Sie Liturgi, khususnya Seksi Organis Paroki Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) di awal tahun ini sukses menggelar Resital Natal Organis Cilik, “THE WONDER OF CHRISTMAS” pada 11 Januari 2020. Ketua sie organis, Ibu Rosa, mengatakan acara ini sukses berkat dukungan dari semua pihak mulai dari pastor paroki, panitia pelaksana, orang tua organis cilik dan tentu saja pihak lain yang terkait.
Resital sendiri sebagai bentuk apresiasi kepada anak-anak yang telah mengikuti pelajaran menjadi organis liturgi selama lebih dari setahun. Ketua seksi Liturgi Paroki, Ibu Dian mengatakan menjadi organis adalah sebuah akumulasi usaha yang tak singkat, membutuhkan sebuah kerja keras, ketekunan, konsistensi dari semua pihak, baik pelatih, orang tua dan tentu saja peserta pelatihan.
Upaya dalam rangka mencari organis organis handal, adalah upaya positif agar gereja tidak kekurangan pelayan-pelayan liturgi demi menciptakan liturgi yang meriah, hikmat dan tentu saja menciptakan suasana doa yang hening dan mampu mendekatkan semua pihak pada Tuhan Yesus selama doa dan liturgi berlangsung.
Mengajak anak-anak untuk berlatih bukanlah pekerjaan mudah. Orang tua dari salah satu peserta pelatihan Ibu Rini dari lingkungan Stefanus, Wilayah XVII, St Fransiskus Asisi mengatakan bahwa mengajak anak untuk konsisten mengikuti pelatihan adalah sebuah pekerjaan dan upaya yang tidak mudah. Menjaga mood anak-anak agar mereka tekun berlatih adalah proses yang tak mudah. Untunglah sang anak, Brigita Valencia C.N bisa menerima jadwal latihan yang cukup melelehkan, dan selalu berusaha untuk tampil prima dalam latihan maupun tugas di gereja.
Bapak Haryono, juga mengungkapkan tantangan mengajak sang putri untuk turut serta dalam pelatihan, selain menjaga mood anak, juga mendiskusikan tetek bengek lain seperti, menyesuaikan jadwal kegiatan mereka serta jadwal orang tua sendiri yang mendampingi anak baik sebelum maupun selama latihan. Demikian juga yang dialami oleh Pak Deddy dan Ibu Christina. “Proses tawar menawar dengan sang buat hati untuk memulai berlatih adalah tantangan terseniri,” kata ibu Christina.
Tantangan berikut tentu saja, ketika mereka menamatkan SMA di sekitar paroki MBSB, anak-anak harus melanjutkan studi di luar kota Jakarta atau bahkan luar negeri. Salah seorang putra dari Bapak Sukamto dari Lingkungan St Lusia misalnya, mulai bulan Juli sudah tidak bisa melayani liturgi di gereja karena harus pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliahnya.
Menurut Ibu Rosa, sebanyak 33 orang peserta resital tidak semuanya bertugas sebagai organis. Namun sebagain dari mereka, sudah bertugas melayani misa di gereja pada hari Sabtu dan Minggu, kendati tidak semua dari mereka bisa mengiring semua lagu selama misa berlangsung. Upaya ini katanya demi menjaring semakin banyak organis yang siap melayani berbagai kebutuhan di gereja.
Dengan berbagai situasi dan tantangan tersebut, secara umum Resital Organis Cilik telah berhasil diselenggarakan dengan baik. Resital yang memainkan beberapa lagu Natal seperti “O Datanglah Emanuel” oleh Onel dan Boni ditutup dengan penampilan semi ensemble dengan melibatkan beberapa gitaris dan violis didukung oleh paduan suara OMK, MBSB serta bapak dan ibu pembina koor yang membuat acara makin meriah. (AWN)
Resital sendiri sebagai bentuk apresiasi kepada anak-anak yang telah mengikuti pelajaran menjadi organis liturgi selama lebih dari setahun. Ketua seksi Liturgi Paroki, Ibu Dian mengatakan menjadi organis adalah sebuah akumulasi usaha yang tak singkat, membutuhkan sebuah kerja keras, ketekunan, konsistensi dari semua pihak, baik pelatih, orang tua dan tentu saja peserta pelatihan.
Upaya dalam rangka mencari organis organis handal, adalah upaya positif agar gereja tidak kekurangan pelayan-pelayan liturgi demi menciptakan liturgi yang meriah, hikmat dan tentu saja menciptakan suasana doa yang hening dan mampu mendekatkan semua pihak pada Tuhan Yesus selama doa dan liturgi berlangsung.
Mengajak anak-anak untuk berlatih bukanlah pekerjaan mudah. Orang tua dari salah satu peserta pelatihan Ibu Rini dari lingkungan Stefanus, Wilayah XVII, St Fransiskus Asisi mengatakan bahwa mengajak anak untuk konsisten mengikuti pelatihan adalah sebuah pekerjaan dan upaya yang tidak mudah. Menjaga mood anak-anak agar mereka tekun berlatih adalah proses yang tak mudah. Untunglah sang anak, Brigita Valencia C.N bisa menerima jadwal latihan yang cukup melelehkan, dan selalu berusaha untuk tampil prima dalam latihan maupun tugas di gereja.
Bapak Haryono, juga mengungkapkan tantangan mengajak sang putri untuk turut serta dalam pelatihan, selain menjaga mood anak, juga mendiskusikan tetek bengek lain seperti, menyesuaikan jadwal kegiatan mereka serta jadwal orang tua sendiri yang mendampingi anak baik sebelum maupun selama latihan. Demikian juga yang dialami oleh Pak Deddy dan Ibu Christina. “Proses tawar menawar dengan sang buat hati untuk memulai berlatih adalah tantangan terseniri,” kata ibu Christina.
Tantangan berikut tentu saja, ketika mereka menamatkan SMA di sekitar paroki MBSB, anak-anak harus melanjutkan studi di luar kota Jakarta atau bahkan luar negeri. Salah seorang putra dari Bapak Sukamto dari Lingkungan St Lusia misalnya, mulai bulan Juli sudah tidak bisa melayani liturgi di gereja karena harus pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliahnya.
Menurut Ibu Rosa, sebanyak 33 orang peserta resital tidak semuanya bertugas sebagai organis. Namun sebagain dari mereka, sudah bertugas melayani misa di gereja pada hari Sabtu dan Minggu, kendati tidak semua dari mereka bisa mengiring semua lagu selama misa berlangsung. Upaya ini katanya demi menjaring semakin banyak organis yang siap melayani berbagai kebutuhan di gereja.
Dengan berbagai situasi dan tantangan tersebut, secara umum Resital Organis Cilik telah berhasil diselenggarakan dengan baik. Resital yang memainkan beberapa lagu Natal seperti “O Datanglah Emanuel” oleh Onel dan Boni ditutup dengan penampilan semi ensemble dengan melibatkan beberapa gitaris dan violis didukung oleh paduan suara OMK, MBSB serta bapak dan ibu pembina koor yang membuat acara makin meriah. (AWN)