BAHAGIA BUKAN KARENA HARTA

author photo October 09, 2021
Minggu, 10 Oktober 2021
Minggu Biasa XXVIII
Bacaan: Keb.7:7-11, Ibr. 4:12-13, Mark. 10:17-30

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini kita mengajak untuk merefleksikan hubungan antara harta  kekayaan dan kebahagiaan rohani. Kita bisa melihat banyak orang, atau mungkin diri kita sendiri, katakanlah yang memiliki cukup kekayaan, karir, pekerjaan, sudah rajin membaca atau  mendalami Kitab Suci, berdoa, aktif menggereja lewat komunitas atau kategorial pelayanan ini itu, dsb., namun juga masih belum juga memiliki rasa kebahagiaan batin atau rohaninya.

Tidak ada larangan untuk menjadi orang kaya. Namun dalam kenyataannya, ketika harta kita berkurang atau habis, kita pasti akan mengalami kesedihan atau kekecewaan. Jika kita berorientasi mengejar atau menumpuk harta  kekayaan duniawi, maka akan membuat kita tidak lagi mau memikirkan yang rohani. Kadang kekayaan dapat membuat kita merasa tidak membutuhkan Tuhan. Sebagai orang beriman kita diingatkan bahwa kekayaan duniawi itu tidak dapat  dan bukan sarana utama untuk memberikan kebahagiaan kekal.

Dalam bacaan Injil pada hari ini Yesus mengingatkan kita bahwa kekayaan atau harta milik kita itu adalah anugerah dari Tuhan. Untuk itu hendaknya kekayaan yang kita miliki, digunakan untuk keperluan Tuhan dan sesama kita, terutama bagi kaum fakir miskin, bukan hanya untuk kepentingan diri kita sendiri saja. Yesus mengingatkan bahwa kekayaan duniawi, yang jika tidak dikelola dengan bijaksana, maka akan menjadi penghalang untuk menjadi murid atau pengikut Yesus. Hari ini Yesus menawarkan konsep hidup bahagia atau kekal yang harus kita prioritaskan dalam hidup kita, ketimbang terikat pada  kebahagiaan semu dalam keharta-bendaan yang mudah hilang atau musnah.  

Apa pesan dari sabda Tuhan hari ini, adalah bahwa, pertama, kita diajak untuk tidak seperti orang kaya, yang dalam bacaan Injil hari ini, dimana ia  beranggapan bahwa harta kekayaan duniawinya itu jauh lebih berharga daripada harta sorgawi yang belum kelihatan, sebagaimana yang Yesus tawarkan kepadanya (bdk. Mrk. 10:21-22). Jadi, hidup kita jangan tergantung pada harta duniawi. Jika  demikian, kita telah menjadikan harta duniawi itu sebagai berhala dan yang bisa membuat kita menolak tawaran Tuhan akan hidup kekal. Kedua, sebagaimana dalam bacaan pertama, kita diajak untuk hidup dalam pengertian mengutamakan kebijaksanaan agar kita mampu menyikapi tatanan hidup ini tidak semata-mata dengan ukuran lahiriah duniawi seperti pangkat, jabatan, harta kekayaan, dsb., melainkan nilai manfaat bagi kehidupan rohani atau iman kita. Memang tidak mudah bagi kita untuk memiliki sikap bijaksana  untuk menentukan hidup bahagia bukan karena harta. Untuk itu, sebagaimana dalam bacaan kedua, dalam Surat Ibrani mengajak kita untuk selalu mau mendengarkan bisikan atau sabda Tuhan agar kita mampu menyelaraskan pertimbangan dan pikiran hati kita dengan pertimbangan dan pikiran Tuhan.

Semoga sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita kembali bahwa untuk menjadi murid atau pengikut Yesus memang tidaklah mudah. Kita mungkin seperti orang kaya dalam bacaan Injil hari ini, yang ternyata  tidak sanggup mengikuti perintah Yesus. Mungkin kita lebih mementingkan harta, pangkat, jabatan, atau karir daripada hidup kekal bersama Allah. Semoga dengan bimbingan Roh Kudus, kita dimampukan untuk memiliki pengertian dan kebijaksanaan untuk meraih kebahagiaan hidup kekal bukan karena harta, melainkan karena iman dan kesetiaan kepada Allah, dalam diri Yesus Kristus. Amin.

Semoga Tuhan memberkati kita dan Selamat Berhari Minggu.

Antonius Purbiatmadi
 

 

Next article Next Post
Previous article Previous Post