ditanya apa itu bahagia, lalu apa ukuran bahagia, tentu dari setiap kita punya pendapatnya masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa bahagia itu suasana pikiran, hati yang damai, tentram, rukun, nyaman, bisa menikmati hidup,  dan sebagainya. Sementara itu ukuran bahagia antara lain dapat dilihat jika punya sarana prasarana (mobil, motor, dsb), pangkat jabatan, rumah mewah, suka posting selfie saat kita berada di tempat yang mewah, dsb.  Karena seringkali ukuran bahagia itu yang tampak lahiriah, maka tidak sedikit dari kita yang berusaha keras dengan mengandalkan kemampuan diri  untuk mendapatkan kebahagiaan yang diidam-idamkan. Namun, bagaimana dalam kenyataannya? Justru ketika memiliki harta banyak, malah hidup kita tidak tenang, karena kita harus memikirkan pengamanan harta yang kita miliki. Dan tidak sedikit orang yang memiliki harta banyak, namun merasa hatinya hampa. Sementara itu, mereka yang katakanlah hidup dalam kekurangan hartawi, tetapi hati dan hidupnya rukun, damai dan bahagia. Lalu, kebahagiaan macam apa yang sebenarnya kita inginkan atau butuhkan? Dan bagaimana kita bisa memiliki kebahagiaan semacam itu?

Dari bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Biasa VI ini, kita mendapatkan pengajaran atau cara pandang, paradigma atau ukuran kebahagiaan menurut versi pengertian dan ukuran dari Tuhan. Dalam Injil pada hari ini Yesus mengajar kita untuk tidak mengejar kebahagiaan hidup dengan ukuran duniawi. Kebiasaan cara berpikir atau pola hidup duniawi kita hendaknya dialihkan atau diselaraskan dengan prinsip atau pola hidup imani. Kalau kita dalami pengajaran Yesus dalam perikop Injil pada hari ini memang agak membingungkan, yakni Yesus berharap agar mereka yang  miskin, yang lapar, yang menangis, yang dibenci atau yang dikucilkan hendaknya berbahagia. Sementara itu orang yang kaya, yang kenyang, yang tertawa, yang mendapat pujian justru dikecamNya. Apa kira-kira yang dimaksudkan oleh Yesus dalam pengajaranNya hari ini?

Hari ini Yesus mengajarkan atau membagikan resep atau tips-tips yang harus kita lakukan agar kita bisa hidup bahagia, bukan secara lahiriah duniawi, melainkan secara imani. Yesus hendak mengajak kita agar kita mau hidup dengan cara Yesus, yakni mengutamakan memiliki kebahagiaan rohani, melalui penderitaan seperti yang Yesus alami, daripada kita mengejar kebahagiaan lahiriah yang mudah musnah.    

Dalam pengajaranNya hari ini, Yesus menghendaki kita, orang-orang yang meskipun miskin duniawi, namun karena percaya pada janji Tuhan, maka kita akan menjadi orang yang kaya dalam hal berkat sorgawi.  Pengajaran Yesus hari ini mengingatkan kita agar kita fokus pada hidup dalam kebahagiaan kekal bersama Tuhan. Oleh karena itu, sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan pertama, bahwa kebahagiaan imani itu hanya bisa diwujudkan jika kita mau mengandalkanTuhan dan menaruh harapannya pada Tuhan, bukan menurut nasihat orang-orang fasik. Nabi Yeremia  menggambarkan kebahagiaan itu seperti pohon yang ditanam di tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. Dan Pemazmur mengatakan agar hendaknya kita tidak seperti orang-orang fasik, yang hidupnya menuju kebinasaan. Itulah kebahagiaan yang harus kita miliki dan wujudkan. Dan sebagai orang beriman, itulah kebahagiaan yang harus kita miliki!

Semoga sabda Tuhan hari ini memberikan tuntunan agar kita mampu memiliki kebahagiaan, bukan menurut cara dan ukuran diri kita sendiri, melainkan menurut cara dan ukuran Tuhan. Memang tidak mudah untuk memiliki kebahagiaan yang seperti diharapkan oleh Tuhan. Namun, sebagai orang beriman, kita percaya bahwa jika hidup kita terbuka akan bimbingan Roh Kudus, maka kita akan dimampukan untuk menjadi kaya dan bahagia dalam iman. Amin.

Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.
 
Antonius Purbiatmadi
 

 
Next article Next Post
Previous article Previous Post